Lufita sungguh tidak menyangka Luther akan begitu sulit untuk diajak bicara. Dia malah menggunakan kekerasan ketika dia marah.Ternyata Lufita sudah buta waktu itu. Awalnya dia mengira Luther sangatlah baik. Sekarang Lufita baru menyadari ternyata pandangannya dalam menilai orang itu sangat buruk.Lufita malah menganggap seorang lelaki jahat sebagai orang baik. Dalam sesaat, rasa benci di hati Lufita semakin mengental.“Nona Lufita, aku hanya bercanda saja. Kamu nggak usah sepanik ini. Asalkan mereka nggak mengusikku, aku juga nggak akan melakukan apa-apa terhadap mereka,” ucap Luther dengan datar.“Hmph! Apa sikapmu tadi mirip lagi bercanda? Kalau bukan karena dihalangi Lufita, sepertinya aku sudah dihabisi kamu!” Irish merasa kesal.“Luther! Jangan mentang-mentang kamu jago seni bela diri, kamu bisa bersikap arogan, ya. Tempat ini bukan tempat untuk kamu membuat keonaran!” Wajah Nowy juga tampak muram.“Aku nggak akan menyinggung orang-orang yang nggak mengusikku. Tapi kalau sampai a
“Lufita! Mereka lagi memutarbalikkan fakta!” Irish kembali melakukan pembelaan diri, “Menyelamatkan apaan? Semuanya hanyalah omong kosong! Luther bisa mendekatimu juga karena memendam niat buruk. Dia telah menyusun semua ini demi meninggalkan kesan bagus di hatimu. Semua itu hanyalah rencananya saja! Jangan sampai kamu dibohongi sama dia!”“Benar apa kata Irish! Lelaki ini sangat mengerikan. Kamu mesti waspada sama dia!” Nowy memicingkan matanya.Ketika mendengar omongan mereka, rasa bersalah yang baru tumbuh di hati Lufita langsung menghilang entah ke mana.Iya, Luther memang pernah menyelamatkannya. Namun, semua itu ada tujuannya. Jadi, Lufita tidak berutang budi kepadanya.Seandainya wajah asli Luther tidak terbongkar semalam, sepertinya Lufita masih akan hidup dalam kebohongan.Kepikiran hal ini, Lufita menarik napas dalam-dalam, lalu kembali menatap Luther dengan tatapan tegas. “Luther! Aku nggak ingin melihatmu lagi. Mohon keluar dari sini!”“Kamu ….” Baru saja Johan hendak bersu
“Apa kamu cari mati?” Richard menyipitkan matanya. Sikapnya kelihatan tidak bersahabat.“Menarik …. Menarik sekali.” Kimtara tersenyum ketika melihat gambaran ini. Setelah insiden semalam, Luther seharusnya akan segera melarikan diri dan bersembunyi di tempat yang aman. Namun tak disangka, bocah itu malah datang ke kediaman jenderal. Nyalinya besar sekali!“Haha …. Tamatlah riwayatnya! Dia pasti nggak akan bisa kabur lagi!” Nowy tersenyum galak.“Rasakan! Bukankah semuanya akan baik-baik saja kalau dia pergi dari tadi? Apa perlu dia merusak pemandangan di sini? Dia memang cari mati!” Ujung bibir Irish melengkung ke atas. Bagi mereka semua, Dennis pasti akan memukul Luther gara-gara masalah cucunya. Itulah sebabnya Dennis bisa memanggilnya.“Pak Dennis, aku masih ada urusan. Aku pamit dulu.” Luther memberi hormat, lalu berpamitan.“Berhenti!” Ketika melihat gambaran ini, Nowy tiba-tiba maju untuk mengadangnya. “Hei, apa kamu bisa datang dan pergi sesukamu? Kamu kira tempat apa ini?”Sa
“Hah?” Tamparan mendadak itu membuat Nowy dan Irish terbengong di tempat. Mereka berdua memegang pipi mereka dengan kebingungan.Bukankah Luther datang untuk membuat keonaran? Kenapa Dennis malah menampar mereka?Saat ini, bukan hanya anggota Keluarga Morgana saja, bahkan seluruh tamu di tempat juga merasa kaget.Siapa juga tidak menyangka Dennis akan memukul di depan semua orang, apalagi di hari ulang tahunnya sendiri.“Pak … Pak Dennis, apa kamu salah pukul orang? Dia yang seharusnya dipukul!” Nowy berusaha untuk menjelaskan.“Iya, Pak. Semalam dia sudah melukai Tuan Osiris. Dia telah melakukan kesalahan besar. Dia pantas untuk diberi hukuman berat!” Irish menimpali. Dia mengira Dennis telah salah paham.“Tutup mulut kalian!” Dennis membelalaki mereka, lalu berkata dengan ketus, “Luther telah menyelamatkan nyawa cucuku. Dia adalah penyelamat keluarga kami, dia juga adalah tamu agungku. Kalau kalian berani omong kosong lagi, jangan salahkan aku mengusir kalian dari sini!”Begitu ucapa
Suasana di tempat berubah menjadi ramai.“Saya datang jauh-jauh untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada Pak Dennis!”“Saya doakan Pak Dennis sehat selalu dan panjang umur!”“Selamat ulang tahun, Pak Dennis. Sukses selalu!”“ … ”Satu per satu tokoh hebat berpakaian mewah datang untuk memberi ucapan selamat. Di antaranya ada kepala tentara yang berkuasa, gubernur setempat, dan juga para konglomerat. Semuanya datang untuk memberikan hadiah yang nilainya sangat tinggi.“Terima kasih untuk datang ke sini. Ayo, cepat duduk.” Sebagai kepala keluarga, Henry pun mulai menjamu para tamu. Mengenai Dennis, dia pun terus berterima kasih kepada para hadirin.“Pak Haden datang!” Pada saat ini, terdengar suara jeritan.Tatapan semua orang serempak melihat ke sisi pintu. Tampak seorang lelaki paruh baya berpakaian putih sedang berjalan masuk dengan perlahan. Kemudian, tampak juga dua orang berjubah yang tidak kelihatan wajahnya di belakang.“Ih, bukannya dia itu anak bungsu Pak Dennis? Si Haden?
Ucapan dingin itu membuat Henry dan Richard terkaku di tempat. Di mata mereka, Haden adalah anak yang paling dimanja dan paling dipentingkan. Setelah mereka bertemu kembali, bukankah seharusnya Dennis merasa gembira? Kenapa dia malah menunjukkan wajah serius?Sudah 5 tahun! Apa salah paham di antara ayah dan anak ini masih belum diselesaikan?“Ayah, dulu aku nggak pengertian. Aku telah bertindak gegabah. Aku minta maaf kepadamu.” Haden berkata sembari membungkukkan sedikit tubuhnya. “Aku sudah memikirkannya selama ini. Semua ini memang adalah salahku. Aku berharap Ayah bisa berbesar hati untuk memaafkanku.”“Emm?” Dennis mengangkat-angkat alisnya. Dia kelihatan agak kaget. Putranya sangat keras kepala. Jika tidak mengalami kegagalan, dia tidak mungkin akan kembali. Setelah tidak berjumpa selama beberapa tahun, dia malah tahu untuk minta maaf? Sepertinya Haden memang sudah semakin dewasa.“Ayah, biarkan semuanya berlalu. Haden sudah menyadari kesalahannya. Kamu maafkan dia saja.” Henry
Seusai berbicara, Dennis membuka kotak hadiah dan senyuman di wajahnya spontan terkaku. Sebab hadiah di dalam kotak itu bukanlah barang berharga, melainkan hanyalah sepotong kain kafan.“Ini hadiah yang kamu persiapkan untukku?” Kening Dennis tampak berkerut. Dia kelihatan tidak habis pikir.“Kenapa? Apa Ayah nggak suka?” Raut wajah Haden tidak berubah. Dia masih bersikap sangat sopan.“Suka?” Raut wajah Dennis seketika berubah muram. Dia langsung membuang hadiah ke lantai dan menjerit, “Buka matamu lebar-lebar. Lihat apa kamu kamu berikan!”“Bamm!” Suara bantingan terdengar keras.Kotak hadiah jatuh ke lantai dan kain kafan di dalamnya keluar. Semua orang terbengong ketika melihat gambaran ini.“Apa yang terjadi? Apa maksudnya menghadiahkan kain kafan di hari ulang tahun?”“Kain putih itu sepertinya digunakan orang membungkus mayat!”“Apa? Kain kafan? Nggak mungkin, deh? Siapa juga yang menghadiahkan kain kafan di hari ulang tahun?”“Pantas saja Pak Dennis bisa marah. Aku juga nggak
“Pftz!” Suara tusukan terdengar keras.Tusukan Haden datang tanpa aba-aba. Pisau itu pun menembus dada Henry. Darah segar seketika menetes ke atas lantai.“Ergh ….” Henry tertegun di tempat. Dia menunduk menatap pisau yang menusuk di dadanya. Dia merasa sangat tidak percaya. Mimpi pun Henry tidak menyangka bahwa adik bungsu yang paling disayangnya akan menusuknya dan bersikap sesadis ini.Kali ini, semua orang di tempat terbengong melongo. Siapa pun tidak menyangka Haden yang dari tadi menunjukkan senyum lembut itu akan turun tangan. Dia bahkan tidak melepaskan abang kandungnya sendiri.Jika Haden melakukannya di saat mabuk, semuanya masih bisa dijelaskan. Namun, kondisi saat ini berbeda sama sekali.“Kamu … Kamu malah berani ….” Kedua mata Henry terbelalak lebar. Saat dia hendak melanjutkan omongannya, darah segar langsung memuncrat dari mulutnya. Tubuhnya terhuyung-huyung, lalu jatuh lemas di atas lantai.“Kak, jangan panik. Tusukan ini nggak mengenai jantungmu. Kamu akan baik-baik s