“Paman, jangan sembarangan! Mereka semua itu temanku!” Saking kagetnya, Lufita langsung merentangkan kedua tangan mengadang di depan mereka.“Hmph! Aku lihat teman-temanmu itu bukan orang baik-baik! Awas!” jerit Henry dengan galak.“Aku nggak akan minggir! Mereka juga nggak bersalah! Kamu nggak boleh melukai mereka!” Lufita masih berusaha untuk melindungi temannya.“Pak Henry, kami nggak melakukan apa-apa. Semua ini hanyalah salah paham!” jelas Irish.“Iya, iya! Nona Cynthia bisa terluka juga di luar dugaan kami semua. Semua ini nggak ada hubungannya dengan kami!” Semua orang merasa panik.Sekarang Henry memang kekuasaan besar. Dia bisa melakukan apa pun sesuai dengan keinginannya. Seandainya mereka jatuh ke tangan Henry, riwayat mereka pasti akan berakhir. Meski mereka masih hidup, sepertinya mereka akan dikuliti!“Masih berani berdalih? Seandainya bukan karena kalian, mana mungkin Ryu akan menjadi seganas itu? Kamu kira aku bodoh?” Raut wajah Henry sangatlah masam.Saat mendengar kab
Raut wajah Henry menjadi masam. “Nggak mau!” Lufita masih tidak mengalah.“Kamu ….” Henry mengangkat tangan hendak memukul keponakannya. Namun, tangannya malah diraih oleh Luther. Kemudian, terdengar suara dinginnya. “Kalau kamu berani bersikap sembarangan, jangan salahkan kalau aku mematahkan tanganmu!”“Besar sekali nyalimu!”“Lepaskan Pak Henry!”Prajurit di sekitar langsung mendekati dan menatap Luther dengan penuh waswas. Satu per satu senjata diarahkan hampir mengenai kepala Luther.“Berhenti!” Pada saat ini, terdengar suara dari depan pintu.Tatapan semua orang spontan tertuju ke arah datangnya suara. Tampak seorang lelaki paruh baya datang bersama seorang wanita cantik dengan buru-buru. Kedua orang itu tak lain adalah orang tuanya Lufita, Richard dan juga Layla. “Kak, apa salah Lufita? Kenapa kamu mengarahkan senjata ke dirinya?” tanya Richard dengan wajah dingin. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Henry telah menampar putrinya.“Richard, Cynthia dicelakai. Sekar
“Richard, apa kamu lagi mengancamku?” Ketika mendengar ucapan yang menusuk telinga itu, senyuman di wajah Luther langsung menghilang. Dia tidak menyukai Richard sejak masalah waktu itu. “Semua ini tergantung pemikiranmu, ucapanku ini bisa jadi hanyalah peringatan, bisa juga adalah ancaman.” Richard tidak bersikap sungkan sama sekali.“Aku ulangi sekali lagi. Aku dan Lufita hanyalah teman biasa. Aku juga nggak punya pemikiran lain. Jadi, lebih baik kita jangan saling berhubungan lagi,” balas Luther dengan datar.“Sepertinya kamu masih nggak ngerti maksudku.” Richard membalas dengan dingin, “Apa orang sepertimu pantas untuk menjadi teman putriku? Coba kamu becermin. Lihat bagaimana penampilanmu. Apa kamu pantas menjalin hubungan dengan Keluarga Morgana?”Ucapan awal Richard adalah ancaman. Namun sekarang, dia sedang menghina Luther!“Richard, jangan terlalu arogan. Kamu bukanlah apa-apa di mataku!” balas Luther.“Hmph! Kamu cuma jago bicara saja. Apa kamu kira aku nggak bisa beri pelaja
Luther berkata dengan serius, “Richard, Teknik Mengisap Jiwa adalah cara pintas dalam berlatih seni bela diri. Hanya orang yang kehabisan akal baru akan berlatih teknik itu. Kalau kamu melanjutkannya, kamu pasti akan mati nantinya!”“Omong kosong! Sekarang kondisi tubuhku baik-baik saja, malah lebih kuat daripada sebelumnya. Meskipun ada ribuan prajurit dan kuda di hadapanku, aku juga nggak akan takut sama sekali!” ucap Richard dengan arogan.“Kuat hanyalah pemikiranmu saja. Sekarang penyakitmu sudah sangat parah. Kalau kamu masih bersikeras, kamu bukan hanya akan mencelakai dirimu saja, kamu juga akan mencelakai orang lain!” peringati Luther.Bukan masalah jika seseorang meninggal akibat berlatih Teknik Mengisap Jiwa. Akan lebih mengerikan apabila orang tersebut malah terjerumus, lalu menggila hingga membunuh orang di sekitarnya. Bisa jadi orang-orang terdekatnya akan menjadi korban.“Jangan omong kosong lagi! Tak peduli apa yang kamu katakan hari ini, aku tetap nggak akan mengampunim
Di bawah undangan hangat Dennis, Luther pun dibawa ke dalam ruang baca yang bernuansa kuno.Teh dituangkan. Kedua orang pun memulai perbincangan.“Luther, sepertinya kita sudah nggak bertemu selama sepuluh tahun? Dibandingkan dengan dulu, kamu yang sekarang sungguh berbeda!” Dennis mengamati Luther sembari memujinya.Sepuluh tahun lalu, Luther dijuluki sebagai pemuda paling berbakat di Negara Drago. Waktu itu, dia masih muda, selalu bersikap gegabah dan arogan. Namun sekarang, Luther menjadi lebih dewasa, sungguh berbeda dari sebelumnya.“Iya, sudah sepuluh tahun nggak bertemu, tapi Pak Dennis masih saja berwibawa seperti dulu,” balas Luther dengan sungkan.“Hahah …. Sebentar lagi aku akan masuk peti, nggak berwibawa lagi.” Dennis menggeleng dengan tersenyum. “Luther, biasanya kamu jarang berkunjung ke rumah. Kenapa kamu tiba-tiba kemari? Apa ada masalah?”“Jujur saja, maksud kedatanganku kali ini, selain untuk mengunjungi Pak Dennis, aku juga ingin meminta bantuanmu.” Luther langsung
Pelayan segera menjalankan perintah, lalu meninggalkan tempat. Beberapa saat kemudian, pelayan kembali dengan mengambil sebuah kotak indah di tangannya.“Nah, kuberikan kepadamu.” Dennis mengambil kotak dari tangan pelayan, lalu menyerahkannya kepada Luther.Luther membuka kotak dengan penuh hati-hati. Aroma aneh seketika menyerbak di sekitar. Kemudian, tampak ada jamur berwarna-warni di dalam kotak. Jamur indah itu berukuran sebesar telapak tangan, kelihatan bagai sebuah karya seni yang sangat sempurna.Di bawah pancaran cahaya lampu, jamur tersebut memancarkan tujuh jenis warna. Kelihatannya sangat menawan bagai di dalam cerita dongeng saja.“Ternyata ini yang namanya Jamur Tujuh Warna!” Luther merasa sangat gembira. Dia segera berdiri, lalu memberi hormat kepada Dennis. “Terima kasih Pak Dennis. Aku nggak tahu harus berkata apa lagi.”“Aku juga nggak menggunakannya, jadi untuk apa aku menyimpannya. Lebih baik aku memberikannya kepadamu. Dengan begitu, kamu akan berutang budi kepadak
Saat ini, di dalam halaman kediaman jenderal.Seorang lelaki muda bertubuh kurus dengan berpakaian rapi sedang minum teh bersama Richard.“Tuan Kimtara, ada urusan apa kamu datang berkunjung kali ini?” Richard tersenyum sembari menuangkan teh ke cangkir Kimtara.“Terima kasih.” Kimtara mengangguk dengan sopan, lalu melanjutkan, “Sudah lama aku mendengar namamu. Jadi, aku datang berkunjung ingin berteman denganmu.” Kimtara berbicara dengan bahasa Negara Drago, dialeknya terdengar agak aneh.“Tuan Kimtara, sepertinya kamu punya maksud lain?” Richard berkata, “Lebih baik Tuan Kimtara berterus terang saja. Nggak usah bertele-tele.”“Kalau begitu, aku nggak merahasiakannya lagi.” Kimtara mengangguk tanda sedang memberi hormat. “Maksud kedatanganku kali ini adalah ingin berteman dengan Pak Dennis. Sayangnya, Pak Dennis terlalu sibuk, nggak ada waktu untuk menemuiku. Kalau diperbolehkan, aku harap Pak Richard bisa mengatur pertemuan untuk kami.”Sambil berbicara, Kimtara melambaikan tangannya
“Pak Dennis sudah memberikan Jamur Tujuh Warna kepada orang lain.” Tiara menggeleng.“Diberikan kepada orang? Siapa?” Senyuman di wajah Richard terkaku.“Seorang lelaki muda yang bernama Luther,” jawab Tiara dengan jujur.“Apa? Obat spiritual itu diberikan kepada bocah itu?” Kening Richard mengerutkan keningnya. Raut wajahnya juga kelihatan agak canggung.Jamur Tujuh Warna malah diberikan kepada bocah miskin itu? Ada apa dengan Ayah? Luther memang pernah menyelamatkan Lufita, tapi mereka juga sudah memberikan imbalan. Untuk apa Ayah bersikap baik terhadapnya?“Apa bisa diminta kembali?” Richard masih merasa tidak puas.Padahal tadi Richard sudah menjamin di hadapan Kimtara, tak disangka malah terjadi hal seperti ini.“Kamu tahu sendiri bagaimana karakter Pak Dennis. Nggak mungkin dia meminta kembali barang yang sudah diberikannya.” Tiara hanya bisa berkata seperti ini.“Sialan! Apa dia pantas untuk mendapatkan barang berharga seperti itu?” Richard merasa kesal.“Pak Richard, siapa si L