Pedang Harry terlihat cepat dan ganas. Begitu digerakkan, itu bagaikan pelangi yang menembus langit. Angin kencang berembus di semua tempat yang dilaluinya. Debu terlihat beterbangan, bahkan udara pun terkoyak. Pemandangan itu sangat menakutkan."Pedangnya cepat sekali. Aura pedangnya sangat menakutkan. Dia memang pantas menjadi master bela diri!""Dengan serangan pedang seperti itu, bahkan dewa dan iblis akan mundur. Aku yakin Luther nggak akan bisa menghadapinya!""Aku punya firasat, Harry bisa meraih kemenangan dengan satu serangan ini!"Saat melihat ayunan pedang yang menakjubkan dari Harry, anggota Keluarga Sunaryo tampak sangat bersemangat. Mereka seolah-olah yakin bahwa Harry sudah pasti akan menang. Bahkan, Bintara yang sebelumnya masih cemas, kini juga tampak lega. Barusan, dia khawatir bahwa cucunya tidak benar-benar mencapai tingkat master bela diri. Namun, kini semua kekhawatirannya telah sirna.Harry bahkan terlihat lebih kuat daripada kebanyakan master bela diri. Dengan b
Aura Harry langsung berubah drastis dan kekuatannya meningkat dua kali lipat."Oh? Kamu akan bertarung habis-habisan?" tanya Luther dengan ekspresi sedikit terkejut.Jelas bahwa Harry baru saja mengonsumsi semacam obat rahasia yang dapat secara signifikan meningkatkan kekuatannya dalam waktu singkat. Namun, harga yang harus dibayarnya adalah mengorbankan potensi dan vitalitas. Siapa pun tidak akan mengonsumsinya, kecuali dalam situasi genting yang menyangkut nyawa."Itu adalah Pil Darah Ganas. Harry telah mengonsumsi Pil Darah Ganas!" Pada saat itu, terdengar teriakan seseorang dari kerumunan."Apa? Pil Darah Ganas? Bukankah itu obat terlarang?""Meskipun Pil Darah Ganas bisa memicu potensi tubuh menjadi dua kali lebih kuat, efek sampingnya sangat besar. Bukan hanya bisa kehilangan setengah nyawanya, tapi juga bisa membuat orang menjadi gila!""Ya ampun! Harry sudah nggak mau hidup lagi? Dia bahkan berani mengonsumsi Pil Darah Ganas?"Melihat perubahan besar dari Harry, orang-orang tak
"Apa?"Begitu melihat Harry yang tersungkur ke lantai, seluruh kerabat Keluarga Sunaryo sontak tercengang. Awalnya mereka kira dengan bantuan Pil Darah Ganas, Harry bisa membalikkan keadaan. Tidak disangka, Harry langsung kalah hanya dalam satu serangan. Dia bahkan kalah dengan sangat menyedihkan.Sebuah tinju yang dilayangkan oleh Luther mampu mematahkan pedang Harry, bahkan membuat pemilik pedang itu terluka. Serangan ini benar-benar mengerikan!"Gawat! Kita nggak tertolong lagi sekarang!" pekik Bintara dengan panik. Kedua tungkainya terasa lemas sehingga dia terduduk di lantai. Wajahnya juga pucat.Wajah para kerabatnya juga tampak sangat putus asa. Mereka terlalu membanggakan Harry dan meremehkan Luther. Kemampuan Harry dan Luther berbeda jauh. Genius yang mereka banggakan bukanlah lawan yang sepadan bagi Luther. Sekalipun mempertaruhkan nyawanya, itu juga tidak akan bisa melukai Luther."Kemampuanmu hanya begini? Kamu bahkan nggak bisa melawan Yogi, kenapa kamu berani melawanku?"
Di antara orang-orang seusianya, Harry yang paling menonjol. Orang lain harus berusaha keras selama bertahun-tahun untuk mendapatkan hasil yang baik, sedangkan Harry bisa mendapatkannya dengan mudah tanpa tekanan sedikit pun.Harry selalu mengira dirinya adalah orang terpilih dan memiliki kedudukan tertinggi. Namun sekarang, dia baru mengerti bahwa di atas langit masih ada langit. Bakat dan prestasi yang selama ini dia banggakan, tidak berarti apa-apa di hadapan Luther."Ternyata aku bagaikan katak dalam tempurung," tutur Harry yang sangat terpukul seraya tersenyum getir.Kala ini, Harry benar-benar terpuruk dan tidak memiliki semangat tempur lagi. Yang tersisa di dalam dirinya hanya keputusasaan. Dia selalu menang seumur hidupnya, ini pertama kalinya dia kalah. Kekalahan ini telah menghancurkan hidupnya."Kalau berani bertarung, kamu juga harus bersedia menerima kekalahan. Serahkan peta harta karunnya," ujar Luther berjalan ke arah Harry dan menatapnya dari atas.Harry tidak memberika
Setelah semua urusan sudah beres, Luther membawa pasukan kembali ke Vila Embun. Bianca dan Belinda masih belum sadarkan diri. Luther juga tidak berniat membangunkan mereka berdua. Kevin dan Juno sudah tewas. Keluarga Caonata menjadi terpecah belah. Bagi Bianca, ini adalah pukulan yang sangat besar. Dia tentu saja tidak bisa menerimanya.Yang bisa Luther lakukan sekarang hanya mempersiapkan pemakaman Juno. Dia akan berusaha untuk mengurangi kesedihan Bianca. Ayahnya telah meninggal, tidak ada lagi yang bisa memahami Bianca sekarang. Dia harus melewati kesedihan ini sendirian.Kala ini, Luther sedang memberikan perintah di ruang pertemuan."Kita nggak bisa menyentuh kekayaan Keluarga Caonata untuk sementara waktu. Kali ini, Keluarga Caonata sangat hancur dan perlu ditata ulang. Orang-orang yang ingin memanfaatkan situasi sudah ditahan. Kita akan menanganinya lagi setelah Bianca bangun. Satu hal lagi, pemakaman Juno harus dilakukan sesuai standar tertinggi. Nggak boleh terjadi kesalahan s
"Benarkah? Bagaimana dengan Pemberontakan Kota Terlarang 10 tahun yang lalu?" tanya Luther dengan dingin."Hah?" pekik Huston. Raut wajahnya sontak menegang begitu mendengar ucapan Luther. Dia terdiam sejenak, lalu menatap ibunya.Pemberontakan Kota Terlarang yang terjadi 10 tahun lalu adalah hal tabu bagi Kerajaan Atlandia dan Negara Drago. Sejak saat itu, kejadian tersebut ditutup dengan rapat dan tidak seorang pun yang berani mengungkitnya. Huston benar-benar tidak menduga bahwa Luther akan mengungkit kejadian itu."Gerald, yang lalu biarlah berlalu. Kejadian itu sudah berakhir. Nggak perlu diungkit lagi," ucap Haruna sembari menggeleng."Berakhir?" Luther menatap Haruna dan bertanya, "Kematian ibuku masih belum jelas. Para pengawal pribadiku juga mati mengenaskan. Bagaimana bisa berakhir begitu saja?""Aku juga sangat sedih atas kematian ibumu. Tapi, pembunuh sebenarnya sudah dijatuhi hukuman mati. Semua orang yang terlibat juga sudah dimusnahkan. Sudah waktunya untuk melupakan den
"Membantuku?" Mendengar ini, Luther seketika tertegun. Da membalas dengan bingung, "Baginda Ratu, dilihat dari statusmu, sepertinya nggak mudah untuk ikut campur dalam urusan ini."Pemberontakan 10 tahun yang lalu tidak akan terjadi tanpa campur tangan kekuasaan kekaisaran. Haruna adalah kerabat kaisar. Dengan status seperti ini, Luther tentu saja tidak percaya."Kenapa? Apa menurutmu aku nggak bisa membantumu? Atau jangan-jangan kamu nggak memercayaiku?" tanya Haruna."Aku hanya khawatir akan merepotkan Baginda," jawab Luther dengan ragu-ragu."Gerald, aku tahu kamu meragukanku, tapi aku benar-benar ingin membantumu." Haruna menambahkan dengan tulus, "Sekarang, statusku adalah Ratu Wedani sekaligus ibu tirimu. Ada sebuah pepatah yang mengatakan bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Aku yakin kamu tahu maksud pepatah ini.""Aku mengerti, tapi aku sangat penasaran kenapa Baginda mau membantuku?" tanya Luther."Selama ini, kerajaan diam-diam menyelidiki peristiwa 10 tahun yang lalu d
Atlandia yang sangat kuat sekalipun tidak mungkin berbuat semena-mena di bawah kekuasaan Kaisar. Apalagi, masalah ini juga sangat sensitif. Orang Istana Atlandia tidak mungkin bisa terang-terangan terlibat."Aku mengerti, terima kasih atas bantuanmu, Bibi Haruna," ucap Luther. Dia berdiri dan membungkuk untuk mengungkapkan terima kasih dengan tulus. Dia sangat menghargai informasi yang diberikan Haruna ini. Tidak hanya mendapat peluang baru untuk menyelidiki kebenaran, kini bertambah satu orang lagi yang mendukungnya."Nggak perlu sungkan, kita semua keluarga," sahut Haruna.Haruna buru-buru membantu Luther kembali berdiri tegak. Kemudian, dia mengingatkan dengan serius, "Gerald, aku nggak akan menghentikanmu membalas dendam. Tapi, kamu harus mengerti, satu perbuatan saja bisa membuat dampak yang sangat besar. Jangan sampai kamu kehilangan arah dan mengecewakan orang-orang yang kamu sayangi.""Aku nggak akan melupakan nasihat Bibi Haruna," ujar Luther sambil mengangguk."Kak, kalau kel