“Permisi, Tuan.”Dean mengangkat kepala sejenak saat mendengar suara asistennya, kemudian melanjutkan pekerjaannya setelah melihat Nolan berjalan ke arahnya.“Ada, apa?” tanya Dean tanpa menatap asistennya itu, dia terlihat sedang memfokuskan pandangannya pada kertas yang ada di meja.“Nona Lucia menemui Tuan Cheng lagi.”Ketika nama Lucia disebut, kelopak mata Dean terangkat dengan cepat. Dia menatap asistennya sebentar kemudian bertanya padanya. “Tuan Cheng, siapa?”Ini pertama kalinya Dean mendengar nama itu. Jadi, dia merasa heran, kenapa Nolan melaporkan padanya kalau Lucia bertemu dengan pria bernama Tuan Cheng itu.“Dia adalah investor yang berpura-pura menanamkan modal perusahaan Tuan Mathias.”Seketika Dean teringat dengan perintah yang dia berikan pada Nolan untuk mencarikan seorang investor untuk berinvestasi di perusahaan Ayah Lucia menggunakan uangnya. “Ah, jadi nama investor itu, Tuan Cheng?”“Benar, Tuan,” jawab Nolan sambil mengangguk mantap.Selama ini, Dean memang ti
Mata Lucia membulat sempurna setelah mendengar ucapan Carissa. Informasi ini tentu sangat mengejutkan baginya. “Dia melarang siapa pun bekerja sama dengan perusaan ayahmu dan melarang insvestor menanamkan modal di perusahaan ayahmu agar perusahaan ayahmu jatuh."“Kau jangan bicara omong kosong Carissa! Dean tidak mungkin melakukan itu.”Dean tidak pernah berselisih dengan ayahnya selama ini. Jadi, tidak ada alasan bagi Dean untuk melakukan itu. “Terserah kalau kau tidak percaya denganku. Kuberitahu satu hal padamu.” Carissa mendekatkan tubuhnya pada Lucia, kemudian berbisik, “Dean mengatakan padaku, itu sebagai balasan karena kau sudah mempermainkannya dan juga mempermalukannya.”Melihat Lucia mulai termakan hasutannya, Carissa menarik seringai tipis di bibirnya. “Lucia, lebih baik kau dan keluargamu pindah dari kota ini, dengan begitu, hidup kalian akan lebih damai. Dean tidak akan berhenti sebelum membuat keluargamu hancur.”Lucia mengepalkan kedua tangannya dengan kuat hingga buku
"Lucia tidak mungkin melakukan itu! Dia wanita baik-baik Peter," sanggah Victor, tidak terima.Dulu dia juga sempat berpikir sama dengan Victor. Namun, pandangannya berubah setelah vidio panas Lucia tersebar di internet."Wanita baik-baik mana yang tidur dengan pria lain, sementara dia sudah memiliki tunangan, bahkan sebentar lagi akan menikah," sahut Peter dengan ekspresi merendahkan. "Dia itu tipe wanita yang tidak puas hanya dengan satu pria. Wanita sepertinya tidak akan memikirkan baik-buruknya, selama itu menguntungkan baginya, dia rela melakukan apa pun itu. Dia benar-benar bertingkah seperti wanita yang tidak memiliki harga diri. Bahkan wanita murahan saja masih memiliki harga diri. Dia lebih rendah dari wanita muraha—"Craaak ... Pyaaar!Victor dan yang lainnya seketika menoleh ke arah Dean ketika mendengar suara gelas pecah. Ketiganya pun nampak terkejut ketika melihat gelas yang tadi dipegang oleh Dean sudah pecah dan berhamburan di bawah, di dekat kakinya."Dean, itu ... tan
"Lucia, kau dari mana saja?" Nyonya Helia bertanya pada putrinya ketika melihatnya memasuki ruangan keluarga. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam dan dia baru pulang. Padahal, dia sudah berjanji akan pulang cepat."Maaf, Bu. Tadi aku ada sedikit urusan." Lucia menghempaskan punggungnya di sandaran sofa bersebelahan dengan ibunya dengan wajah lelah."Lucia, apa kau sudah menemukan jalan lain untuk masalah hutang ayahmu?"Setelah mendengar pertanyaan ibunya, Lucia segera menegakkan punggung dan menatap ibunya dengan lekat. Rasa bersalah kembali menggelayuti hatinya, tidak tega untuk menyampaikan berita buruk tersebut."Bu, bagaimana kalau kita pindah ke rumah yang berada di pinggir kota?"Kelopak mata Nyonya Helia melebar, tapi hanya sesaat, setelah itu kembali normal. Dia tidak langsung menjawab, melainkan meneliti wajah putrinya selama dua detik, baru berkata, "Apa mereka tidak mau memberikan perpajangan waktu?"Mendapatkan pertanyaan seperti itu dari ibunya membuat Lucia semakin be
“Ayah, tunggu di sini sebentar. Aku akan membayar tagihannya dulu,” ucap Lucia setelah keluar dari ruangan Dokter. Mereka baru saja selesai berkonsultasi.“Ya.”Lucia bergegas menuju loket pembayaran yang berada di ujung. Setelah selesai melakukan pembayaran, Lucia pergi ke bagian apotek untuk menebus obat, baru setelah itu kembali menghampiri ayahnya.“Ayah, apa ada sesuatu yang ingin kau beli sebelum kita pulang?” “Tidak ada. Sebaiknya kita langsung pulang, ayah lelah.”Lucia mengangguk, kemudian mendorong kursi roda ayahnya menuju pintu keluar. Dengan hati-hati, Lucia membantu ayahnya untuk memasuki mobil, setelah itu dia masuk ke kursi kemudi.Saat akan memakai sabuk pengaman, Lucia menoleh ke kanan, tanpa sengaja dia melihat Dean dan Rebecca berjalan ke arah parkiran dan masuk ke dalam mobil yang letaknya tidak jauh dari mobil Lucia.Diam-diam dia memperhatikan dari kaca mobilnya. Netranya tiba-tiba melebar ketika melihat Dean memojokkan Rebecca ke sisi pintu lain dan mengurung t
"Apa?? Kau menerima tawaran Carlos?"Renata nampak sangat terkejut setelah Lucia selesai menceritakan tentang keputusannya menerima tawaran menikah kontrak dengan Carlos."Sssstttt." Lucia menempelkan jari telunjuknya di bibir ketika semua pengunjung cafe menatap ke arah dengan ekspresi tidak senang akibat suara tinggi sahabatnya itu. "Pelankan suaramu, Renata. Lihat, semua orang melihat kita."Renatap mengatupkan mulutnya sesaat, kemudian berkata, "Maaf, aku tidak sadar."Setelah perhatian semua orang teralihkan, Renata memajukan tubuhnya ke depan, kemudian berkata dengan suara rendah, tapi penuh penekanan."Lucia, apa kau sudah gila? Kenapa kau menerima tawarannya? Kau tahu, kan, dia pria seperti apa?" Belum juga menjawab, Renata sudah berbicara lagi karena tidak setuju dengan keputusan sahabatnya. "Dia itu casanova, Lucia. Pemain wanita."Lucia menghela napas panjang dengan raut wajah tidak berdaya, kemudian berkata, "Aku tahu, tapi aku terpaksa. Dia sudah berjanji tidak akan bermai
"Apa kalian tahu kalau Lucia akan menikah dengan Carlos?" Victor bertanya pada dua temannya yang sedang menikmati minuman mereka. Mereka adalah Peter dan Fandy.Setelah selesai bekerja, mereka sengaja berkumpul di salah satu bar terkenal di kota Y untuk menghilangkan penat."Kau dengar dari mana?" tanya Peter dengan wajah terkejut. Pasalnya, dia baru mendengar berita itu dari mulut Victor."Sahabat Lucia yang memberitahuku." Victor meraih minumannya dan menyesapnya perlahan, setelah itu menceritakan mengenai pertemuannya dengan Renata.Setelah mengintai Lucia dan Carlos selama 15 menit kamarin malam, Renata dan Victor langsung pergi dari cafe tersebut. Mereka takut Lucia dan Carlos melihat keberadaan mereka di sana."Lucia sungguh tidak pilih-pilih lagi. Bahkan pria seperti Carlos pun dia mau."Fandy menyahut setelah meletakkan gelas di atas meja. "Peter, Lucia juga berhak bahagia. Apa salahnya kalau dia mau menikah?" "Tidak ada yang salah. Hanya saja, aku tidak suka melihatnya bahagi
"Julian?" Lucia terkejut saat melihat pria itu duduk di ruangan tamunya. Ternyata pria yang dimaksud oleh ibunya adalah teman dekatnya. "Ada apa tiba-tiba ke sini?"Semenjak pertemuan mereka di rumah sakit waktu itu, hanya sekali mereka berkomunikasi lewat pesan singkat. Kesibukan keduanyalah yang membuat mereka jarang berkomunikasi. Padahal, dulu Lucia lumayan sering bertukar pesan dengan pria itu."Apa aku tidak boleh ke sini?" tanya Julian seraya tersenyum. "Bukan seperti itu. Aku hanya terkejut kau datang ke sini tanpa memberitahuku."Biasanya, Julian akan mengabari Lucia kalau ingin berkunjung ke rumahnya. Tidak pernah sekali pun dia datang tanpa memberikan kabar."Aku merindukanmu."Jawaban tidak terduga dari Julian membuat Lucia terkejut dan itu disadari oleh Julian. "Aku bercanda. Kenapa terkejut sekali?" Julian terkekeh pelan saat melihat ekspresi Lucia."Jangan menggodaku." Lucia duduk berhadapan dengan Julian usai mengatakan itu."Jangan marah." Julian mengulum senyumnya m