Setibanya di mansion, Lucia langsung turun dari taksi dan bertanya pada penjaga yang berjaga di luar tentang keberadaan Dean. Ternyata, pria itu tidak ada di sana. Lucia pun bergegas menuju apartemen Dean. Pukul 9 malam, dia akhirnya tiba di apartemen pria itu.Dia mencoba memencet tombol bel sambil. Setelah menekan berkali-kali, tapi pintu tidak juga terbuka, Lucia memutuskan untuk menghubungi Nolan untuk menanyakan keberadaan pria itu.Sebenarnya, dia bisa saja masuk ke dalam apartemen Dean, karena dia tahu kode pintunya. Namun, dia tidak mau melakukan itu. Sebab itulah, dia memilih untuk menghubungi asisten Dean."Nolan, apa kau tahu di mana Dean?" tanya Lucia setelah panggilan telponnya tersambung. "Tuan Dean ada di apartemen. Ada apa, Nona?"Lucia nampak mengerutkan keningnya. "Aku berada di apartemennya, tapi Dean tidak ada."Sebelum ke apartemennya, Lucia sudah mengirimkan pesan pada Dean terlebih dahulu, tapi sampai saat ini, pesannya belum juga dibalas oleh pria itu."Seharus
Wajah Lucia berubah menjadi pias. Dengan susah payah dia menelan salivanya, kemudian mengatur irama jantungnya yang berdetak dengan cepat. Baru setelah itu, dia memberanikan diri untuk bicara."Dean, aku ..."Melihat wajah bimbang Lucia, sorot mata Dean yang semula menyala karena gairah, seketika meredup. "Aku tidak akan memaksa, jika kau tidak mau." Dia pun melepaskan cengkaram tangannya, lalu menarik diri dari Lucia dan berkata, "Pulanglah."“Lalu bagaimana denganmu?” tanya Lucia seraya bangun dari sofa.“Aku bisa mengatasinya sendiri.” Dean membalik tubuhnya dan berjalan menuju kamar.Lucia yang melihat itu, segera mengejar Dean yang sudah sampai di depan kamarnya. “Dean, apa kau yakin bisa mengatasinya tanpa bantuan Dokter?” tanya Lucia sembari menahan tangan pria itu ketika dia akan memasuki kamarnya. Dia tentu saja tahu bagaimana rasanya saat dipengaruhi oleh obat, karena dia pernah mengalami 3 tahun lalu, ketika dia dan Dean melakukan pertama kalinya. Hanya mendapatkan sentuha
Ceklek!Setelah Tuan Federick membuka pintu kamar Dean, dia dan istrinya langsung melihat ke arah dua orang yang sedang berbaring di ranjang. Ketika melihat pemandangan di depannya, terukir senyuman lebar di bibir Tuan Federick dan Nyonya Sheema. Keduanya nampaknya tersenyim malu ketika melihat Dean dan Lucia sedang tertidur di ranjang. Padahal, posisi keduanya tidak terlihat intim, keduanya hanya tidur saling berhadapan dengan selimut yang menutupi tubuh keduanya.“Dean … Lucia, bangun,” panggil Tuan Fedrick.Karena keduanya masih tertidur pulas, Tuan Federick kembali membangungkan mereka dengan memanggil dengan lebih keras lagi.Detik selanjutnya, kedua orang itu pun mulai membuka mata bersamaan, setelah itu saling menatap sebelum akhirnya mereka menoleh ketika mendengar suara orang berdeham dari arah pintu.“Kakek! … Nenek!” seru keduanya secara bersamaan saat melihat Tuan Federick dan Nyonya Sheema sedang berdiri di depan ranjang. Keduanya pun refleks bangun dari tidurnya. Lucia
“Aku memang ingin mendapatkanmu lagi, tapi bukan dengan cara seperti ini.”Lucia kembali teringat kata-kata Dean yang semalam saat pria itu hampir saja menyentuhnya. Ya, selain tahap terakhir, semua sudah dilakukan oleh Dean. Bahkan pria itu meninggakan banyak jejak kemerahan di beberapa bagian tubuh Lucia, termasuk di leher yang mudah sekali dilihat oleh orang lain. Keduanya pun sudah hampir polos, yang tersisa hanya kain terakhir yang menutup daerah sensitif keduanya.Lucia sempat berpikir kalau Dean pasti akan menyentuhnya semalam, tapi dia cukup terkejut ketika Dean tiba-tiba menghentikan cumbuannya di menit terakhir. Padahal, satu langkah lagi, dia bisa melampiaskan hasratnya.Namun, dia memilih untuk berhenti dan segera keluar dari kamar itu, kemudian menguncinya dari luar. Karena benar-benar tidak tahan, Dean akhirnya menghubungi Dokter pribadinya, dan menyuruhnya datang ke apartemennya. Sebenarnya, dia bisa saja pergi ke rumah sakit terdekat. Namun, dia tidak mau mengundang p
“Selamat malam, Helia.”“Tuan Besar, Nyonya Besar.” Ibu Lucia sangat terkejut ketika melihat kedatangan Tuan Federick dan Nyonya Sheema di apartemennya.“Maaf, kalau kedatangan kami malam ini mengejutkanmu.”Meskipun terkejut, Nyonya Helia masih berusaha untuk terlihat biasa. “Tidak apa-apa.” Dia pun segera mempersilahkan Tuan Federick dan Nyonya Sheema untuk segera masuk ke dalam.Nyonya Helia nampak memperhatikan banyak pria berseragam lengkap ikut masuk ke dalam dan meletakkan banyak sekali kotak transparan di meja serta di lantai. Usai meletakkan barang-barang itu, pria-pria berseragam itu keluar dari sana, menyisakan 4 pria tegap yang berdiri di belakang tempat duduk Nyonya Sheema dan Tuan Federick.“Tuan Besar ini …” Nyonya Helia nampak menunjuk ke kotak yang dibawa oleh pria-pria yang tadi ikut masuk bersama dengan kakek dan nenek Dean.“Ini hanya hadiah kecil kami untuk Lucia.”Bagaimana bisa dikatakan hadiah kecil, semua barang yang dibawa oleh Tuan Federick adalah barang-bar
"Sekarang, katakan pada kami, apa kau sungguh ingin kembali dengan Dean lagi?"Meskipun, pertanyaan yang dilontarkan oleh ibunya terdengar pelan. Namun, Lucia bisa menangkap ada jejak ketidaksukaan dalam nada bicara ibunya."Pikirkan baik-baik lagi, Lucia. Dia sudah pernah mencampakkanmu. Bukan tidak mungkin, pria itu akan kembali menyakitimu. Jangan mau dibodohi lagi olehnya," lanjut Nyonya Helia.Dean sudah dua kali membatalkan 2 acara penting dalam hidupnya. Yang pertama, pernikahannya dengan Lucia, yang kedua pertunangannya dengan Rebecca. Bisa saja, dia kembali mengulang kesalahan yang sama seperti yang dia lakukan di masa lalu.Jika menilai dari pembatalan kedua acara itu penting itu, ibu Lucia bisa menyimpulkan kalau Dean bukanlah pria yang yang bertanggung jawab. Maka dari itu, dia ragu untuk menyerahkan putrinya kembali Dean. Tindakan pria itu di masa lalu membuatnya sangat kecewa.Jelas saja dia sangat kecewa, putrinya yang sangat dia sayangi, dicampakkan begitu saja setelah
“Halo, ada apa, Nenek?” tanya Dean setelah mengangkat panggilan telpon dari Nyonya Sheema.“Cepat kemari, Kakekmu masuk rumah sakit.”Dean yang baru saja akan membuka pintu apartemennya seketika menghentikan gerakan tangannya. "Kenapa Kakek bisa tiba-tiba masuk rumah sakit?"Seingatnya, kakeknya itu baik-baik saja ketika dia datang menemuinya kemarin. Tidak nampak kalau dia sedang sakit."Ke sini saja dulu."Dean pun mengakhiri panggilan telpon itu dan bergegas menuju rumah sakit. Dia tiba di rumah sakit sekitar pukul 10 malam dan langsung menuju ruangan rawat inap di mana kakeknya berada. Di depan ruangan terdapat dua orang pengawal yang berjaga di sana.Ketika melihat Dean, keduanya langsung membungkukkan tubuh dan menyapa Dean dengan hormat. Dean hanya mengangguk dan masuk ke dalam ruangan. Terlihat neneknya sedang duduk di samping ranjang kakeknya seraya berbincang."Kakek, ada apa denganmu?" Dean langsung bertanya setelah berada di samping kanan ranjang kakeknya, bersebelahan deng
"Bagaimana? Apa kau sudah mengurus semuanya?" tanya Dean setelah melihat asistennya berdiri di depan meja kerjanya."Semua pemberitaan sudah dihapus," jawab Nolan. "Tapi, untuk foto ..." Nolan terlihat ragu untuk melanjutkan ucapannya. "Ada apa dengan fotonya?" tanya Dean tidak sabar. "Fotonya sudah tersebar luas dan tidak semua bisa hapus."Foto itu sudah tersebar di group layanan pesan singkat dan juga sudah diunduh oleh banyak pengguna sosial media. Jadi, foto yang sudah diunduh itu, tidak bisa di hapus karena berada di penyimpanan pribadi milik pengguna ponsel.Dean nampak berpikir selama beberapa detik, lalu berkata, "Bagaimanan dengan pelakunya? Sudah kau temukan?""Sudah, tapi dia bukan pelaku asli. Dia hanya dibayar untuk menyebarkan foto dan menulis berita palsu yang menjelekkan nona Lucia.""Apa menurutmu pelakunya sama dengan 3 tahun lalu?"Maksud Dean adalah pelaku yang menyebarkan vidio panasnya bersama Lucia."Saya tidak yakin, Tuan."Dean berpikir kembali dengan wajah