Semua orang menoleh ke arah sumber suara. Terlihat sekelompok pemuda pemudi menghampiri mereka dengan santai.Yang berdiri di paling depan adalah seorang wanita yang memakai rompi hitam dan sepatu bot hitam. Dia memiliki paras yang cantik dan tubuh yang ramping, tetapi ekspresinya tampak sangat sombong. Ketika masuk, wanita ini menarik seekor kuda yang bulunya hitam mengilap."Cynthia?" Begitu melihat si pendatang, Lufita tak kuasa mengerutkan dahi. Cynthia adalah putri dari paman pertamanya. Wanita ini sangat suka melawannya, terutama setelah ayahnya menjabat sebagai kepala keluarga. Cynthia terus-menerus mencari masalah, benar-benar menyebalkan!"Lufita, aku mendengar kamu membual barusan. Kamu bilang Kaze nggak pernah kalah? Lucu sekali! Kamu bisa menang karena orang-orang mengalah padamu. Kamu kira diri sendiri sudah hebat?" ejek Cynthia tanpa menjaga harga diri Lufita."Sembarangan!" bentak Lufita dengan wajah murung. Jelas, dia merasa kesal dengan tindakan wanita ini."Sembaranga
Kedua wanita itu bertatapan dengan sorot mata penuh permusuhan. Jelas, mereka tidak peduli pada perkataan Osiris.Setelah memasang sadel dan pengaman, kedua ekor kuda itu dibawa ke arena. Yang satu berwarna hitam dan satu lagi berwarna putih, menunjukkan kontras tajam.Teman Lufita dan Cynthia pun terpecah menjadi 2 kubu yang saling bertentangan."Lufita! Semangat! Kamu pasti menang!" sorak Irish untuk memberi Lufita semangat."Kaze adalah seorang pemenang! Nggak ada kuda yang bisa mengalahkannya!" teriak Nowy dengan penuh percaya diri."Benar! Kamu pasti bisa memenangkan kompetisi ini dengan mudah!" seru teman-teman lainnya.Luther tidak mengatakan apa pun, tetapi dia bisa menilai bahwa Kaze lebih kuat daripada Ryu. Akan tetapi, keterampilan si penunggang juga harus diperhatikan. Lufita kaya akan pengalaman. Asalkan tidak membuat kesalahan, peluang kemenangannya akan sangat besar."Kak Ariana, menurutmu kuda mana yang larinya lebih cepat?" tanya Gretel dengan penuh semangat."Aku kura
Bam! Lufita terhempas tinggi hingga akhirnya menghantam tanah. Seketika, kepalanya terasa pusing. Ekspresinya tampak kesakitan."Lufita!" Kejadian mendadak ini membuat semua orang sontak terperanjat. Mereka bergegas berlari ke depan untuk memeriksa kondisi Lufita.Untungnya, Lufita memakai pelindung dan jatuh di rerumputan sehingga tidak terluka parah, hanya bahunya yang terkilir."Lufita! Gimana? Apa kamu terluka?" tanya Irish dengan panik."Dokter! Cepat panggilkan dokter!" seru Nowy yang benar-benar cemas. Akan gawat jika kepalanya terbentur."Biar kuperiksa." Osiris menghampiri, lalu memeriksa dengan cermat sebelum menyimpulkan, "Lufita baik-baik saja, hanya bahunya yang terkilir."Selesai berbicara, Osiris menjulurkan tangan untuk menekan bahu Lufita, lalu sontak memutarnya. Krek! Begitu terdengar suara nyaring, tulang bahu Lufita pun kembali ke posisinya. Sementara itu, ekspresi Lufita yang kesakitan berangsur membaik."Hahaha! Aku menang!" Setibanya di garis akhir, Cynthia menun
Osiris mengangkat alisnya. Meskipun tidak tahu apa yang terjadi, dia tahu Gretel sangat membenci pria ini. Dia pun bertanya, "Sejak kapan kediaman Keluarga Morgana menerima tamu seperti ini?""Kak Osiris, Kak Luther ini temanku," jelas Lufita buru-buru."Teman?" Osiris mengamati sesaat, lalu berkata, "Lufita, dengan statusmu itu, pria ini nggak pantas menjadi temanmu."Sales asuransi yang berasal dari kalangan rendah ini bahkan tidak pantas untuk mengangkat sepatu mereka."Pantas atau nggak, kita bicarakan lagi nanti. Tapi, yang jelas kamu bukan kakak sepupu yang baik," ucap Luther."Lancang sekali!" Cynthia memelotot, lalu membentak, "Memangnya siapa kamu? Berani sekali kamu memfitnah kakakku! Percaya atau nggak, aku bisa menghajarmu!"Selesai berbicara, Cynthia mengangkat cambuk dan hendak menyerang Luther. Osiris pun buru-buru menghentikannya. Dia bertanya dengan sinis, "Luther, 'kan? Sepertinya aku nggak mengusikmu, siapa yang menyuruhmu memfitnahku?""Memfitnah?" Luther mendengus,
"Apa?" Begitu melihat jarum baja hitam itu, semua orang bertatapan dengan terkejut dan curiga. Mereka melihat jelas bahwa jarum itu keluar dari kepala Kaze, bahkan ada darah di atasnya. Ini cukup untuk membuktikan bahwa Osiris memang telah melakukan sesuatu."Serius? Bocah ini nggak bohong?" Setelah tertegun, tatapan semua orang tertuju pada Osiris untuk menunggu penjelasan darinya."Bukti sudah terpampang jelas, kamu mau bilang apa lagi?" tanya Luther sambil menjentikkan jarum itu ke samping kaki Osiris."Apa maksudmu? Kamu mencurigaiku?" Osiris mengangkat alisnya dan meneruskan, "Aku nggak tahu siapa yang melakukan itu, tapi sudah pasti bukan aku. Aku bersumpah nggak pernah berniat untuk mencelakai Lufita.""Ya, lanjutkan sandiwaramu. Adikmu saja sudah mengaku hanya kamu yang menyentuh Kaze. Siapa lagi kalau bukan kamu?" tanya Luther dengan ekspresi dingin."Aku memang menyentuh Kaze, tapi bukan berarti aku yang melakukannya. Mungkin, sudah ada yang menancapkan jarum itu sebelum kita
"Kenapa kamu keras kepala sekali sih!" Osiris mengembuskan napas panjang, berpura-pura tidak berdaya."Karena kalian nggak bisa mencapai kesepakatan, sebaiknya kita ulang pertandingan ini. Siapa pun yang menang berhak untuk membuat keputusan. Gimana?" usul Gretel."Aku nggak masalah, tapi Lufita entah masih berani atau nggak." Cynthia tidak menolak, melainkan menatap Lufita dengan sorot mata menantang."Lufita baru terluka, mana bisa menunggang kuda. Ini sama saja dengan menyulitkannya," ujar Osiris yang berpura-pura memasang ekspresi murung."Kalau Lufita nggak bisa, ganti orang saja. Dia punya banyak teman, siapa pun boleh maju." Sesudah itu, Cynthia mengangkat kepalanya dan melirik teman-teman Lufita sambil berkata, "Hei! Siapa yang berani maju? Kalau menang, kalian boleh bawa Kaze. Kalau kalah, bayar 20 miliar."Begitu ucapan ini dilontarkan, Nowy dan lainnya pun bertatapan. Dua puluh miliar? Jumlah ini cukup besar. Apalagi, keterampilan menunggang kuda mereka kalah dari Cynthia da
"Aku nggak salah lihat, 'kan? Pria ini ingin bertanding dengan kuda poni?""Masa dia ingin melawan Ryu dengan kuda poni ini?""Ya ampun! Apa otaknya bermasalah? Pria ini pasti sudah gila!"Ketika melihat kuda poni yang dibawa Luther keluar, semua orang sungguh tercengang. Kuda itu biasanya digunakan oleh anak kecil atau orang tua. Tingginya bahkan tidak sampai 1 meter, keempat kakinya juga begitu pendek, bagaimana bisa melawan Ryu?Di sisi lain, Ryu justru memiliki tinggi 1,5 meter. Keempat kaki dan tubuhnya pun begitu kekar. Ketika berlari, kecepatannya jelas begitu tinggi. Kuda poni seperti ini tidak akan sanggup melawannya!Ketika kedua ekor kuda itu berdiri berdampingan, mereka pun terlihat layaknya seorang pria kekar dengan seorang anak kecil berusia 3 tahun. Sungguh tidak bisa dibandingkan! Hanya dengan melihat penampilan ini saja, seseorang sudah tahu siapa pemenangnya!"Hei, kamu mau melawak, ya? Kamu ingin menggunakan kuda ini untuk melawanku?" sindir Cynthia yang tidak bisa m
Perkataan ini seketika menarik perhatian semua orang. Bagaimanapun, wanita cantik ini jarang berbicara sejak memasuki arena pacuan kuda. Dia terus memasang ekspresi dingin sehingga semua orang tidak berani mendekatinya. Orang-orang tentu terkejut karena dia membantu Luther berbicara."Kak Ariana, untuk apa kamu membantunya?" tanya Gretel dengan ekspresi heran. Tindakan seperti ini jelas aneh untuk seseorang yang selalu bersikap dingin."Aku hanya penasaran, dari mana kepercayaan dirinya untuk memenangkan kompetisi," balas Ariana dengan nada datar.Meskipun berbicara begitu, Ariana justru merasa ada yang aneh dengan perasaannya. Faktanya, dia melontarkan kalimat tadi secara spontan. Entah mengapa, dia merasa ingin melindungi pria asing ini. Benar-benar aneh."Karena Bu Ariana begitu berminat, kita biarkan saja dia bertanding," ujar Osiris sembari tersenyum sopan."Aku akan memberimu kesempatan demi Bu Ariana. Oke, kita mulai pertandingannya!" seru Cynthia sambil melompat ke atas kudanya