"Mati! Aku ingin kalian semua mati!" teriak Charlotte dengan sedih. Kedua matanya memerah dan rambutnya memutih seolah-olah kesurupan. Tubuhnya tiba-tiba gemetar dan memuntahkan darah. Setelah itu, tatapannya menjadi gelap dan langsung terjatuh ke lantai. Serangan tadi sudah menguras semua energinya dan tenaga di tubuhnya sudah kosong. Saat ini, dia sudah berada di ujung tanduk dan hanya bisa menjadi mangsa orang."Charlotte? Charlotte!" Yadira bangkit dengan wajah yang pucat, lalu berlari ke sisi Charlotte. Setelah memastikan Charlotte masih hidup, dia baru akhirnya merasa lega. Dia berpikir Charlotte memang layak menjadi pewaris darah suci Sekte Sihir, seluruh kemampuannya sepenuhnya terbangun setelah segelnya hancur. Asalkan bisa melewati proses ini, Charlotte akan berhasil menjadi kuat."Sungguh menakutkan! Kemampuan tadi benar-benar bisa memusnahkan segalanya!""Iblis! Dia memang seorang iblis!"Melihat kehancuran di sekeliling, semua orang merasa terkejut, ketakutan, dan juga nge
Mata Bertrand memelotot. "Kami berusaha membasmi kejahatan dan menyelamatkan masyarakat. Kalau kamu keras kepala, berarti kamu melawan seluruh dunia persilatan!""Benar! Segera menyerah, kalau nggak, kamu akan menjadi musuh dunia persilatan!" teriak Kitron."Tuan, letakkan pisaumu agar kamu bisa mencapai pencerahan," kata Benigno sambil menggabungkan kedua tangannya dan menunjukkan ekspresi yang penuh kasih sayang.Luther tersenyum dingin dan ekspresinya meremehkan. "Menyelamatkan masyarakat? Menjadi musuh dunia persilatan? Kalau dunia persilatan dipenuhi pecundang seperti kalian, nggak bisa membedakan kebenaran, mendukung kejahatan, dan melupakan budi orang, hari ini aku akan menjadi musuh dengan seluruh dunia persilatan! Kalian bilang aku adalah iblis, aku akan menjadi iblis! Satu pesan dariku, siapa pun harus mati kalau berani melukai muridku! Kalian nggak puas? Coba saja! Lihat saja apa iblis sepertiku ini bisa menyeret sekte terhormat seperti kalian ini ke jurang! Ayo maju!"Setel
"Kuat sekali serangannya!" Raiden terkejut dan menghindar sejauh seratus meter dengan jantung yang berdebar. Saat melihat Pedang Cakrawala muncul, dia menyadari situasinya buruk dan segera meresponsnya. Untungnya, dia berlari dengan cepat, jika tidak, situasinya tidak akan lebih daripada Bertrand dan yang lainnya jika terkena serangan tadi."Astaga! Satu serangan itu membuat tiga Master terluka parah dan memenggal ratusan pesilat. Orang ini sebenarnya manusia atau hantu?""Monster! Benar-benar monster!"Melihat situasi di depan yang dipenuhi pesilat dengan anggota tubuh berceceran, beberapa pesilat yang netral langsung bengong di tempatnya. Mata mereka membelalak dan ekspresi mereka ketakutan. Untungnya, mereka tidak ikut serta dalam penyerangan tadi. Jika tidak, nasib mereka pasti akan sangat mengenaskan."Sungguh luar biasa! Dia memang layak menjadi pemuda Master yang sangat langka!" Melihat sosok yang gagah, Alvie tiba-tiba merasa bersemangat. Hanya dengan kekuatannya sendiri mengha
Semua orang saling memandang dengan ekspresi yang marah dan kesal. Namun karena diancam oleh Raiden, mereka tidak berani berbicara."Kalian berdua pergi bunuh orang itu. Setelah selesai, aku pasti akan memberi kalian penghargaan besar!" Raiden menunjuk ke arah dua pesilat sebagai kambing hitamnya."Hah?"Ekspresi kedua pesilat itu berubah drastis dan terus melambaikan tangannya. "Tuan Raiden, kami nggak sanggup melakukannya. Kemampuan kami terlalu lemah, sama sekali bukan tandingannya!""Omong kosong! Cepat jalankan perintahku, kalau nggak, mati!" teriak Raiden.Mendengar perkataan itu, wajah kedua pesilat itu menjadi pucat pasi dan hampir saja terjatuh ke tanah. Hanya ada dua jalan di depan mereka yaitu mati saat menyerang Luther atau mati dipenggal Raiden."Raiden, untuk apa memerintah dua kambing hitam? Kalau berani, kamu sendiri yang datang mencoba pedangku!" kata Luther secara tiba-tiba."Huh! Nggak usah berpura-pura. Luka internalmu kambuh dan energi sejatimu terkuras, saat ini m
Ternyata, serangan itu berasal dari seorang wanita tua. Wanita itu adalah ketua Sekte Sihir saat ini yang bernama Friscia. Dia juga merupakan nenek Charlotte dari pihak ibunya.Di sisi lain, Luther hanya bisa menghela napas dan menepuk punggung Charlotte dengan lembut saat melihat Charlotte berduka. Luther menghiburnya, "Paman Harsa sudah pergi, tapi masih ada aku. Aku akan menjadi keluargamu kelak, nggak ada yang akan menindasmu lagi. Aku jamin!"Charlotte terus meratap dan menangis. "Kenapa? Kenapa? Apa sebenarnya salahku? Ibuku sudah pergi, ayahku juga sudah tiada. Sekarang hanya tersisa aku sendirian. Aku nggak mengerti, mengapa harus begini kepadaku? Kenapa?"Ayahnya selalu bersikap adil dan tidak pernah mencelakai siapa pun. Meskipun diam-diam dicelakai orang, ayahnya juga tidak pernah membenci ataupun balas dendam. Dia sungguh tidak mengerti mengapa orang seperti ayahnya pada akhirnya meninggal dengan begitu mengenaskan? Apakah orang baik benar-benar tidak akan memiliki akhir ya
Luther belum sempat menyelesaikan perkataannya, Friscia sudah menyelanya, "Tapi apanya, aku adalah neneknya!"Apa maksudnya dengan kata "tapi"? Siapa yang berani merebut cucunya?"Charlotte, nenekmu ini berasal dari Sekte Sihir, reputasinya nggak baik. Paman Harsa pernah memperingatkanku sebelumnya agar kamu nggak terlibat dengannya," kata Luther dengan ekspresi serius."Kamu ... benar-benar nenekku?" kata Charlotte dengan nada yang bergetar.Friscia tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. "Benar. Nadi di tubuhmu sudah terbangun, jadi ayo pulang bersamaku. Kamu akan menjadi wanita suci Sekte Sihir kelak, kamu boleh membunuh siapa pun.""Aku ...." Charlotte membuka mulutnya dan tidak tahu harus berkata apa. Nenek yang muncul secara mendadak ini membuatnya tidak tahu harus bagaimana, dia hanya merasa pikirannya kacau."Charlotte, Sekte Sihir bukan tempat yang baik, kamu masih punya pilihan yang lebih baik," bujuk Luther."Jurus dari Sekte Sihir paling cocok dengan nadi wanita suci. Aku
"Aku ingin membunuh semua pesilat ini sendiri! Aku ingin membunuh semua orang yang pantas dibunuh di seluruh dunia ini! Aku ingin mengubah sepenuhnya dunia persilatan yang hancur ini!" kata Charlotte dengan tegas dan ekspresinya yakin. Tatapannya dipenuhi dengan aura membunuh, membuat orang yang melihatnya merasa takut."Haeh ...." Mendengar perkataan itu, Luther menghela napas. Dia tahu Charlotte sudah berubah, bukan gadis yang polos dan ramah seperti sebelumnya lagi. Namun, semua ini juga bukan salah Charlotte.Ayah Charlotte sudah mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan semua orang, tetapi akhirnya, didesak untuk mati oleh orang-orang yang diselamatkannya. Salah siapa sebenarnya ini? Jika kebaikan tidak mendapatkan balasannya, terpaksa menyerah menjadi orang baik. Jika keadilan tidak dianggap, lebih baik membiarkan dirinya dipenuhi dengan kejahatan. Dia dipaksa untuk menjadi seperti ini.Luther mengangkat tangannya dan mengelus kepala Charlotte, lalu berkata dengan nada yang lembu
"Oh?"Friscia tersenyum dan berkata dengan semangat, "Anak muda, kamu adalah orang pertama yang berani bicara seperti ini padaku.""Kamu sudah tahu identitasku, jadi kamu juga harusnya mengerti. Anggota Keluarga Bennett selalu menepati perkataannya," kata Luther dengan mata bersinar."Hehehe ... menarik, benar-benar menarik," Friscia tersenyum. Dia bukan hanya tidak marah, malahan lebih merasa kagum. Makin aneh temperamen seseorang, dia makin suka."Charlotte, sampai jumpa lagi." Luther menepuk punggung Charlotte, lalu mengambil bunga bakung lelabah hitam dan berbalik pergi. Setiap orang memiliki jalannya sendiri dan tidak ada seorang pun yang bisa ikut campur. Dia hanya bisa diam-diam mendoakan Charlotte."Guru, sampai jumpa lagi ...." Melihat punggung Luther yang perlahan-lahan menjauh, Charlotte menggigit bibirnya dan air matanya berlinang. Setelah kali ini berpisah, entah kapan lagi mereka bisa bertemu kembali."Charlotte, apa kamu ingin aku membantumu membunuh para sampah ini?" Fr