Mata Asha membulat tak percaya, ia pikir Damian tak akan mau menerima perjodohan ini. Namun nyatanya, ia malah meminta Asha untuk menerima saja. Asha nampak berpikir antara iya dan tidak, karena Damian bukanlah kriteria idaman calon pasangannya, apa lagi baru pertama saja ia sudah membuat kesalahan yang cukup fatal bagi Asha, yaitu mengolok cowok Kpop idolanya."Mikir begitu saja lama sekali! Lagi pula aku memintamu menerima bukan karena aku suka padamu, tapi aku sudah malas kalau harus dijodohkan lagi, seharusnya kamu merasa beruntung karena dijodohkan dengan lelaki seperti aku," ucap Damian penuh percaya diri sekali."Cih, PD sekali, yang ada tuh kamu musibah bagiku! Sudah lah kita pulang saja kalau begini," jawab Asha. Asha pun merasa begitu, ia juga sudah bosan mendengar omongan tetangganya yang menyebutnya akan menjadi perawan tua karena tak kunjung mendapatkan jodohnya, dan disaat ada teman Asha yang menikah, saat itulah pasti moment yang horor bagi Asha. Bagaimana tidak, Ibun
Kebetulan sekali saat Asha pulang, para tetangga sedang berkumpul di teras rumah, apa lagi yang mereka lakukan selain bertukar informasi terkini. Konon katanya, kalau semakin pelan suaranya, maka informasi tersebut biasanya memang valid. "Huft!! Ada tetangga rempong, pasti deh kalau mereka tau aku pulang bareng dan diantar oleh cowok, mereka bergosip yang tidak-tidak. Serba salah sekali sih jadi calon istri aset negara, ini masih di Indonesia loh, gimana kalau aku di Korea dan beneran nikah dengan Min Yoongi, bisa-bisa aku jadi musuh separuh penduduk bumi," Asha bergumam.Rumah Asha harus melewati sekumpulan ibu-ibu yang sedang bergosip, harus menjawab apa nanti dia kalau ada yang bertanya ia pulang dengan siapa."Sudah sampai, makasih udah anterin aku pulang dan makasih juga sepatunya, tapi lain kali mending belinya di serba 35ribu saja, masih ingat jalan pulang kan?" ucap Asha kala ia mau turun dari mobil milik Damian. Sengaja Asha tak menawarinya untuk sekedar mampir ke rumahnya,
"Ini siapa, Sha? Wah gantengnya kayak Solimin." "Solimin? Siapa itu?" Damian yang memang mempunyai wajah yang lumayan tampan pun menjadi pusat perhatian para tetangga Asha, baru kali ini ia melihat Asha diantarkan pulang oleh seorang cowok, yang kata Asha tadi adalah sopir mobil online."Ya ampun gantengnya, kalau sopirnya kayak gini sih aku mau deh tiap hari harus order mobil online walau cuma mau ke warung depan, yang penting bisa sekalian cuci mata sambil lihat orang ganteng," ujar salah seorang tetangga Asha yang merupakan pecinta sinetron dan drama mandarin. Bahkan mereka sampai tak berkedip melihat Damian yang menurut Asha biasa saja. Ia juga kesal kenapa Damian harus turun dan menyusulnya ke sini. "Maaf, sopir? Maksud Ibu ini apa ya?" tanya Damian tak mengerti. "Iya, Mas ganteng ini sopir taksi online kan? Tadi kata Asha dia pulang naik mobil online, ya udah ayo Mas ganteng, bisa nggak anterin aku dong muter-muter komplek dan jangan panggil Ibu dong, saya kan masih muda."
"Apa??" Mata Asha membulat mendengar ucapan dari Damian, ternyata cowok kulkas itu serius dengan ucapannya tentang perjodohan ini."Asha! Kok kamu terkejut begitu, bagus dong artinya upaya Ibu sama Tante Sulis berhasil, sebentar ya Nak Damian, Ibu ke belakang dulu buat minuman, kalian ngobrol aja dulu biar makin dekat." Bu Hani meninggalkan mereka berdua.Sekarang tinggal Asha dan Damian, setelah memastikan kalau Ibunya sudah masuk ia pun berkata "Apa maksud ucapan kamu tadi? Memangnya kamu pikir aku mau dijodohkan sama manusia kulkas macam dirimu? Masalah sepatu, aku akan ganti saja. Aku tidak mau cepat-cepat apa lagi kita baru saja kenal, aku masih ingin menghabiskan masa mudaku."Akan tetapi, yang diajak berbicara malah terlihat cuek saja dan tak menyahut, Damian sibuk dengan ponsel miliknya hingga tak terlalu mendengarkan Asha berbicara. Sementara Asha dibuat kesal lagi dengan sikap Damian yang seperti ini. "Hey kulkas 7 pintu, dengar tidak?" ucap Asha kesal, disaat yang bersamaa
"Iya, tadi Tante sudah telepon sama Mama kamu, dan Tante sudah bilang kalau kamu sudah setuju, besok Mama dan Papa kamu akan datang buat melamar Asha."Niat ingin mengerjai Asha malah berujung begini, dan besok ia harus melamar cegil macam Asha, gadis aneh pecinta Korea. Ia memang menganggap Asha cewek yang super aneh, sebab ia suka sekali dengan idol-idol Korea yang kerjanya hanya nyanyi sambil berjoget. Yang Damian sendiri tak tahu di mana menariknya."Tapi Bu–"Asha memang menuruti Ibunya saat bilang akan dikenalkan dengan anak dari teman Ibu, tapi ia tak menyangka sama sekali kalau akan secepat ini. Kalau saja jodoh yang dimaksud sesuai dengan kriterianya, ia mau saja menerima, tapi Damian, bahkan Asha juga tak yakin kalau ia akan suka dengannya, sikapnya yang dingin serta kaku walaupun wajahnya lumayan ganteng dan tak memalukan jika diajak ke kondangan. Damian ingin menjawab, namun ponselnya berbunyi tanda ada panggilan telepon yang masuk, ternyata Mama yang menelepon, segera ia
Mata Asha membulat mendengar penuturan Damian barusan, gara-gara tadi ia menyebutnya sebagai calon suami, kini ia dituduh bahwa ia yang ingin segera dilamar. "Sembarangan, enak aja kalau ngomong! Siapa juga yang minta dilamar sama cowok aneh dan nggak jelas kayak kamu, percaya diri sekali ya anda?"Terkadang Damian sedingin es, tapi ada pula saat sikap dinginnya juga mencair, namun ia akan bersikap sangat menyebalkan buat Asha, belum apa-apa saja, Asha sudah berkali-kali dibuat kesal olehnya, ia tak bisa membayangkan kalau nanti mereka berdua beneran menikah, lebih tepatnya terpaksa menikah sebab menuruti orang tua masing-masing tanpa ada perasaan cinta diantara keduanya. "Aku pulang dulu ya, calon istriku!" ucap Damian meledek."Geli banget deh, udah kalau mau pulang ya pulang aja!" Damian beranjak menuju mobilnya, sepanjang ia dijodohkan, baru kali ini ia bertemu dengan perempuan seperti Asha, ia berbeda dengan perempuan kebanyakan, tak suka make up dan memakai high heels, tidak
"Aku mau perawatan, Bu! Bukannya besok aku mau dilamar, masa iya nanti pas lamaran aku kelihatan dekil dan buluk, bisa-bisa Tante Sulis berubah pikiran," ucap Asha, tiba-tiba saja ia punya ide memberikan jawaban seperti itu, semoga saja Ibu percaya dan mengizinkan ia keluar.Bu Hani menatap anak pertamanya heran, karena tak seperti biasanya ia bilang akan perawatan, mandi saja kalah sedang malas bisa sampai 2 hari, namun ia berpikir kalau benar juga yang Asha katakan barusan, akhirnya ia pun mengizinkan anaknya untuk pergi."Baiklah kamu boleh pergi, tapi ingat jangan mampir kemana-mana lagi ya!"'Yes!!!' Asha begitu senang sebab berhasil mendapat izin, padahal ia berniat ingin bertemu Jenny untuk sekedar curhat tentang ia yang akan dilamar oleh cowok aneh yang baru saja dikenalnya hari ini. "Kamu pergi sama siapa? Apa perlu Ibu telepon Tante Sulis biar Damian yang mengantar kamu, Sha?" tanya Bu Hani.Mendengar nama Damian disebut, Asha langsung berubah kesal."Nggak usah Bu, nanti m
Jenny malah bingung sendiri melihat sahabatnya ini, mau dilamar tapi kok nggak ada rasa senang atau bahagia."Udah, Sha! Nggak usah nangis lagi, tuh hapus ingus lo pakai tisu, orang mah ya mau dilamar tuh mukanya sumringah, bahagia, happy. Lah ini malah suram gitu mukanya."Mungkin lain cerita jika yang melamar Asha adalah cowok idamannya, tapi ini ia bahkan baru bertemu tadi siang dan besok ia sudah akan dilamar saja. Ia bahkan sudah membayangkan bagaimana bosannya ia hidup dengan Damian yang kaku dan dingin itu. "Seharusnya lo tuh bersyukur Sha, karena masih ada cowok yang mau sama lo walau cuma dijodohkan, gue jadi penasaran deh kayak apa sih orangnya? Pasti udah tua dan jelek ya Sha? Atau malah om-om kaya raya yang punya tanah berhektar-hektar? Kalau iya sih, saran gue lo terima aja deh, lumayan kan kalau lo dapat warisan," ucap Jenny yang langsung di geplak kepalanya oleh Asha. "Nih anak ya, sembarangan kalau ngomong! Emangnya aku se nggak laku gitu? Cowok yang mau dijodohkan s
Asha terbangun, ia sedikit kesiangan. Rupanya meskipun tidur di atas sofa nyatanya ia bisa tidur nyenyak. "Hoahm! " Asha menguap berkali-kali sembari mengerjapkan matanya, mengumpulkan separuh nyawanya dan kesadarannya. Ia melihat ke sekeliling, ternyata ia masih di sini. Ya, bulan madu yang kata orang adalah momen yang sangat intim dan juga romantis bagi pasangan lain, namun tidak dengan dirinya. "Rupanya aku mimpi, hihi! " gumam Asha. Ia lantas menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya. "Loh kok, perasaan aku semalam tidur nggak pakai selimut." Lalu Asha kembali tersadar jika bukan hanya selimut saja, namun ia juga menemukan bantal. Asha ingat betul jika semalam ia tidur meringkuk di sofa ini, namun pagi ini ia bangun sudah ada kedua benda itu. "Pantas saja tidurku lumayan nyaman, apa cowok dingin itu yang melakukannya? " Tanpa disadari bibir Asha tersenyum. Rupanya meskipun terlihat cuek dan dingin, nyatanya Damian peduli kepadanya. Asha melangkahkan kakinya, ingin melihat ap
Sengaja Damian meletakkan kakinya di atas kaki Asha, membuat gadis itu merasa sedikit terusik. 'Pasti sebentar lagi dia akan berpikir yang macam-macam, lalu keluar dengan sendirinya!'Asha juga berkata dalam hatinya 'Mau mengusirku secara halus rupanya, hh liat saja nanti!'Akan tetapi Asha dengan santainya membalas perlakuan Damian dengan meletakkan tangannya di atas dada lelaki itu. Rupanya kali ini Asha tak mau menyerah begitu saja, ia merasa punya hak yang sama untuk bisa tidur di kamar yang nyaman. Begitu pun dengan Damian, ia memiringkan tubuh dan meletakan tangannya seolah akan memeluk Asha dan dibalas oleh Asha yang meletakan kakinya di atas kaki Damian. 'Tak mau mengalah rupanya, ok kali ini kita lihat siapa yang akan menang kali ini!'Damian mendekatkan wajahnya, ia paham betul dengan kebiasaan gadis aneh di hadapannya ini. Ia suka sekali membayangkan yang tidak-tidak, apa lagi saat ini Damian sengaja mendekatkan wajahnya seolah-olah ia akan mencium gadis itu. Namun rupan
Rupanya, Damian serius dengan apa yang diucapkannya. Ia benar-benar tega menyuruh Asha untuk tidur di sofa, sedangkan ia sendiri tidur di kamar dengan AC dan juga kasur yang empuk. "Bulan madu macam apa ini? Seenaknya saja mau menang sendiri. Harusnya dia sebagai cowok yang tidur di sofa, bukan aku!" Meski begitu, Asha mencoba untuk bisa tidur meski tempat tidur yang ia gunakan sangat tidak nyaman. Namun, sekuat apa pun ia berusaha untuk tidur, matanya tidak bisa terpejam. "Bisa-bisanya dia tidur di kamar dan kasur yang empuk tapi menyuruhku untuk tidur di sini! Bisa pegal-pegal badanku!"Tak tahan lagi, Asha akhirnya memutuskan untuk masuk kamar. Terserah jika ia harus ribut lagi dengan Damian, ia hanya ingin tidur nyenyak malam ini. Pokoknya untuk kali ini, Asha tak mau mengalah. Pintu kamar dibuka oleh Asha, membuat Damian merasa terkejut. Apa lagi Damian saat ini sedang bertelanjang dada, ia tak menyangka jika Asha akan masuk ke kamar. Lucunya meski status mereka berdua sudah
"Apa? Yang nyosor duluan siapa? Bukannya kau? Ish cewek aneh!""Ja- jadi....."Asha baru ingat jika tadi ia memang sedang bermimpi, beradegan romantis namun rasanya seperti nyata dan ternyata ia lah yang mencium Damian terlebih dahulu. Kini setelah ia ingat, Asha terdiam. Ia jadi malu sendiri, apa lagi tadi ia sempat menyalahkan Damian. "Kalau mau marah-marah nggak usah dorong-dorong!"'Jadi yang tadi itu.... Ah kenapa sih aku bisa-bisanya melakukan hal itu. Ciuman pertama ku kenapa harus dengan cowok alien itu sih!'Setelah insiden itu, keduanya jadi nampak canggung. Asha mengira jika Damian marah, bagaimana tidak? Sudah dua kali ia membuat cowok itu harus terguling dari tempat tidur akibat gerakan reflek yang ia lakukan. Begitu pula dengan Damian, ia justru merasa aneh jika gadis yang sekarang menjadi istrinya itu terlihat diam saja. Rupanya ia lebih menyukai jika Asha banyak berbicara daripada harus terdiam seperti ini. "Aku lapar, bisa kah kau membelikan makanan?""Apa? " sah
Rupanya Mama benar-benar sudah mempersiapkan semuanya, sampai tempat mereka menginap pun sudah siap. Damian berjalan tanpa mempedulikan Asha di belakangnya. "Hey, tunggu!! Ah bisa-bisanya makhluk itu tak membantuku sama sekali!"Menyadari Asha tak ada di belakangnya, Damian kembali untuk menyusul istrinya itu. Dia yang selalu sat set harus dipasangkan dengan Asha yang suka lelet dan suka mager. "Kebiasaan banget suka ninggalin, kalau aku hilang gimana?" omel Asha pada suaminya. Damian tak menyahut, mode kulkas nya sedang on. Ia hanya membawakan barang-barang yang dibawa oleh sang istri. Kini, mereka berdua sedang berada dalam perjalanan menuju villa tempat mereka menginap. Asha merasa takjub sekali dengan tempat ini, asri dan terlihat begitu nyaman. Akan tetapi, mimpi buruknya adalah kamar yang ada hanya satu saja. Itu pun sudah dihias sedemikian rupa, khas sekali untuk pasangan yang berbulan madu. Taburan bunga mawar di atas ranjang dan ucapan untuk pasangan aneh ini. Rasanya b
Singkatnya, hari itu pun tiba. Bahkan dengan semangat nya Mama, Papa serta orang tua Asha sampai mengantarkan mereka ke Bandara. Ibu bahkan membawakan makanan untuk bekal mereka selama di perjalanan. "Aduh Ibu malu-maluin aja deh pakai bawain kayak gini, aku itu mau naik pesawat Bu, bukannya mau piknik. Ini malah Ibu bawain semur jengkol pula!" protes Asha pada Ibunya. "Ya nggak apa-apa dong, biar irit tau! Kan di sana harga makanan pasti lebih mahal, udah bawa aja. Nggak menghargai banget ya, Ibu sudah bela-belain bangun pagi-pagi buat masakin ini semua!""Ya nggak pakai rantang juga kali, Bu!" Mau tak mau, Asha membawa makanan itu karena Ibunya malah mengomel. Ini adalah pengalaman pertama bagi Asha, bepergian jauh dengan naik pesawat. Dulu, sewaktu kecil ia sering kali berandai-andai ingin naik pesawat dan bisa keliling dunia. "Kalian hati-hati ya! Jaga Asha dengan baik, jaga menantu kesayangan Mama!"Meskipun Damian kerap bersikap dingin dan menyebalkan, namun Mama sangat meny
"Apa Mama akan menginap di sini?" Asha bertanya dengan penuh hati-hati, ia takut menyinggung perasaan Mama mertuanya. "Maaf, Ma! Kalau Mama mau menginap di sini, tidak ada kamar lagi karena di rumah ini hanya ada 2 kamar saja. 1 kamar untukku dan satu lagi untuk...." Damian berhenti berbicara setelah Asha memberikan kode kepadanya. Ia hampir saja keceplosan mengatakan jika kamar yang satu lagi adalah kamar Asha, istri pura-pura nya. Mungkin, jika tadi Asha tak memberikan kode padanya, ia pasti akan berkata yang sebenarnya jika mereka tinggal satu rumah namun beda kamar tidur, tentunya hal itu sangat tidak lazim mengingat mereka adalah pasangan pengantin baru. "Untuk? Kok nggak diterusin?" Rupanya Mama menangkap gelagat aneh itu. "Eh itu Ma, iya kamar yang satu lagi belum sempat aku bereskan, masih berantakan. Maaf ya Ma, iya kan Sayang?"Kali ini Asha yang menyahut. Jujur dalam hatinya ia merasa ingin muntah memanggil Damian dengan sebutan sayang. Ia terpaksa agar Mama tak curiga
Damian terpaku di tempatnya, ia sungguh terkejut melihat siapa yang datang ke rumah ini. "Loh, kenapa Sayang? Kok kamu kayak kaget gitu lihat Mama datang? Mana menantu Mama? Nih Mama bawain makanan buat kalian, pasti kalian belum makan kan? Masa Asha? Ah pasti dia ada di kamar, mentang-mentang kalian masih pengantin baru yah."Damian baru ingat jika Asha memang berada di kamar dan masih tertidur, namun masalahnya kamar yang mereka tempati berbeda. Tentu akan mengundang kecurigaan Mama jika melihat hal itu. Belum juga ia mau berkata apa, justru Mamanya sudah naik ke lantai atas yang artinya menuju ke kamar mereka. "Ma, tunggu Ma!" Damian berteriak, membuat sang Mama berhenti melangkah. Mama Sulis menengok ke arahnya, tersenyum dan berkata "Oh iya tolong semua makanan dan barang-barang yang Mama bawa di mobil dikeluarkan ya!" Setelahnya Mama lanjut naik ke lantai atas. "Aduh gawat nih kalau Mama tau kalau cewek aneh itu aku kasih kamar yang.... "Damian dilema, antara menuruti ucapa
Sangat berbeda sekali dengan kamar milik Damian tadi, kamar yang luas dengan berbagai fasilitas lengkapnya, Asha mengira kamarnya pun akan seperti itu, namun nyatanya berkata lain. Kamar ini masih berantakan, tidak ada tv layar besar, kulkas pribadi atau pun AC. "Apa ini? Bagaimana mungkin kamar yang ia tempati sangat bagus sedangkan kamarku begini. Ya Damian, kau memang keterlaluan sekali!"Yang ada dalam bayangan Asha adalah, ia bisa langsung rebahan di kamar, namun rupanya ia harus beberes dulu sebelumnya. "Menyebalkan sekali, kenapa kamar ku tak sebagus miliknya, awas saja nanti!"Mau tidak mau, Asha harus merapikan ini semua terlebih dahulu, menyusun barang-barang yang ada di kamar ini agar terlihat sedikit rapi. Bahkan kasurnya pun diletakkan di lantai begitu saja, tidak ada divan seperti yang ada di kamar milik Damian. Jika kepanasan pun hanya ada kipas angin saja. Kamar ini nampak biasa saja, tanpa ada fasilitas khusus. "Bisa-bisanya dia enak tidur di kamar yang nyaman, seda