Ketika Lucia mengangkat kembali kepalanya, tidak sengaja pandangannya bertabrakan mata wanita itu. Entah kenapa dia merasa kalau wanita itu melemparkan senyuman sinis padanya. Padahal, Lucia merasa tidak pernah menyinggungnya, bahkan mengenal wanita itu saja tidak. Dia hanya tahu kalau wanita itu bernama Rebecca. Setelah Renata mengatakan kalau Dean akan bertunangan, Lucia jadi penasaran dengan sosok wanita yang mampu menaklukan hati Dean. Pada akhirnya dia pun melihat berita di internet, dari sanalah dia melihat wajah Rebecca dan baru kali ini melihatnya secara langsung. Ternyata wajahnya jauh lebih cantik dari foto yang beredar di internet. "Mari, Tuan Anderson." Manager itu dengan ramah menunjukkan jalan menuju lantai atas pada Dean dan Rebecca. Saat akan melewati mejanya, Lucia melirik pada Dean, tapi sayangnya pria itu sama sekali tidak menoleh padanya. Jangankan menoleh, melirik saja tidak. Dia hanya berlalu begitu saja seolah tidak melihat keberadaannya di sana. Padahal, jela
Tanpa memperdulikan reaksi Lucia, Dean mulai menggerakkan bibirnya, melumat bibir Lucia dengan lembut. Tindakan Dean itu membuat sekujur tubuh Lucia langsung meremang dan jantungnya berdegup dengan kencang. Satu menit berlalu, Dean akhirnya menghentikan lumatannya, kemudian menarik diri dari Lucia. "Tidak mencintaiku?" ujar Dean dengan senyuman miringnya. "Mulutmu berkata tidak, tapi respon tubuhmu justru berkata lain, Lucia. Kau menikmati ciumanku. Itu artinya kau berbohong."Lucia ingin membalas ucapan Dean, tapi mendadak lidahnya menjadi kelu. Tidak bisa dipungkiri kalau dia sempat terbuai dengan permainan bibir pria itu, tapi ketika kesadarannya kembali, Dean sudah lebih dulu menjauhkan diri darinya."Jika kau sudah tidak mencintaiku, kau pasti sudah mendorong tubuhku dan menamparku sejak tadi," tambah Dean lagi. "Tapi, nyatanya kau diam saja."Sejak dulu, Lucia memang tidak pernah membiarkan dirinya disentuh oleh orang lain. Hanya Dean, pria satu-satunya yang pernah menyentuhnya.
“Lucia, bagaimana pertemuanmu kemarin?” tanya Ibu Lucia ketika melihat anaknya baru saja pulang dengan wajah lelahnya. Dia langsung menarik tangannya putrinya agar duduk bersisian dengannya di sofa ruangan keluarga. Sejak tadi dia cemas menunggu kepulangan putrinya karena ingin tahu apa hasil pertemuan Lucia dengan pihak bank serta pihak investor. Kemarin dia tidak sempat menanyakan pada putrinya karena dia sudah tertidur ketika Lucia pulang ke rumah. Pagi harinya, putrinya langsung pergi terburu-buru setelah selesai sarapan. Dia bilang sudah memiliki janji dengan seseorang. Jadi, Ibu Lucia memutuskan untuk bertanya padanya anaknya setelah dia pulang. Lucia menghela napas berat sebelum menjawab pertanyaan ibunya. “Maafkan aku, Bu. Aku hasilnya tidak memuaskan.”Pertama dia memberitahukan terlebih dahulu mengenai keputusan pihak bank kemudian lanjut dengan pembicaraan Tuan Cheng. Dia juga menjelaskan kalau hari ini, dia berusaha untuk menemui Tuan Cheng kembali, tapi sayangnya, pr
Sudah 2 hari berlalu, tapi Lucia belum juga mendapatkan uang untuk melunasi hutang ayahnya di bank. Dia juga belum bisa bertemu dengan Tuan Cheng sampai saat ini. Setiap kali Lucia pergi ke kantornya, sekretarisnya selalu mengatakan kalau Tuan Cheng sedang sibuk dan tidak bisa diganggu. Padahal, dia pernah melihat ada tamu yang bisa bertemu dengan Tuan Cheng.Sepertinya Tuan Cheng sengaja menghindarinya, tapi Lucia tidak tahu apa alasannya melakukan itu. Padahal, sebelumnya mereka sudah sepakat untuk bertemu kembali. Namun, sampai sekarang Tuan Cheng belum bisa ditemui.Lucia juga sudah beberapa kali mencoba menghubungi Tuan Cheng, tapi tidak pernah diangkat olehnya. Lucia pun memutuskan untuk datang ke kantornya,, tapi sayangnya, pria tua itu tidak pernah mau bertemu dengannya. Meskipun terus ditolak, Lucia tidak pantang menyerah, dia masih berniat untuk mendatangi perusahaan Tuan Cheng sampai pria tua itu mau menemuinya. Seperti pagi ini, Lucia sudah berada di depan kantor Tuan Che
“Permisi, Tuan.”Dean mengangkat kepala sejenak saat mendengar suara asistennya, kemudian melanjutkan pekerjaannya setelah melihat Nolan berjalan ke arahnya.“Ada, apa?” tanya Dean tanpa menatap asistennya itu, dia terlihat sedang memfokuskan pandangannya pada kertas yang ada di meja.“Nona Lucia menemui Tuan Cheng lagi.”Ketika nama Lucia disebut, kelopak mata Dean terangkat dengan cepat. Dia menatap asistennya sebentar kemudian bertanya padanya. “Tuan Cheng, siapa?”Ini pertama kalinya Dean mendengar nama itu. Jadi, dia merasa heran, kenapa Nolan melaporkan padanya kalau Lucia bertemu dengan pria bernama Tuan Cheng itu.“Dia adalah investor yang berpura-pura menanamkan modal perusahaan Tuan Mathias.”Seketika Dean teringat dengan perintah yang dia berikan pada Nolan untuk mencarikan seorang investor untuk berinvestasi di perusahaan Ayah Lucia menggunakan uangnya. “Ah, jadi nama investor itu, Tuan Cheng?”“Benar, Tuan,” jawab Nolan sambil mengangguk mantap.Selama ini, Dean memang ti
Mata Lucia membulat sempurna setelah mendengar ucapan Carissa. Informasi ini tentu sangat mengejutkan baginya. “Dia melarang siapa pun bekerja sama dengan perusaan ayahmu dan melarang insvestor menanamkan modal di perusahaan ayahmu agar perusahaan ayahmu jatuh."“Kau jangan bicara omong kosong Carissa! Dean tidak mungkin melakukan itu.”Dean tidak pernah berselisih dengan ayahnya selama ini. Jadi, tidak ada alasan bagi Dean untuk melakukan itu. “Terserah kalau kau tidak percaya denganku. Kuberitahu satu hal padamu.” Carissa mendekatkan tubuhnya pada Lucia, kemudian berbisik, “Dean mengatakan padaku, itu sebagai balasan karena kau sudah mempermainkannya dan juga mempermalukannya.”Melihat Lucia mulai termakan hasutannya, Carissa menarik seringai tipis di bibirnya. “Lucia, lebih baik kau dan keluargamu pindah dari kota ini, dengan begitu, hidup kalian akan lebih damai. Dean tidak akan berhenti sebelum membuat keluargamu hancur.”Lucia mengepalkan kedua tangannya dengan kuat hingga buku
"Lucia tidak mungkin melakukan itu! Dia wanita baik-baik Peter," sanggah Victor, tidak terima.Dulu dia juga sempat berpikir sama dengan Victor. Namun, pandangannya berubah setelah vidio panas Lucia tersebar di internet."Wanita baik-baik mana yang tidur dengan pria lain, sementara dia sudah memiliki tunangan, bahkan sebentar lagi akan menikah," sahut Peter dengan ekspresi merendahkan. "Dia itu tipe wanita yang tidak puas hanya dengan satu pria. Wanita sepertinya tidak akan memikirkan baik-buruknya, selama itu menguntungkan baginya, dia rela melakukan apa pun itu. Dia benar-benar bertingkah seperti wanita yang tidak memiliki harga diri. Bahkan wanita murahan saja masih memiliki harga diri. Dia lebih rendah dari wanita muraha—"Craaak ... Pyaaar!Victor dan yang lainnya seketika menoleh ke arah Dean ketika mendengar suara gelas pecah. Ketiganya pun nampak terkejut ketika melihat gelas yang tadi dipegang oleh Dean sudah pecah dan berhamburan di bawah, di dekat kakinya."Dean, itu ... tan
"Lucia, kau dari mana saja?" Nyonya Helia bertanya pada putrinya ketika melihatnya memasuki ruangan keluarga. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam dan dia baru pulang. Padahal, dia sudah berjanji akan pulang cepat."Maaf, Bu. Tadi aku ada sedikit urusan." Lucia menghempaskan punggungnya di sandaran sofa bersebelahan dengan ibunya dengan wajah lelah."Lucia, apa kau sudah menemukan jalan lain untuk masalah hutang ayahmu?"Setelah mendengar pertanyaan ibunya, Lucia segera menegakkan punggung dan menatap ibunya dengan lekat. Rasa bersalah kembali menggelayuti hatinya, tidak tega untuk menyampaikan berita buruk tersebut."Bu, bagaimana kalau kita pindah ke rumah yang berada di pinggir kota?"Kelopak mata Nyonya Helia melebar, tapi hanya sesaat, setelah itu kembali normal. Dia tidak langsung menjawab, melainkan meneliti wajah putrinya selama dua detik, baru berkata, "Apa mereka tidak mau memberikan perpajangan waktu?"Mendapatkan pertanyaan seperti itu dari ibunya membuat Lucia semakin be