Galang lima belas tahun lebih tua dari Ghea, dia lebih berpengalaman, lebih matang , mengetahui banyak hal tentang pose dalam hubungan intim, menampilkan sikap dominan jika sudah di atas tempat tidur. Dia mengajar Ghea yang belum pernah merasakan gairah yang hebat , belum pernah merasakan puncak kenikmatan . Galanglah yang memberikan Ghea pencerahan s*ksual. Galang mengarahkan Ghea jangan terlalu menghormatinya karena usia Galang lebih tua dan lebih matang dan lebih berpengalaman darinya.Ghea selalu memuja Galang sebagai penakluk dirinya . Jika Galang yang over confident disentuh harga dirinya , hubungan di ranjang menjadi dingin tapi hanya sementara, rengekan manja Ghea mengalahkan rasa percaya dirinya , merekapun bercinta dengan penuh gairah disertai sedikit kekasaran , gigitan dan cakaran sehingga Galang bisa memasuki tubuh Ghea begitu dalam , melewati batas antara kesenangan dan rasa nyeri. Ghea menyerahkan seluruh tubuhnya sesuai keinginan Galang baginya Galang ad
Dalam perjalanan pulang ke rumah, Ghea menelpon mbak Marni, Mbak sudah lakukan yang tadi pagi saya pesan?” “ Sudah bu. Semua lukisan, sketsa dan animo Sinar sayang simpan dalam kontainer di gudang.” “Mbak, bukan animo, tapi anime,” kata Ghea sambil tersenyum mendengar jawaban mbak Marni. “ Oh, anime, saya kira animo.” Jawab mbak Marni sambil tertawa. “ Hum, berapa koper?” “ Tiga bu. Yang lain saya masukkan ke container, simpan di gudang.” “ Ok. Sip ! Saya lagi otw ke rumah.” Sesampai di rumah, Haikel mengikuti kemana Ghea pergi, menyusuri setiap kamar melihat mungkin ada barang yang akan dibawa. “ Mbak sketsa Phantom of love dan Lelaki tampan impianku. Sudah mbak amankan?” tanya Ghea. “ Sudah bu, aman dalam mmm.. tabung.Maaf saya tidak bisa menyebut di depannya.” Kata mbak Marni malu-malu. “ Blueprint tabung mbak, tempat untuk menyimpan lukisan, sketsa dan karya seni berupa kertas.” “ Maaf bu, ada juga lukisan yang sedang dik Sinar kerjakan masuk di dalamnya,” “ Oh. Bagus!
Ghea, mbak Marni , Sinar dan Haikel sudah turun dari pesawat, menunggu bagasi mereka, ketika Ghea melihat sesosok tubuh yang ditakutinya, “ Ibu Sukma,” desisnya panik, wajahnya memucat. Mbak Marni mendengar desis Ghea, “ Bu, nenek lampir ada di sini, rupanya dia dari Jakarta.” Bisiknya. Ghea memastikan bahwa dia tidak akan ketemu lagi ibu Sukma yang sudah nyaman dengan posisinya sekarang, mendapat rumah di pondok indah, ongkang-ongkang kaki uang mengalir ke pundi-pundinya dari Galang dan Keenan . Melihat ibu Sukma dari kejauhan membuatnya muak dan mual karena Ghea tahu akan sulit baginya mendapat kembali Galang. Ghea benci mendapati dirinya yang akan terjebak dalam jeratan tangan ibu Sukma. Aku sudah di sini, selangkah lagi aku akan bertemu dengan Galang, dia harus tahu bahwa aku tidak berselingkuh dengan Rio dan Haikel adalah anaknya, batin Ghea. “ Galang mau menerimaku kembali atau tidak, yang penting aku mengatakan yang sebenarnya. Adalah hak Haikel untuk mendapatkan kasih sayan
Setelah mengantar Galang ke rumah, rumah tempat tinggal Galang adalah rumah merangkap kantor. Rumah berlantai dua yang dikontrak Galang berfungsi sebagai kantor di lantai satu , lantai dua rumah yang hanya ditempati Galang. Para staf karyawan hanya boleh beraktivitas di lantai satu, larangan keras bagi staf untuk naik ke lantai dua. Hanya orang tertentu yang boleh naik ke lantai dua, staf wanita sama sekali tidak diperkenankan naik ke lantai dua. Siapa yang berani naik ke lantai dua tanpa ijin Galang, langsung dipecat, itu hukum tak tertulis yang selalu dikatakan Galang, sama dengan mengetuk pintu ruang kerjanya jika ingin masuk ke ruang kerja bos Galang. Setelah menyapa para staf yang menyambutnya, Galang diantar Dipta langsung naik ke lantai dua. Itupun Dipta meletakkan koper Galang di depan pintu kamar Galang. Kegundahan yang dibawanya dari Balikpapan masih dibawanya sampai ke Sendawar, rasa sedih, pilu dan kacau membuat pikirannya kacau balau. Emosi marah ditahannya membuatnya
Sambil memeluk Sinar, Galang meninggalkan Ghea, Haikel dan mbak Marni yang bingung menatap kepergian Galang . Ghea frustasi bahwa penyamarannya tidak disukai Galang , karakter Galang sangat tidak menyukai kebohongan atau mungkin obsesi Galang untuk mendapatkan ibu Giana gagal? Jelas nampak ada kekecewaan di wajah Galang, batin Ghea. Airmata mengalir di wajah Ghea, ada keinginan mengejar Galang dan menyatakan apa yang ada dalam hatinya, tapi ditekannya dengan kekuatan sedemikan rupa sehingga Ghea tidak mampu bergerak. “ Penyamaranmu terbuka Ghea sayang, ternyata Galang sudah tidak mencintaimu. Dia yang selalu mengatakan aku pecundang, ternyata dialah pecundang ! Ghea kembalilah padaku,” terdengar suara yang dikenalnya. “ Keenan?” “ Kamu harus banyak belajar karakter Galang dengan benar.” Kata Keenan dingin sambil mendekati Ghea yang terduduk lemas di sofa. “ Mengapa kau ada di sini? Tempatmu di samping ibu Sukma,” “ Biarlah mama menyelesaikan masalahnya, mama sangat jago menyel
Galang tidak menjawab, hanya menatap Ghea, “ Ada yang belum terselesaikan di antara kita , aku ingin tahu bagaimana engkau melewatkan empat tahun tanpa diriku.” Kata Galang dingin , ada ketegasan didalam suaranya, “ Mengapa kamu menyamar sebagai ibu Giana” “ Untuk menyelamatkan nyawaku, nyawa Sinar dan anak kita Miracle karena ibu Sukma terus meneror aku dan dik Rio , apalagi aku dengar bahwa ibu Sukma ingin semua harta papamu dan hartamu jatuh ke Keenan, dia ingin membunuhku dan anak dalam kandunganku. Waktu aku mengajar Sinar, dia sudah menunjukkan kemajuan, ternyata dalam asuhan ibu Sukma, membuat Sinar kembali seperti anak idiot, mendengarnya aku sedih , akhirnya dengan bantuan Rio dan mbak Marni kami menculik Sinar. Lihatlah Sinar sekarang, dia pintar berbicara dan pintar melukis.Tahukah mas bahwa sketsa Phantom of Love itu karya Sinar?” “ Apa?” “ Oh. Itu pelukis yang mendapat beasiswa ke Paris adalah guru privat Sinar? "Tanya Galang. “ Iya, melihat minat Sinar pada melu
Keesokan paginya Ghea bangun merasakan tubuhnya remuk redam. Semalaman Galang tidak berhenti menghujam, menghantam dan menancap tak henti. Matanya terasa berat untuk dibuka, dipejamkan matanya perlahan-lahan membuka mendapati dirinya dalam pelukan Galang yang memeluknya erat.Ghea mengongak ke atas, Galang menatapnya penuh cinta, wajah mereka berada dalam jarak yang sangat dekat. “ Mas, kakimu berat banget, semalaman nempel terus,” protes Ghea. “ Biar kau tidak meninggalkanku, kutawan tubuhmu yang membuatku tidak ingin melepaskan karena sangat mengenakkan. Kamu tambah uenaak.” “ Ih ! Enak apaan?” “ Enak dilumat dan lorong cintamu membuatku malas melepaskan, terasa hangat, menggigit, mmm… pokoknya ueaanaak.” Kata Galang sambil mendekap erat pinggang Ghea. “ Mashh…” desah Ghea manja. “ Kenapa, kita lanjutkan?” tanya Galang dengan tatapan nakal. “ Ogah ! Seluruh tubuhku capek,ngilu dan perih tuh di sini.” Kata Ghea sambil meringis kemudian memutar tubuhnya hendak bangkit dari ranjan
Seminggu kemudian. Ghea menunggu Galang yang sedang bekerja di kantornya. Meskipun rumah dan kantor dalam satu lokasi, Ghea tidak pernah memunculkan dirinya di kantor Galang. Pintu penghubung dengan rukan sebelah tempat ibu Marni dan anak-anaknya, Sinar dan Haikel tinggal Ghea dilalaui Ghea jika akan bertemu dengan mereka. Galang hanya ingin kamarnya untuk dia dan Ghea, Galang tidak ingin privasinya terbagai dengan yang lain, meskipun mereka adalah anak-anaknya, itulah keegoisan yang dimiliki Galang. Ghea baru saja meninggalkan anak-anaknya, Sinar dan Haikel setelah mengajari Haikel belajar mengenal huruf , mendampingi Sinar melukis. Masih terbayang wajah Sinar yang tidak menampakkan satupun dari wajahnya yang bisa diandalkan sebagai anak Galang. Yasmin? Ghea tidak tahu garis wajah Yasmin, yang diketahuinya hanya kecantikan dan kemolekan tubuhnya. Sinar memiliki wajah yang cantik. Berbeda dengan Haikel, melihat rupanya orang bisa menebak bahwa Haikel adalah anak Galang, Haikel bagaik