Beranda / Romansa / Dikejar Lagi Oleh Suamiku / Bab 72 Aku Akan Merebut Mahira Darimu, Birendra

Share

Bab 72 Aku Akan Merebut Mahira Darimu, Birendra

last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-15 09:01:44

Birendra dan Sanur tiba di rumah Fatma yang megah namun terasa dingin. Birendra tampak gugup dan bersemangat, sementara Sanur berjalan dengan lambat, matanya penuh kebingungan dan keraguan. Saat mereka memasuki ruang tamu, Fatma dengan senyuman yang selalu penuh rahasia, menyambut mereka dengan tangan terbuka.

"Ah, kalian datang tepat waktu. Sudah lama sekali aku ingin bicara denganmu, Birendra," kata Fatma tersenyum licik, menyentuh lengan Sanur dengan lembut.

Birendra tersenyum dan ada rasa canggung dalam gerakannya. Matanya selalu tertuju pada Sanur juga rumah yang sering dia datangi dulu sewaktu Sarayu masih hidup.

"Ya saya juga ingin bicara dengan ibu Fatma," sahut Birendra dengan suara rendah.

Sanur menggigit bibirnya, terlihat gelisah. Dia melirik Fatma dengan gugup, namun Fatma hanya tersenyum lebih lebar, seperti sedang merencanakan sesuatu di pikirannya.

"Kembali ke sini mengingatkanku pada Sarayu. Sudah lama saya tak mengunjungi anda. Anda baik-baik saja, Ibu Fatma?" tanya
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 73 Siapa Anak Perempuan Itu, Mas

    Di ruang tamu yang mewah, Fatma duduk dengan anggun di sofa mengamati Sanur yang gelisah mondar-mandir. Sanur memeluk tubuhnya sendiri merasa tertekan dengan situasi yang dihadapinya."Aku tak pernah meragukanmu, Sanur. Kamu akhirnya bisa menaklukkan Birendra. Kamu tahu, ini jalan kita menuju kehidupan yang lebih baik. Kau tinggal sedikit lagi menjadi satu-satunya istri dia," kata Fatma dengan senyum penuh kemenangan."Kenapa kita harus sampai sejauh ini, Bi? Rasanya aku tak sanggup menghadapi Mahira. Dia wanita yang baik dan tak seharusnya aku melakukan ini," ucap Sanur menghentikan langkahnya, menatap Fatma dengan mata penuh kebencian tapi takut."Aku terpaksa melakukan perintah bibi karena kata bibi akan membawa Alya dan membantuku mengobatinya."Sanur menggigit bibirnya, suaranya terdengar parau. Dia menundukkan kepala, tangan menggenggam erat ujung bajunya, menahan air mata."Terpaksa? Terpaksa karena apa, Sanur? Hidupmu akan jauh lebih nyaman. Anakmu akan hidup berkecukupan. Lag

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 74 Birendra Berbohong Lagi

    Suasana di IGD disibukkan dengan suara monitor dan langkah kaki suster. Arya baru saja menangani pasien kecil yang dirujuk ke rumah sakit ini. Penyakit langka membuat gadis itu tergolek lemah.Arya masih berada di sana saat dia melihat Mahira. Dia menaruh catatan dan berjalan menuju rekan kerjanya yang berdiri kaku di dekat tempat tidur pasien dengan wajah serius."Dokter Mahira, anda baik-baik saja?" tanya Arya sambil melihat Mahira yang tampak tidak fokus.Arya melangkah mendekat, tatapannya lembut. Ia tahu sesuatu terjadi, tapi menunggu Mahira yang berbicara terlebih dahulu."Ya tentu saja saya baik-baik saja," jawab Mahira dengan suaranya datar, matanya masih tertuju pada anak yang berbaring di ranjang.Mahira menggenggam pena medis dengan erat, hampir meretakkannya. Napasnya pelan tapi berat."Anda tidak terlihat seperti biasanya. Ada yang mengganggu?" Arya menyentuh lembut lengan Mahira, berbicara dengan nada rendah.Wajah Arya menampilkan ekspresi tulus dan sedikit menunduk unt

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 75 Fatma Senang, Sanur Menderita

    Sanur baru saja tiba di rumah setelah semalaman di rumah sakit menjaga anaknya yang sedang sakit. Matanya sayu, kantung matanya hitam, dan langkahnya sedikit terhuyung akibat kurang tidur. Begitu membuka pintu rumah, dia disambut oleh tepukan tangan pelan dari Fatma yang duduk dengan santai di ruang tamu dam tersenyum tipis dengan pandangan mata sinis.Fatma mengenakan gaun sutra elegan dan perhiasan berkilauan, melipat tangannya di dada. Dia menyilangkan kakinya sambil melihat Sanur dari ujung kepala hingga kaki, seakan menilai seluruh keberadaannya."Akhirnya, Birendra bisa dimanfaatkan juga," ucapnya dingin, sambil menepuk-nepuk tangan kembali kali ini dengan lebih keras."Aku lelah, Bi. Tolong jangan berbicara yang tidak-tidak," ucap Sanur melepaskan sepatunya."Wah, hebat ya, akhirnya suami orang itu bisa kamu manfaatkan. Kamu tahu aku pikir kamu tak punya akal sebanyak itu," ujar Fatma menyeringai tipis sambil menepuk tangan lagi."Aku tidak memanfaatkan Birendra. Dia membantu k

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 76 Bisa Antar Aku Ke Dokter, Mas

    "Non, baik-baik saja?"Mahira hanya mengangguk lemah saat Sumiati melihatnya duduk di sofa di ruang keluarga. Matanya terpejam dengan siaran televisi menyala. Abisatya sang bayi lucu itu bermain tenang seolah tahu jika sang ibu dalam keadaan sakit."Tidur di kamar saja yuk, Non. Tubuh Non demam," kata Sumiati memegang dahi Mahira yang panas."Di sini saja, Bik. Lebih nyaman di sofa," jawab Mahira pelan."Bibi buatkan teh jahe ya." Sekali Mahira mengangguk.Mahira duduk di sofa dengan tangannya memegang kepala, wajahnya pucat dan tubuhnya lemas. Sudah dua hari sakit kepala tak kunjung reda dan kali ini lebih parah. Dia tahu harus ke dokter, tapi tubuhnya terlalu lemah untuk berjalan sendiri.Birendra baru saja turun dari tangga mengenakan jaket. Mahira melirik jam di dinding, jarum pendek hampir menyentuh angka 10 pagi. Dia menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri sebelum berbicara.Mahira menoleh pelan ke arah Birendra yang sedang sibuk memeriksa ponselnya. Wajah Birendra terliha

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 77 Antara Mahira Dan Sanur

    Mahira terbaring lemah di sofa dengan selimut menutupi tubuhnya. Wajahnya pucat saat ada suara mobil berhenti tepat di depan rumah. Mahira mengernyitkan dahi, merasakan kebingungan karena tak tahu siapa yang datang."Siapa yang datang sesore ini?" Birendra yang tengah mengerjakan laporan kantor merasa terganggu dengan kedatangan tamu."Mungkin temanmu, Mas," sahut Mahira masih dalam posisi duduk.Maya menghampiri tamu di depan, Mahira mendengar suara yang dikenalnya. Maya mempersilakan dua tamu itu masuk dan segera menuju dapur. Mata Mahira berbinar saat melihat kedatangan mereka."Dokter Agustin ... Dokter Arya?""Ayo masuk sini," kata Mahira dengan senang atas kunjungan dua rekan kerjanya."Hmm ... kita tidak menganggumu waktu, kan?" tanya Agustin merasa tak nyaman saat Birendra memalingkan wajah sesaat."Oh tentu tidak. Aku senang kalian datang," jawab Mahira berusaha berdiri.Arya segera mendekat, mengulurkan tangan untuk membantu Mahira duduk lebih nyaman. Senyumnya lembut, namu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 78 Bukan Aku Pelakunya, Mas

    "Mau ke mana kamu sepagi ini?" Dengan tatapan penuh curiga Fatma bertanya pada Sanur yang terburu-buru."Aku mau ke rumah sakit. Alya demam lagi," sahut Sanur mengambil kunci sepeda motor."Punya anak kok penyakitan sih, San. Nggak ada sehat-sehatnya yang ada malah buang uang. Ya untung saja bukan uangku yang kamu pakai.""Apa maksud bibi? Bukankah bibi yang merencanakan ini?" Ada rasa kesal pada diri Sanur mendengar ocehan pagi Sanur."Makanya kamu harus berterima kasih padaku. Kalau bukan aku yang memberimu saran mendekati Birendra. Kamu tak bisa membawa putrimu ke sini."Sanur menghela napas, "Maaf aku harus pergi. Dan aku mohon jangan lagi mengungkit-ungkit perjanjian kita."Sanur menatap ponselnya dengan gelisah. Sudah pukul 6 pagi, dan pesan dari rumah sakit masuk. Anaknya, Alya yang sedang dirawat karena demam tinggi, butuh perhatian lebih. Jantung Sanur berdetak cepat. Dia segera mengambil tas kecil dan memasukkannya ke dalam jok motor. Tangannya bergetar saat mengancingkan he

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 79 Sanur Mulai Bertingkah

    Ketenangan Mahira pagi ini sebelum berangkat kerja terganggu dengan kehadiran seseorang yang tak dia inginkan kehadirannya. Fatma dengan seenaknya masuk tanpa ijin dari tuan rumah. Mahira hanya bisa menghela napas."Kita harus bicara, Mahira." Fatma masuk tanpa menunggu diundang, melirik sekeliling dengan tidak sabar.Mahira mengangkat alis, tidak suka dengan kedatangan Fatma yang terkesan tidak ada sopan santunnya. Mahira membiarkan Fatma masuk lalu menutup pintu dan berjalan perlahan ke sofa."Apa yang membawa ibu Fatma ke sini?" Mahira bertanya sambil menatap lurus ke Fatma."Kamu tahu kenapa aku di sini. Sanur seharusnya menjadi istri Birendra. Kamu sudah cukup menikmati waktumu. Sekarang saatnya kamu mengalah." Fatma duduk dengan sikap menguasai, kedua tangannya dilipat di pangkuan dan tubuhnya sedikit condong ke depan.Mahira tersenyum tipis, meski ada ketegangan di dalam hatinya, dia tetap berdiri dengan postur tegap dan siap menghadapi ocehan Fatma yang tak ada gunanya bagi Ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 80 Sanur Di Rumah Birendra

    Aroma cemara memenuhi ruang kamar inap VVIP yang ditempati Alya anak Sanur. Kamar yang dipenuhi suasana sunyi, hanya suara mesin-mesin medis yang mengiringi deru napas anak Sanur yang terbaring lemah di ranjang. Sanur duduk di kursi di sebelah ranjang, matanya berkaca-kaca memandangi wajah pucat sang anak."Maafkan ibu, sayang. Ibu akan melakukan apa saja agar kamu sembuh. Bahkan jika itu artinya harus mendekati pria itu, orang yang seharusnya tak pernah ada dalam hidup kita." Sanur berucap dalam hati, sambil memegang tangan anaknya yang lemah dan wajahnya penuh beban.Sanur menunduk dengan jemarinya menyentuh lembut rambut anaknya, dia menarik napas panjang berusaha menenangkan diri."Kamu adalah segalanya untuk ibu. Ibu harus kuat, harus bisa melakukan ini. Paman Birendra bisa bantu kita, dia punya semua yang kita butuhkan." Sanur berbicara perlahan, hampir seperti membisik."Untuk kali ini tak akan ibu biarkan orang lain ikut campur dalam hidup kita, Nak."Sanur mengangkat wajahnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24

Bab terbaru

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 161 Pilihan Mahira

    Mahira perlahan membuka mata dan penglihatan yang buram. Ruangan putih yang asing menyambutnya, dengan bau karbol yang khas. Dia mencoba duduk, tetapi seketika rasa nyeri menusuk di kepalanya membuatnya meringis. Tangan kanannya bergerak memegang pelipis, sementara matanya menyipit menahan sakit yang kian terasa."Jangan banyak bergerak dulu, Hira," kata suara berat dan tenang milik Dokter Agustin terdengar di sebelahnya. Dia berdiri dengan tangan terlipat di depan dada disertai sorot matanya yang lembut."Kamu baru saja pingsan. Mahira. Untung Birendra segera membawamu ke sini.""Kenapa dengan saya, Dok?" tanya Mahira berusaha untuk bicara."Kondisimu semakin parah, Hira. Hematomamu sudah terlalu besar dan kita harus melakukan operasi secepatnya. Tidak bisa kamu biarkan seperti ini terus."Mahira terdiam, dadanya terasa sesak mendengar kata-kata itu. Bibirnya mengatup rapat seraya matanya menatap lurus ke depan dan berusaha mengusir pikiran-pikiran buruk. Sambil menarik napas dalam-d

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 160 Kebahagian Birendra

    Di balik jeruji besi yang dingin, Maya duduk bersandar pada dinding yang lembap. Wajahnya pucat, matanya sembab dan bahunya sedikit bergetar, menahan perasaan yang berkecamuk dalam dada.Hidupnya telah berubah. Dia bukan lagi Maya seorang mahasiswi kedokteran atau adik asuh kesayangan sang nona. Dia telah mengecewakan sang nona juga ibunya yang malu kepada dirinya."2012 ada yang menemuimu. Keluarlah." Seorang sipir wanita membuka jeruji besi tempat Maya berada sekarang."Siapa yang mau menemui saya, Bu?" tanya Maya. Hampir dua bulan tak seorang pun sudi menjenguknya."Kamu akan tahu nanti."Maya didampingi dua sipir wanita dengan tangan yang terborgol. Langkah-langkah halus terdengar mendekat ke ruang pertemuan dan tak lama kemudian seorang wanita berdiri di hadapannya. Mahira.Wanita itu tetap anggun meskipun ada kelelahan yang terlihat di matanya. Dengan ekspresi tenang, tetapi sarat kekecewaan, Mahira menatap Maya dalam-dalam. Maya menundukkan kepala seraya jari-jarinya saling men

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 159 Maukah Kau Berkorban Untuknya, Mahira?

    "Apa yang ingin kamu bicarakan, Mas?" Mahira menatap Birendra dengan pandangan serius. "Ini tentang kita, Hira. Tentang pernikahan yang telah kita jalani," kata Birendra. Birendra duduk di ruang tamu seraya menghadap Mahira yang duduk di seberangnya. Tatapannya berat seolah menimbang setiap kata yang akan dia ucapkan. Kedua tangannya berada di pangkuan dan jemarinya saling mengait erat, sesekali bergerak gelisah. Mahira menatap Birendra dengan lembut, wajahnya tenang walau ada sedikit kerutan di dahinya menunjukkan kekhawatiran yang dia coba sembunyikan sejak tadi saat Birendra memanggilnya. "Aku siap mendengarnya, Mas. Katakan saja," sahut Mahira ingin mengetahui keputusan yang diambil Birendra. Dia sudah tahu Birendra hendak membicarakan perceraian. "Aku tidak tahu harus memulai dari mana pembicaraan ini, Hira. Kamu tahu sendiri pernikahan kita bukan didasari oleh cinta di hatiku. Aku hanya menganggapmu sebagai adik bukan seorang istri," ucap Birendra mengungkapkan isi hati

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 158 Bangunlah Arya

    Sanur berdiri di terminal keberangkatan memandang pesawat yang akan membawanya dan putrinya, Alya, meninggalkan Indonesia. Hatinya terasa berat, tetapi dia yakin bahwa ini adalah keputusan yang tepat. Dia sudah berpamitan dengan Mahira juga Birendra dan mereka mengerti alasannya pergi. Namun ada satu orang yang tak diberi tahu, Sanur tak bisa membiarkan Wisnu ikut terikat dalam kehidupannya yang penuh luka. Dia merasa dirinya tak pantas bagi Wisnu. “Semua akan baik-baik saja,” bisiknya pada diri sendiri meskipun hatinya masih bimbang sembari menggandeng tangan kecil Alya. "Ibu, kita akan ke mana? Kenapa naik pesawat?" Alya gadis kecil berjaket dan bertopi itu tampak bingung. "Kita akan ke Amerika, Nak. Kita akan memulai kehidupan yang baru di sana," jawab Sanur memberi pengertian pada Alya. "Apa Paman Wisnu dan Kakek Rahmat ikut juga bersama kita?" tanyanya lagi. "Hanya kita berdua, Nak." Sanur melihat kesedihan di wajah Alya. Dua bulan bersama Wisnu dan Rahmat ayah Mahir

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 157 Bertahanlah, Dokter Arya

    Tanpa disadari oleh Fatma, seorang polisi diam-diam berjalan di belakangnya. Polisi tersebut mendekati Fatma dengan sigap dan sebelum dia bisa melakukan sesuatu yang lebih berbahaya, polisi berhasil melumpuhkannya."Sudahi permainan anda, Ibu Fatma!""Tidak ... aku tak berakhir seperti ini!" Fatma berteriak tidak terima.Pistol yang dia genggam jatuh dengan bunyi keras ke lantai beton. Bayi Abisatya yang hampir terlepas dari genggamannya langsung diselamatkan oleh seorang petugas polisi dan dengan hati-hati diserahkan kembali kepada Mahira.Mahira meraih Abisatya dengan tangan gemetar, dan begitu dia mendekap putranya, air mata mengalir deras di pipinya. Rasa syukur dan kebahagiaan meluap-luap di hatinya setelah berhari-hari terjebak dalam mimpi buruk ini."Ibu di sini, Sayang. Kamu aman sekarang," kata Mahira memeluk erat Abisatya."Jangan menangis lagi. Kita pulang ya sekarang," imbuh Mahira sembari mencium wajah Abisatya yang sudah berhenti menangis.Birendra dengan cepat menghampi

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 156 Serahkan Dirimu, Fatma

    Mahira berdiri terpaku, tangan gemetar saat menatap pisau di hadapannya. Fatma menunggunya membuat keputusan, tetapi bagaimana mungkin ia bisa memilih? Di satu sisi ada Abisatya, putranya yang bahkan belum bisa berbicara. Di sisi lain, ada Sanur, yang meski bukan siapa-siapa baginya secara pribadi, tetaplah seseorang yang berharga bagi Wisnu."Kenapa anda begitu menginginkan kematianku, Bibi Fatma?" tanya Mahira sengaja untuk mengalihkan pembicaraan.Fatma mendengkus kesal, dia menatap Mahira dengan tatapan kebencian. Tidak ada rasa iba pada Mahira yang notebene adalah keponakannya. Rasa bencinya telah mengakar di hatinya."Karena dengan kematianmu, aku bisa mewarisi harta ibumu. Semua yang dia miliki seharusnya jatuh kepadaku bukan kepada ibumu. Sejak kecil aku diabaikan dan tak seorang pun menyayangiku hanya karena ibumu memiliki penyakit jantung," ucap Fatma sinis."Bukankah anda telah mengambil semuanya? Kenapa anda masih menginginkan kematianku?" ulang Mahira."Wajahmu mengingatk

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 155 Kebimbangan Mahira

    Malam semakin larut saat Mahira menyetir seorang diri di lenggangnya jalanan ibu kota. Jari-jarinya mencengkeram erat setir mobil. Ini pertama kalinya ia menyetir setelah setahun tak pernah menyentuh mobil karena trauma kecelakaan yang pernah dialaminya. Tubuhnya terasa kaku, dan setiap tarikan napasnya berat.Satu jam lalu Mahira mendapat telepon dari Fatma untuk menemuinya secara langsung di tempat yang sudah ditunjuknya. Mahira awalnya ingin menolak, tetapi ancaman Fatma membuat dia harus menghadap.["Jika kau tak ke sini sendirian, jangan harap kamu akan bertemu dengan salah satu dari mereka."]Suara dingin Fatma memerintahkannya datang sendiri tanpa ditemani siapa pun. Jika Mahira membawa polisi atau siapa saja, salah satu sandera — anaknya, Abisatya atau akan dilukai. Tidak ada waktu untuk berpikir panjang. Tanpa memberitahu Birendra ataupun Wisnu, Mahira mengambil kunci mobil dan pergi di tengah malam yang sunyi.Angin malam menyapu wajahnya saat dia membuka sedikit jendela mob

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 154 Pilih Abisatya Atau Sanur

    "Maafkan saya, Non Mahira. Seharusnya nona tidak pernah mengasuh bayi itu. Saya begitu tak suka saat nona mau mengasuh anak dari pelakor.""Lebih baik lupakan saja anak ini, Nona Mahira."Empat hari sudah sejak hilangnya Abisatya dan polisi masih kesulitan menemukan jejak Maya dan Fatma. Kedua wanita itu begitu pandai bersembunyi, meninggalkan pihak berwenang kebingungan. Setiap harapan yang dimiliki Mahira dan Birendra mulai pudar."Aku berharap setelah ibu Fatma mendapatkan uangnya. Aku bisa pergi dari kota ini dan memberikan anak ini pada orang lain."Maya dan Fatma berganti lokasi tempat persembunyian. Kali ini anak buah Fatma menemukan rumah kosong di pinggiran kota meski harus masuk gang sempit, kedua wanita itu tak peduli asal mereka bisa menghindari pihak polisi."Makanya jangan cari masalah denganku. Kalau kamu diam, aku tak akan melakukan ini!"Dari luar, Maya mendengar suara keras Fatma. Maya segera meninggalkan Abisatya dengan botol susunya yang sengaja dia beli agar bayi

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 153 Dua Pilihan Sulit

    "Birendra akan membawa Abisatya, Mahira. Jadi serahkan semua padanya ya."Dokter Agustin dan Arya datang ke rumah Mahira untuk memberi dukungan. Mereka tahu jika Mahira membutuhkan seseorang untuk menguatkan di kala susah seperti ini."Tapi bagaimana jika tak berhasil, Dok?" tanya Mahira menatap dokter Agustin penuh kesedihan."Sampai sekarang Mas Birendra tak meneleponku," lanjutnya."Tenanglah, Mahira. Dia akan memberi kabar pada kita," sahut Arya.Matanya terus melirik ke ponsel di atas meja yang tak henti-hentinya bergetar dengan notifikasi, tetapi tak satu pun dari mereka membawa kabar baik yang ditunggunya. Ruangan itu terasa begitu sunyi, hanya ada suara jam dinding yang berdetak pelan.Arya tak tahu bagaimana dia harus menghibur Mahira yang saat ini sedang dirundung masalah. Sejak awal bertemu dengannya, Arya merasa kehidupan Mahira sungguh berat dan tak ada bahagia."Kita harus sabar, Mahira," ujar dokter Agustin dengan suara yang lembut."Birendra pasti tahu apa yang dia lak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status