"Hai apa kamu tuli?" pekik Asha, jujur ia kesal setiap ia bicara tapi Damian kerap kali hanya diam saja tak menyahut dirinya, seolah-olah ia berbicara dengan tembok saja.Akan tetapi, bukan menjawab pertanyaan Asha, Damian menatap tajam padanya, kemungkinan ia tersinggung pada ucapan Asha barusan yang mengatakan ia tuli."Ups, sorry deh, lagian diajak ngomong diam aja, lagi sariawan?"'Oh Tuhan mimpi apa aku? Bisa-bisanya aku dijodohkan dengan orang seperti dia.'Lagi dan lagi, Damian hanya terdiam, ia tetap fokus mengemudikan mobilnya. Asha yang menyadari jika ini bukanlah jalan menuju rumahnya pun panik, ia takut jika cowok kulkas ini akan melakukan sesuatu yang tidak baik kepadanya, seperti menculik dirinya. "Hey, kamu mau bawa aku ke mana? Ini bukan jalan menuju rumahku! Cepat turunkan aku! Jangan macam-macam kamu ya, gini-gini dulu waktu aku masih sekolah pernah ikut ekstrakurikuler pencak silat," ucap Asha yang tak digubris oleh Damian. Asha makin panik, ia lalu memukul Damian
Sampai juga di rumah Asha, rupanya Ibu dan juga Ayah sudah menunggu mereka, semua ini karena tadi Asha sempat ketiduran saat berada di rumah Jenny. Kali ini, Damian mengantarkan Asha sampai ke rumahnya, tadi ia diminta untuk menjemputnya, rasanya tak enak jika hanya mengantar sampai jalan depan rumah saja. "Kenapa kau ikut turun?" Asha terkejut karena Damian mengikutinya sampai ke rumah, namun seperti biasa dia hanya diam saja.'Mulai deh mode kulkasnya aktif.'"Nah itu dia Asha, Yah!"Dari jauh, Asha bisa melihat kedua orang tuanya yang seperti sedang menunggu seseorang. Sejak Asha dijodohkan, Ibu seperti agak berlebihan, sedikit-sedikit ia meminta Damian mengantarkan dirinya, seperti saat ini. Padahal Asha juga bisa pulang sendiri ke rumahnya."Ya ampun Asha, akhirnya kamu pulang juga. Ibu khawatir loh soalnya kamu perginya lama banget, untung ada Nak Damian," ucap Bu Hani."Maaf Tante, tadi kami mampir makan dulu jadi agak lama," Damian yang menjawab.Ingin rasanya Asha segera mas
Saat ini Asha sedang dimake up agar terlihat pangling nanti. Ibu bahkan sampai menyewa jasa MUA untuk mendandani Asha, anak gadisnya yang sebentar lagi akan dilamar oleh seorang pria. "Bu, ih Ibu ngapain deh pakai sewa jasa MUA segala. Aku nggak terbiasa ini pakai kayak gini!" Asha protes pada Ibunya. Menurut Asha, seharusnya Ibu tak terlalu berlebihan seperti ini. Ia yang terbiasa petakilan harus memakai gaun yang tentunya membuat Asha merasa tak nyaman. Berkali- kali ia bahkan protes, namun tak digubris oleh Ibu. "Maaf ya Mbak, bisa nggak Mbak ini diam dan nggak banyak gerak! Terus tolong itu hape juga ditaruh dulu ya Mbak! Saya jadi nggak bisa konsentrasi ini, memangnya Mbak mau kalau nanti alisnya panjang sebelah dan bulu mata juga tebal sebelah?" Rupanya MUA yang mendandani Asha kesal sebab Asha banyak protes dan ia juga sembari melihat hape, menonton video sang idola dan kadang Asha juga spontan ikut nge dance. "Sudah Asha, sekarang kamu lebih baik diam dan nurut sama Mbak
Begitu kesal hati Asha, padahal tadi ia sedang mimpi indah bertemu dengan idolanya, namun barus buyar karena dibangunkan. Semua ini karena ulah Jenny."Sialan lo Jen! Gue pikir beneran!""Sst Mbak! Please deh jangan gerak-gerak mulu. Ini saya susah mau gambar alis, memangnya Mbak mau kalau alis Mbak pindah ke mulut?" Asha akhirnya menurut, rupanya Mbak MUA nya galak juga, meski ia sudah tak tahan lagi karena ternyata make up itu lama, berniat ingin melihat ponsel untuk menonton drakor sembari menunggu make up ini kelar, namun kembali dimarahi oleh tukang make up nya. "Jangan gerak-gerak ya Mbak, jangan lihat hape! Ini sebentar lagi mau selesai, jadi tolong kerjasamanya!!"Waktu terus berlalu, tak terasa hampir 2 jam Asha dimake up, sungguh ia lebih memilih menonton drakor daripada harus begini."Nah, kan kalau Mbak nurut jadi cantik begini," ucap si MUA puas dengan hasil riasannya. Asha melihat pantulan dirinya di depan cermin, sangat jauh berbeda dengan penampilannya sehari-hari.
Asha menerimanya, ia membaca kertas itu yang ternyata adalah sebuah surat perjanjian, di mana isinya menyebutkan jika mereka akan menikah, namun akan beda kamar dan tidur secara terpisah, tidak akan mencampuri urusan pribadi masing-masing, tidak melakukan kontak fisik, mereka akan bersikap romantis disaat ada orang tua saja, selain itu tidak, dan mereka akan sepakat bercerai nanti.Asha mengerti, rupanya ini yang Damian maksud, ia tak sampai hati membantah Mamanya untuk segera menikah dengan Asha. Ia juga tau jika Asha pun sama seperti dirinya, tak bisa menolak perjodohan ini."Bagaimana?" tanya Damian dengan wajah datarnya."Oke, deal ya!" sahut Asha setuju, ia pun mengulurkan tangan pada lawan bicaranya, meski awalnya Damian enggan, namun akhirnya ia mau menyalami tangan Asha.Rupanya aksi mereka itu diperhatikan oleh Jenny, sahabat Asha."Ceileh yang sebentar lagi mau nikah, gandeng terus!""Ibu senang lihat kalian yang saling menyayangi, nah Nak Damian, Ibu titip anak Ibu ya nanti
Di hari pernikahan temannya, Asha datang dengan calon suami ah entah apa Asha harus menyebutnya, yang jelas ia lebih suka memanggil Damian dengan sebutan kulkas. "Asha! Hey! Kamu ini gimana sih? Kok malah belum siap-siap? Ayo cepat sana mandi, sebentar lagi kan calon suami kamu mau datang! Eh Ibu kasih tau ya sama kamu, nanti kalau kamu sudah menikah, suami pulang kerja tuh kamu harus sudah rapi, sudah wangi, bukan kayak gini!"Memang jika tak ada kegiatan, Asha lebih memilih untuk mandi sekali saja dengan dalih hemat air, padahal ia malas. "Calon suami? Maksud Ibu tuh Min Yoongi? Memangnya dia udah pulang dari wajib militernya, Bu?" Asha yang memang baru bangun tidur pun asal menjawab ucapan sang Ibu. Ibu yang sedianya akan beranjak pun geleng-geleng mendengar jawaban dari putri sulungnya itu. Sedangkan Asha, matanya masih setengah tertutup dan ia berkali-kali menguap, menandakan jika ia masih ingin tidur lagi, namun Ibu marah-marah dan menyuruhnya untuk segera mandi sambil seseka
Mobil terus melaju membawa Asha ke suatu tempat, karena bosan, Asha memilih untuk menonton film drama Korea kesayangannya. "Ayo turun!" perintah Damian, rupanya mereka sudah sampai."Sudah sampai kah?" tanya Asha tanpa menoleh sedikitpun, ia masih asyik menonton. "Kalau belum sampai, untuk apa aku menyuruhmu untuk turun, cepatlah! Lelet sekali jadi orang!"Ucapan tadi membuat Asha merasa dongkol, bagaimana tidak, ia dijodohkan dengan orang yang mempunyai sifat dingin dan jauh dari kata romantis. Bahkan belum menikah saja, sudah berapa kali Damian membuatnya merasa kesal. "Nggak bisa apa nyuruhnya tuh yang agak romantis sedikit? Pantas saja nggak ada yang mau walau dia lumayan ganteng!" Asha menggerutu lirih, namun rupanya Damian mendengarnya. "Oh jadi mau yang romantis yah?" Damian lantas menggendong Asha layaknya adegan romantis di film-film, Asha yang memang tak siap pun sedikit merasa terkejut dengan aksi dari calon suaminya itu. "Hey! Apa yang kamu lakukan? Tolong turunkan ak
Semua nampak tak percaya, jika cewek cantik itu adalah Asha, karena kali ini Asha tampak berbeda sekali dari biasanya. Ia nampak anggun dengan gaun dan riasan yang terlihat natural namun menonjolkan aura cantiknya, tentunya sangat berbeda dengan keseharian Asha. "Itu beneran Asha?" Banyak dari teman-teman Asha yang merasa tak percaya, mereka bahkan sampai dibuat melongo. "Bisa mingkem nggak sih! Tuh takutnya ada lalat yang masuk," seloroh Jenny. Sebagai sahabat, Jenny juga nampak senang melihat penampilan Asha kali ini, apa lagi ia tak datang sendiri, lumayan lah untuk membungkam mulut-mulut yang suka berkomentar julid kepadanya. Asha berjalan dengan berhati-hati sekali, karena saat ini ia memakai sepatu hak tinggi yang lagi-lagi walau tak terlalu tinggi, namun cukup membuatnya kesulitan untuk berjalan cepat. Sampai akhirnya, Asha hampir saja terjatuh jika saja Damian tak langsung menahannya. Seketika tubuhnya membeku karena saat ini kedua mata mereka saling menatap. Damian, tak
Asha terbangun, ia sedikit kesiangan. Rupanya meskipun tidur di atas sofa nyatanya ia bisa tidur nyenyak. "Hoahm! " Asha menguap berkali-kali sembari mengerjapkan matanya, mengumpulkan separuh nyawanya dan kesadarannya. Ia melihat ke sekeliling, ternyata ia masih di sini. Ya, bulan madu yang kata orang adalah momen yang sangat intim dan juga romantis bagi pasangan lain, namun tidak dengan dirinya. "Rupanya aku mimpi, hihi! " gumam Asha. Ia lantas menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya. "Loh kok, perasaan aku semalam tidur nggak pakai selimut." Lalu Asha kembali tersadar jika bukan hanya selimut saja, namun ia juga menemukan bantal. Asha ingat betul jika semalam ia tidur meringkuk di sofa ini, namun pagi ini ia bangun sudah ada kedua benda itu. "Pantas saja tidurku lumayan nyaman, apa cowok dingin itu yang melakukannya? " Tanpa disadari bibir Asha tersenyum. Rupanya meskipun terlihat cuek dan dingin, nyatanya Damian peduli kepadanya. Asha melangkahkan kakinya, ingin melihat ap
Sengaja Damian meletakkan kakinya di atas kaki Asha, membuat gadis itu merasa sedikit terusik. 'Pasti sebentar lagi dia akan berpikir yang macam-macam, lalu keluar dengan sendirinya!'Asha juga berkata dalam hatinya 'Mau mengusirku secara halus rupanya, hh liat saja nanti!'Akan tetapi Asha dengan santainya membalas perlakuan Damian dengan meletakkan tangannya di atas dada lelaki itu. Rupanya kali ini Asha tak mau menyerah begitu saja, ia merasa punya hak yang sama untuk bisa tidur di kamar yang nyaman. Begitu pun dengan Damian, ia memiringkan tubuh dan meletakan tangannya seolah akan memeluk Asha dan dibalas oleh Asha yang meletakan kakinya di atas kaki Damian. 'Tak mau mengalah rupanya, ok kali ini kita lihat siapa yang akan menang kali ini!'Damian mendekatkan wajahnya, ia paham betul dengan kebiasaan gadis aneh di hadapannya ini. Ia suka sekali membayangkan yang tidak-tidak, apa lagi saat ini Damian sengaja mendekatkan wajahnya seolah-olah ia akan mencium gadis itu. Namun rupan
Rupanya, Damian serius dengan apa yang diucapkannya. Ia benar-benar tega menyuruh Asha untuk tidur di sofa, sedangkan ia sendiri tidur di kamar dengan AC dan juga kasur yang empuk. "Bulan madu macam apa ini? Seenaknya saja mau menang sendiri. Harusnya dia sebagai cowok yang tidur di sofa, bukan aku!" Meski begitu, Asha mencoba untuk bisa tidur meski tempat tidur yang ia gunakan sangat tidak nyaman. Namun, sekuat apa pun ia berusaha untuk tidur, matanya tidak bisa terpejam. "Bisa-bisanya dia tidur di kamar dan kasur yang empuk tapi menyuruhku untuk tidur di sini! Bisa pegal-pegal badanku!"Tak tahan lagi, Asha akhirnya memutuskan untuk masuk kamar. Terserah jika ia harus ribut lagi dengan Damian, ia hanya ingin tidur nyenyak malam ini. Pokoknya untuk kali ini, Asha tak mau mengalah. Pintu kamar dibuka oleh Asha, membuat Damian merasa terkejut. Apa lagi Damian saat ini sedang bertelanjang dada, ia tak menyangka jika Asha akan masuk ke kamar. Lucunya meski status mereka berdua sudah
"Apa? Yang nyosor duluan siapa? Bukannya kau? Ish cewek aneh!""Ja- jadi....."Asha baru ingat jika tadi ia memang sedang bermimpi, beradegan romantis namun rasanya seperti nyata dan ternyata ia lah yang mencium Damian terlebih dahulu. Kini setelah ia ingat, Asha terdiam. Ia jadi malu sendiri, apa lagi tadi ia sempat menyalahkan Damian. "Kalau mau marah-marah nggak usah dorong-dorong!"'Jadi yang tadi itu.... Ah kenapa sih aku bisa-bisanya melakukan hal itu. Ciuman pertama ku kenapa harus dengan cowok alien itu sih!'Setelah insiden itu, keduanya jadi nampak canggung. Asha mengira jika Damian marah, bagaimana tidak? Sudah dua kali ia membuat cowok itu harus terguling dari tempat tidur akibat gerakan reflek yang ia lakukan. Begitu pula dengan Damian, ia justru merasa aneh jika gadis yang sekarang menjadi istrinya itu terlihat diam saja. Rupanya ia lebih menyukai jika Asha banyak berbicara daripada harus terdiam seperti ini. "Aku lapar, bisa kah kau membelikan makanan?""Apa? " sah
Rupanya Mama benar-benar sudah mempersiapkan semuanya, sampai tempat mereka menginap pun sudah siap. Damian berjalan tanpa mempedulikan Asha di belakangnya. "Hey, tunggu!! Ah bisa-bisanya makhluk itu tak membantuku sama sekali!"Menyadari Asha tak ada di belakangnya, Damian kembali untuk menyusul istrinya itu. Dia yang selalu sat set harus dipasangkan dengan Asha yang suka lelet dan suka mager. "Kebiasaan banget suka ninggalin, kalau aku hilang gimana?" omel Asha pada suaminya. Damian tak menyahut, mode kulkas nya sedang on. Ia hanya membawakan barang-barang yang dibawa oleh sang istri. Kini, mereka berdua sedang berada dalam perjalanan menuju villa tempat mereka menginap. Asha merasa takjub sekali dengan tempat ini, asri dan terlihat begitu nyaman. Akan tetapi, mimpi buruknya adalah kamar yang ada hanya satu saja. Itu pun sudah dihias sedemikian rupa, khas sekali untuk pasangan yang berbulan madu. Taburan bunga mawar di atas ranjang dan ucapan untuk pasangan aneh ini. Rasanya b
Singkatnya, hari itu pun tiba. Bahkan dengan semangat nya Mama, Papa serta orang tua Asha sampai mengantarkan mereka ke Bandara. Ibu bahkan membawakan makanan untuk bekal mereka selama di perjalanan. "Aduh Ibu malu-maluin aja deh pakai bawain kayak gini, aku itu mau naik pesawat Bu, bukannya mau piknik. Ini malah Ibu bawain semur jengkol pula!" protes Asha pada Ibunya. "Ya nggak apa-apa dong, biar irit tau! Kan di sana harga makanan pasti lebih mahal, udah bawa aja. Nggak menghargai banget ya, Ibu sudah bela-belain bangun pagi-pagi buat masakin ini semua!""Ya nggak pakai rantang juga kali, Bu!" Mau tak mau, Asha membawa makanan itu karena Ibunya malah mengomel. Ini adalah pengalaman pertama bagi Asha, bepergian jauh dengan naik pesawat. Dulu, sewaktu kecil ia sering kali berandai-andai ingin naik pesawat dan bisa keliling dunia. "Kalian hati-hati ya! Jaga Asha dengan baik, jaga menantu kesayangan Mama!"Meskipun Damian kerap bersikap dingin dan menyebalkan, namun Mama sangat meny
"Apa Mama akan menginap di sini?" Asha bertanya dengan penuh hati-hati, ia takut menyinggung perasaan Mama mertuanya. "Maaf, Ma! Kalau Mama mau menginap di sini, tidak ada kamar lagi karena di rumah ini hanya ada 2 kamar saja. 1 kamar untukku dan satu lagi untuk...." Damian berhenti berbicara setelah Asha memberikan kode kepadanya. Ia hampir saja keceplosan mengatakan jika kamar yang satu lagi adalah kamar Asha, istri pura-pura nya. Mungkin, jika tadi Asha tak memberikan kode padanya, ia pasti akan berkata yang sebenarnya jika mereka tinggal satu rumah namun beda kamar tidur, tentunya hal itu sangat tidak lazim mengingat mereka adalah pasangan pengantin baru. "Untuk? Kok nggak diterusin?" Rupanya Mama menangkap gelagat aneh itu. "Eh itu Ma, iya kamar yang satu lagi belum sempat aku bereskan, masih berantakan. Maaf ya Ma, iya kan Sayang?"Kali ini Asha yang menyahut. Jujur dalam hatinya ia merasa ingin muntah memanggil Damian dengan sebutan sayang. Ia terpaksa agar Mama tak curiga
Damian terpaku di tempatnya, ia sungguh terkejut melihat siapa yang datang ke rumah ini. "Loh, kenapa Sayang? Kok kamu kayak kaget gitu lihat Mama datang? Mana menantu Mama? Nih Mama bawain makanan buat kalian, pasti kalian belum makan kan? Masa Asha? Ah pasti dia ada di kamar, mentang-mentang kalian masih pengantin baru yah."Damian baru ingat jika Asha memang berada di kamar dan masih tertidur, namun masalahnya kamar yang mereka tempati berbeda. Tentu akan mengundang kecurigaan Mama jika melihat hal itu. Belum juga ia mau berkata apa, justru Mamanya sudah naik ke lantai atas yang artinya menuju ke kamar mereka. "Ma, tunggu Ma!" Damian berteriak, membuat sang Mama berhenti melangkah. Mama Sulis menengok ke arahnya, tersenyum dan berkata "Oh iya tolong semua makanan dan barang-barang yang Mama bawa di mobil dikeluarkan ya!" Setelahnya Mama lanjut naik ke lantai atas. "Aduh gawat nih kalau Mama tau kalau cewek aneh itu aku kasih kamar yang.... "Damian dilema, antara menuruti ucapa
Sangat berbeda sekali dengan kamar milik Damian tadi, kamar yang luas dengan berbagai fasilitas lengkapnya, Asha mengira kamarnya pun akan seperti itu, namun nyatanya berkata lain. Kamar ini masih berantakan, tidak ada tv layar besar, kulkas pribadi atau pun AC. "Apa ini? Bagaimana mungkin kamar yang ia tempati sangat bagus sedangkan kamarku begini. Ya Damian, kau memang keterlaluan sekali!"Yang ada dalam bayangan Asha adalah, ia bisa langsung rebahan di kamar, namun rupanya ia harus beberes dulu sebelumnya. "Menyebalkan sekali, kenapa kamar ku tak sebagus miliknya, awas saja nanti!"Mau tidak mau, Asha harus merapikan ini semua terlebih dahulu, menyusun barang-barang yang ada di kamar ini agar terlihat sedikit rapi. Bahkan kasurnya pun diletakkan di lantai begitu saja, tidak ada divan seperti yang ada di kamar milik Damian. Jika kepanasan pun hanya ada kipas angin saja. Kamar ini nampak biasa saja, tanpa ada fasilitas khusus. "Bisa-bisanya dia enak tidur di kamar yang nyaman, seda