Keesokan harinya, Davie sudah memasukkan koper berisi pakaian di dalam bagasi mobil. Semalam, Davie sudah berpamitan dengan Aldi dan Diana mengenai kepindahannya bersama Ileana dan Nisaka. Tak lupa pula Davie menyiapkan acara makan malam bersama dan memberikan beberapa bingkisan kepada Aldi dan Diana sebagai ucapan terima kasih.Semula, Diana tampak keberatan saat Davie dan Ileana memutuskan untuk pindah. Padahal Diana sangat senang tinggal bersama kedua pengantin baru itu. Tapi Aldi berusaha menasehati istrinya agar tidak memaksa Davie dan Ileana untuk tetap tinggal bersama mereka."Ma, mereka kan udah nikah. Wajar mereka mau tinggal di rumah sendiri. Nanti kan kita bisa main ke rumah mereka sesekali." Begitulah yang diucapkan Aldi semalam pada Diana.Kini, Davie kembali ke teras setelah menaruh koper di bagasi. Di teras sudah ada Diana, Ileana dan Nisaka. Sedangkan Aldi dan Alicia sudah berangkat pergi ke sekolah sejak 15 menit yang lalu."Tante, kami pamit ya. Makasih banyak karena
Tak terasa, mereka sudah sampai di sebuah perumahan yang cukup elit. Disitulah mereka akan menjalani kehidupan yang baru. Ileana bahkan takjub melihat perumahan tersebut. Semuanya tampak mewah dan besar. Ia tak mengira akan tinggal di kawasan elit seperti ini.Davie menghentikan mobilnya di depan rumah yang cukup besar untuk mereka bertiga. Davie turun dari mobil tanpa mematikan mesin, lalu mendekati pagar rumah dan membukanya. Setelah itu, ia kembali masuk ke mobil. Mobil kembali melaju menuju garasi yang cukup luas."Ayo, turun, Sayang," ajak Davie setelah dirinya mematikan mesin mobil.Ileana hanya mengangguk dan menuruti ucapan suaminya. Ia membuka pintu belakang untuk membangunkan Nisaka yang tertidur selama perjalanan."Nisa, ayo bangun. Kita udah sampai."Nisaka menggeliat sejenak, lalu membuka mata. Ia bergegas turun dari mobil sambil melihat ke sekitar. Matanya membesar melihat rumah yang super megah itu. Ada taman bermain yang luas, kolam renang, kolam ikan dan masih banyak
Davie masuk ke dalam rumah dengan raut wajah kesal. Hari yang harusnya bahagia justru berubah dalam sekejap mata karena kehadiran Braga. Davie tidak suka dengan pria itu. Ia tidak terima jika Braga benar-benar merebut Ileana.Ia duduk di sofa ruang tengah sambil menyandarkan kepalanya dan menutup mata. Helaan napas panjang terdengar berulang kali. Davie berusaha menetralkan amarahnya agar tidak berimbas pada Ileana dan Nisaka.Disaat bersamaan pula, Davie merasakan sebuah sentuhan hangat di dadanya. Ia membuka mata dan menoleh ke samping kiri. Sudah ada sang istri tercinta di sana. Tersenyum manis padanya hingga membuat Davie sedikit merasa tenang."Mas, jangan dibawa ke hati soal omongan cowok nggak waras itu ya. Aku nggak akan mungkin nikah sama dia. Aku udah punya kamu," ujar Ileana berusaha menenangkan.Davie tersenyum lalu mendekap erat tubuh Ileana. Diciumnya sekilas puncak kepala Ileana yang tertutupi hijab. Tangan kanannya mengusap perlahan punggung sang istri."Makasih ya, Sa
Pagi hari, seperti biasanya, Ileana bangun untuk sholat subuh berjamaah dengan Davie dan Nisaka. Setelah itu, Ileana bergegas ke dapur, membuatkan sarapan untuk suami dan keponakannya itu. Kebetulan, ini hari pertama Nisaka masuk ke sekolah baru.Davie sudah mengurus kepindahan Nisaka dengan cepat. Nisaka akan pergi bersama Davie di hari pertama ini. Dan untuk hari berikutnya, Nisaka akan naik sepeda ke sekolah. Jaraknya tidak terlalu jauh dari area perumahan. Butuh waktu 10 sampai 15 menit untuk sampai di sekolah tersebut.Ileana membuat nasi goreng dan telur dadar untuk sarapan mereka. Sementara bekal makan siang Nisaka dan Davie adalah sup ayam jamur yang sedang dimasak oleh Ileana."Mas, Nisa, sarapan udah siap!" panggil Ileana dari arah dapur. Kebetulan dapur dan ruang makan jadi satu karena cukup luas.Nisaka datang sambil membawa tas barunya. Wajahnya tampak berseri pagi ini. Nisaka sangat merindukan suasana sekolah dan bisa berkumpul bersama teman-teman baru."Pagi, Tante!""P
Davie terlihat sedang memanaskan mobil sebelum berangkat menuju sekolah baru Nisaka. Ileana juga akan ikut karena wanita itu memaksa bekerja mulai hari ini. Davie tidak bisa melarang istrinya. Baginya, kebahagiaan Ileana yang utama. Sebisa mungkin, Davie tidak akan mengekang niat positif Ileana untuk bekerja.Setelah selesai memanaskan mobil, Davie memanggil Nisaka dan Ileana untuk segera masuk ke mobil."Sayang, udah siap nih!"Ileana dan Nisaka keluar dari dalam rumah untuk menemui Davie. Saat hendak masuk ke mobil, tiba-tiba saja bel rumah yang ada di dekat pagar berbunyi. Kebetulan, pagar tersebut sudah dibuka lebar oleh Davie. Ada seorang kurir yang datang sambil memegang sebuah paket."Permisi!"Ileana dan Davie saling pandang satu sama lain. "Mas, kamu ada pesan paket?" tanya Ileana."Nggak ada, Sayang. Coba aku samperin dulu ya.""Iya, Mas."Davie bergegas menemui kurir tersebut dan menanyakan tentang paket tersebut. "Maaf, Pak, ini paket siapa?" tanyanya."Di sini ditulis unt
"Selamat datang kembali, Pak, Bu!"Davie dan Ileana dikejutkan oleh sambutan hangat dari para karyawan yang baru direkrut seminggu yang lalu. Bahkan mereka menyiapkan sebuah nasi tumpeng yang cukup besar. Mereka merencanakan penyambutan itu sejak kemarin karena tahu Davie akan kembali bekerja di kantor.Mendapat sambutan seperti itu, Ileana merasa terharu dan hampir menangis. Ia tidak menyangka para karyawan itu akan menghormatinya sebagai istri dari Davie. Tidak seperti karyawan sebelumnya yang selalu menghina dirinya."Wah, makasih banyak ya untuk sambutannya," ucap Davie ramah."Iya, Pak. Kami juga mau bilang makasih karena selalu bersikap baik sama kami," kata salah satu karyawan, sebagai perwakilan."Iya, sama-sama. Makasih juga karena udah bekerja keras untuk kemajuan perusahaan." Davie tersenyum bahagia sambil merangkul pinggang sang istri yang masih saja diam karena merasa terharu. "Oh iya, istri saya juga akan bekerja lagi di kantor ini. Tadinya saya minta untuk jadi kepala p
Davie menghela napas panjang seraya merenggangkan otot-ototnya yang kaku karena terus menunduk untuk menandatangani dokumen. Rasanya lelah sekali. Apalagi sore ini, Davie harus bertemu dengan calon investor baru. Untunglah sekretarisnya sangat cekatan dalam membantu pekerjaannya.Pria pemilik wajah tampan itu melirik ke arah jam dinding yang bertengger di dekat pintu ruangan. Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 siang."Kok istri aku belum ngajakin makan ya? Padahal udah waktunya. Apa dia masih sibuk sama kerjaannya? Samperin aja deh," gumamnya lalu berdiri dari kursinya.Saat hendak menyentuh handle pintu, tiba-tiba saja pintu itu dibuka dari luar oleh seseorang. Membuat Davie harus memundurkan langkahnya ke belakang. Ternyata Ileana sudah datang sambil membawa bekal makan siang di tangannya, beserta air mineral."Loh, baru aja aku mau susul kamu ke ruang produksi, Sayang," ucap Davie sedikit terkejut.Ileana tersenyum sambil menutup pintu ruangan dan berjalan ke arah sofa, diikuti ol
Sore hari, sesuai dengan janji yang sudah ditetapkan, Davie menyiapkan ruang rapat untuk bertemu dengan pria yang akan menjadi calon investornya. Davie menyiapkan perlengkapan presentasi, dibantu oleh sekretarisnya.Setelah semua persiapan selesai, Davie melihat bertali hitam yang melingkar di tangan kirinya. Waktu menunjukkan pukul 16.00 sore. Menurut Rudy, calon investor itu akan datang sekitar 5 menit lagi dan Rudy yang akan menyambutnya di lobi kantor. Davie hanya perlu menunggu di ruang rapat.Davie sedikit gugup kali ini. Ini pengalaman pertama untuknya bertemu dengan calon investor baru. Biasanya Khairil yang melakukan itu. Sedangkan dengan investor lama, Davie sudah merasa akrab dan tidak ada rasa canggung saat melakukan presentasi dengan mereka. Berbeda dengan calon investor yang baru.Tepat di menit ke-lima, pintu ruang rapat dibuka. Davie berdiri dari kursinya saat melihat Rudy masuk ke dalam sambil mempersilahkan orang yang akan Davie temui."Ayo, silahkan masuk, Pak," uca