Share

Saling Mengenal

Author: Audwibill
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Ganendra mendekat pada kakeknya yang juga membawanya mendekat pada Aulia. Dengan tegap di berdiri sambil memandang sinis pada Aulia.

"Aku juga menolak perjodohan ini, Kek" ujar Ganendra.

"Kau tidak boleh menolak Ganendra, karena kalau kau menolak maka saham yang berada atas namamu akan diberikan seluruhnya pada Aulia. Itulah perjanjian yang kami buat bersama orang tua kalian!" jelas Opa Hendra.

Ganendra terkejut bukan kepalang mendengarnya. Bagaimana mungkin keluarganya akan memberikan semua sahamnya pada Aulia jika ia menolak perjodohan tersebut. Dan tentu saja, perjanjian seperti itu tidak ada. Itu hanya alasan Opa Hendra untuk membuat Ganendra mau menerima perjodohan tersebut dan berharap jika mereka menikah, Ganendra perlahan akan merubah kebiasaan buruknya.

"Tidak bisa, Opa. Itu milikku! Aku tidak akan memberikannya pada orang lain!" sanggah Ganendra.

"Jika kau tidak ingin kehilangan apa yang sudah menjadi milikmu. maka kau harus menikah. Kalau tidak, maka relakan empat puluh persen saham kamu itu pada Aulia!" tegas Opa Hendra sekali lagi.

Ganendra kehabisan kata-kata. Opa Hendra tidak pernah main-main dengan apa yang ia katakan. Terutama pada janji yang ia buat. Jika Ganendra terus membantahnya bisa jadi dia sendiri yang akan kesulitan mengatasi keputusan kakeknya itu.

"Aulia, semua sudah diputuskan. Kau juga tidak bisa menolak, Nak. Tolong hormati keputusan Tetuah keluarga. Ini semua demi kalian dan keluarga kita. Dan jika kau sudah melahirkan nanti, maka saham perusahaan Golden Grup sebesar sepuluh persen akan menjadi milikmu" tukas Opa Hendra bicara dengan nada lembut pada Aulia.

"Opa, a-aku ..., a-ku benar-benar tidak bisa menerima perjodohan ini. Maaf, tapi aku tidak bisa membawa masa depanku dalam kesepakatan yang sama sekali tidak aku ketahui. Menikah bukan tentang menyelamatkan dua keluarga saja, tapi masa depan yang berkepanjangan. Aku tidak bisa membangun rumah tangga dengan orang yang tidak aku cintai. Bahkan kami baru mengenal hari ini. A-ku ...," Aulia tidak melanjutkan kata-katanya lagi. Ia terlalu sungkan menjelaskan arti sebuah pernikahan pada orang yang lebih dulu merasakannya daripada dia sendiri.

"Aulia, terimalah. Dengan begitu Nenek akan tenang meninggalkanmu di dunia ini. Kau sudah lama menderita, sudah waktunya kau bahagia dan memikirkan diri kau sendiri" ujar Nenek Aulia menyela.

"Bagaimana aku bisa bahagia kalau aku tidak mencintainya, Nek! Kami baru mengenal hari ini, dan kesan pertamaku pada cucu Opa Hendra tidak menyenangkan. Lalu jaminan kebahagiaan apa yang bisa aku miliki kalau dia saja tidak bisa menghargai wanita!" tegas Aulia.

"Sayang, Nenek dan Kakekmu dulu menikah tanpa cinta. Papa dan Mamamu juga. Kami dijodohkan oleh Tetuah keluarga dan kau bisa lihat sendiri, keluarga kita harmonis tanpa adanya cekcok atau pertengkaran yang berarti" ujar Nenek Aulia.

"Tapi, Nek ...," tolak Aulia lagi.

"Jalani saja dulu, kau dan Ganendra bisa saling mengenal satu sama lain. Jika memang kau tidak menginginkannya maka Nenek akan menolaknya. Biar nanti Nenek yang akan pertanggungjawabkan di depan kakekmu kelak" jelas Nenek Aulia terus membujuk Aulia.

"Winda benar, kalian bisa saling mengenal dan Opa akan beri waktu satu bulan untuk saling mengenal. Selama itu, kalian coba saling mengenal diri. Setelah satu bulan nanti kita akan membicarakannya lagi di tempat yang lebih baik. Tapi Opa harap kalian berdua dapat menerima perjodohan ini" kata Opa Hendra menyetujui saran Winda.

Opa Hendra tidak ingin menjadi egois dengan membawa Aulia dalam kehidupan Ganendra yang rumit dan kotor itu. Bagaimana pun Aulia berhak memilih untuk masa depannya sendiri walau sebenarnya harapan Opa Hendra pada Aulia sangatlah besar.

"Aku setuju!" kata Ganendra menyetujui. Aulia menatap tidak percaya pada Ganendra. Seakan mengerti apa yang tersirat dari tatapan Aulia, Ganendra pun menambahkan.

"Kita jalani waktu satu bulan ini sebagai sepasang kekasih. Jika memang tidak ada kecocokan diantara kita berdua, maka kamu bisa menolaknya dan jika kamu menolaknya maka kamu tidak boleh menerima saham milikku yang diberikan pada kamu" tambah Ganendra.

"Baik, aku setuju!" jawab Aulia lemah.

Opa Hendra dan Nenek Aulia keduanya tersenyum senang karena keputusan cucu mereka dan mereka berharap kalau keduanya bisa menerima perjodohan yang telah disepakati kedua keluarga.

"Karena sudah diputuskan, maka kita akan bertemu satu bulan lagi dengan kabar baik dari kalian berdua" kata Opa Hendra yang mulai beranjak dari tempat duduknya.

"Winda, kamu harus sembuh agar bisa melihat pernikahan cucu kita" ujar Opa Hendra pada Nenek Aulia.

"Tentu saja. Aku sangat menantikan itu terjadi, Hen" jawabnya lemah.

"Kami permisi, Sayang. Terimakasih karena sudah mau mempertimbangkan keputusan kamu" ujar Opa Hendra pada Aulia.

Aulia hanya mengangguk pelan. Dia memang menyetujui untuk saling mengenal, namun bukan berarti dia senang dengan hal ini. Ganendra sudah terlanjur membuatnya tidak merasa nyaman saat berada didekatnya. Dan mereka harus menikah!

Ganendra dan Opa Hendra meninggalkan ruangan itu. Mereka pulang bersamaan karena Opa Hendra sendiri yang memintanya. Kini mereka berada di dalam satu mobil dengan diamnya mereka masing-masing.

Ganendra dan Opa Hendra tidak pernah berada dalam hubungan kekeluargaan yang baik. Namun keduanya sama-sama saling menyayangi. Ganendra terlalu keras kepala begitupun sebaliknya. Jika keduanya bertemu maka keduanya pasti akan selalu berdebat dan berakhir dengan Ganendra yang meninggalkan Opa Hendra terlebih dahulu.

"Selama satu bulan ini, antar jemput kemana pun Aulia pergi. Jangan biarkan dia sendirian" kata Opa Hendra tiba-tiba.

"Bukankah kita ada supir, Opa. Kenapa tidak menyuruh mereka saja?!" jawab Ganendra menolak.

"Turuti saja. Karena meski Aulia tidak menerima saham yang diberikan saat dia menolak nanti, saham itu tetap tidak akan menjadi milikmu! Opa akan menyumbangkan seluruhnya pada yayasan sosial" tegasnya.

"Apa Opa gila? Opa lebih memilih menjamin kehidupan orang lain ketimbang cucu Opa sendiri?" tanya Ganendra tidak terima.

"Itu lebih baik daripada kamu habiskan semua uang kamu dengan hal tidak berguna seperti kemarin-kemarin. Gonta-ganti wanita, minum-minuman keras, bahkan kamu membeli casino untuk melancarkan aksi tidak terpuji itu! Aku membangun perusahaan Golden Grup dengan susah payah hanya agar kalian semua merasa aman, tapi kamu menjerumuskan diri kamu sendiri pada jurang yang begitu dalam" tukasnya.

"Opa, aku juga mengembangkan perusahaan kita. Aku membawanya ke puncak bisnis internasional. Apa aku salah menikmati hasil kerjaku sendiri?" tanya Ganendra.

"Jangan membantah lagi, Gane. Kamu turuti saja. Mulai besok antar jemput Aulia. Dan jangan melakukan apapun pada dia kalau kamu tidak mau berurusan dengan Opa" ancam Opa Hendra pada Ganendra.

"Apa lebihnya gadis itu di banding wanita lain hingga Opa sangat membelanya!" kesal Ganendra.

"Setidaknya sifat dan sikap dia lebih baik daripada kamu!" jawab Opa Hendra santai yang berhasil membuat Ganendra bungkam.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
alanasyifa11
waah aku suka banget sama cerita romance yang kayak gini ... ngga sabar buat baca semua ceritanya~ btw author gaada sosmed kah? aku pingin follow
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dijodohkan Dengan CEO   Ke Rumah Sakit

    Malam harinya, Ganendra masih berada dikediaman utama keluarga Bamantara. Dan saat ini ia tengah bersiap-siap untuk keluar menikmati rutinitas malamnya di bar ataupun klub malam. Menghabiskan waktu dengan minuman beralkohol atau dengan wanita-wanita pramunikmat di sana. Tapi baru saja Ganendra turun dari tangga, Kakeknya sudah menahan dia."Mau kemana kau, Gane?" tanya Opa Hendra dengan suara lantang dan tegasnya."Mau keluar. Cari angin!" jawab Ganendra berbohong."Jangan bodohi Opa. Kau kira Opa tidak tahu apa yang kau lakukan di luaran sana setiap malam, hah?" teriak Opa Hendra keras."Apa salahnya, Opa? Aku anak muda. Wajar saja aku menikmati masa mudaku!" jawab Ganendra santai."Menikmati masa muda dengan pramunikmat atau minuman keras? Itu yang kau maksud masa mudamu?" sinis Opa.Ganendra diam, ia tahu kakeknya itu tidak pernah menyukai kehidupan malam yang ia jalani."Ke rumah sakit sekarang! Temani Aulia menjaga neneknya. Kala

  • Dijodohkan Dengan CEO   Tergoda

    "Di sini dingin, aku tidak memakai jaket. Lebih baik kita masuk!" ujar Aulia memutuskan untuk kembali ke ruangan neneknya. Namun saat ia sedang berdiri, dengan cepat Ganendra menarik tangannya dan membuat Aulia terjatuh ke dalam pangkuannya."Apa yang kau lakukan? Di sini banyak orang!" kata Aulia berusaha untuk bangkit namun tidak bisa karena Ganendra sudah memeluk tubuhnya."Terima pernikahan ini, maka aku pastikan kehidupanmu dan Nenekmu akan aman dan baik-baik saja!" kata Ganendra."Apa kau gila? Menurutmu masa depanku harus aku pertaruhkan hanya dengan selembar uang?" tanya Aulia tajam."Tapi setidaknya kau dan nenekmu tidak akan kesusahan lagi? Kau tahu, penyakit nenekmu semakin lama semakin parah. Itu membutuhkan banyak biaya, apa kau kira dengan bekerja siang malam bisa mencukupi semuanya?" jelas Ganendra."Kau menyelidikiku dan Nenek?" tanya Aulia tidak percaya."Aku harus tahu wanita yang akan menikah denganku. Tidak salah, bukan?"

  • Dijodohkan Dengan CEO   Di Tampar

    Pagi ini Ganendra kembali mendatangi rumah sakit. Ia akan mengantar Aulia dan pergi bersama ke kantor.Tok ... Tok ... Tok ...Ganendra mengetuk pintu yang memang sudah sedikit terbuka. Kedua orang yang berada dalam ruangan tersebut menoleh bersamaan."Nak Ganendra, masuklah!" kata Nenek Aulia memberi izin."Terimakasih, Nek." Ganendra masuk dan mendekat pada keduanya. Nenek Aulia tersenyum hangat hanya Aulia saja yang memalingkan wajah, menolak melihat Ganendra."Ada apa kau pagi-pagi sekali ke sini?" tanya Nenek Aulia."Saya di suruh Opa untuk mengantar Aulia. Kebetulan hari ini hari pertamanya magang di kantorku" jelas Ganendra."Wah, kebetulan sekali. Aulia, cepat bersiap!" titah Nenek Aulia pada Aulia."Aku sudah siap, Nek. Aku pergi dulu, Nek. Jaga diri Nenek. Kalau ada apa-apa telepon aku secepatnya!" ujar Aulia dan neneknya hanya mengangguk menanggapinya.Aulia dan Ganendra pamit. Mereka meninggalkan ruang perawa

  • Dijodohkan Dengan CEO   Rasa Ingin Memiliki

    Aulia baru saja hendak meninggalkan perusahaan Ganendra namun Rani memanggilnya dengan suara yang cukup keras hingga membuat semua pandangan tertuju pada mereka. "Rani, kenapa teriak-teriak?" kesal Aulia. "Kau mau kemana, Ya? Kita di suruh menghadap HRD untuk laporan!" ujar Rani dengan nafas tersengal-sengal. Tak lama Rafael ikut bergabung dengan mereka. "Dia tidak perlu melapor, Ran. Aulia sudah pasti di terima" celetuk Rafael dengan muka masam. "Apa maksudmu, Raf?" tanya Rani bingung. Rafael memandang sekilas pada Aulia. Raut wajahnya menampakkan kekecewaan mendapatkan wanita yang ia cintai sudah menjadi tunangan orang lain. "Dia tunangan Pak Ganendra" ujar Rafael lemah. "Tunangan?" teriak Rani terkejut. Ia menatap pada Aulia, namun Aulia hanya tertunduk lesu. "Benar apa yang Rafael katakan, Ya?" tanya Rani memastikan. Dengan anggukan pelan Aulia menjawabnya. Mata Rani pun membulat sempurna. Ia tidak menyangka

  • Dijodohkan Dengan CEO   Berbeda.

    Aulia bergegas ke kantin untuk menemui Rani. Dan kini Rani tengah mengantri untuk makan siangnya. Aulia pun segera menyusul dibelakangnya."Kau lambat sekali, aku terpaksa memesan lebih dulu" kata Rani saat menyadari kehadiran Aulia dibelakangnya."Maaf, tadi aku ...," Aulia tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Ia tidak ingin membahas semua yang berkaitan dengan Ganendra. Itu terlalu membuatnya muak."Kau kenapa?" tanya Rani bingung."Aku tadi ke toilet!" dusta Aulia.Rani pun tidak membahas lebih jauh. Sementara Aulia terlihat mengamati sekelilingnya, ia mencari seseorang yang seharusnya bergabung dengan mereka."Kau mencari Rafael?" tanya Rani tiba-tiba."Di mana dia?" tanya Aulia langsung."Itu ...," Rani menunjuk pada pojok kantin yang terdapat sebuah meja. Di sana ada Rafael yang tengah makan dan berbincang dengan rekan kerjanya. Terlihat sekali Rafael sangat senang bergabung dengan rekan-rekan Devisinya. Aulia pun hanya b

  • Dijodohkan Dengan CEO   Hal Mengejutkan

    Ganendra mengurai pelukannya dari Aulia. Aulia masih tertunduk dengan wajah basahnya. Ganendra memegang kedua pundaknya dan berkata, "Bujuklah Nenek, aku akan mengurus semuanya. Jika Opa tahu dia pasti akan melakukan hal yang sama" ujar Ganendra pada Aulia.Aulia mengangguk pelan. Ia mengusap wajahnya yang basah dan berlari ke dalam toilet untuk membasuh wajahnya. Ganendra masih setia menunggunya.Tak lama Aulia keluar dan melihat Ganendra masih menunggu dirinya."Kenapa kau masih di sini?" tanya Aulia."Pulanglah, kau mungkin butuh waktu untuk menenangkan diri" jawab Ganendra.Aulia tersenyum kecil. Ia memandang pada Ganendra dengan tatapan tidak dimengerti Ganendra."Kau menyuruhku meninggalkan kantor di hari pertamaku bekerja? Apa kau ingin aku dipecat, hah?" tanya Aulia tajam."Jangan khawatir untuk hal itu, aku akan mengurusnya dengan kepala devisimu. Jadi pulanglah!" titah Ganendra."Aku akan tetap bekerja seperti seharus

  • Dijodohkan Dengan CEO   Keputusan Aulia.

    Jam pulang kerja sudah tiba. Ganendra mencari Aulia di ruangannya untuk pulang bersama. Dan ternyata di sana sudah ada Rafael. Ganendra menyapanya, memberikan senyuman terbaiknya seolah mereka adalah teman baik."Kau teman Aulia, bukan?" tanya Ganendra pura-pura tidak tahu.Rafael mengangguk pelan."Sedang menunggu Aulia?" tanya Ganendra lagi."Iya, Pak!" jawab Rafael seadanya."Sayang sekali, kami akan pulang bersama karena suatu hal. Mungkin kau bisa pulang dengan Aulia di lain waktu!" kata Ganendra meminta Rafael mundur dengan cara halus."Baiklah, Pak. Kalau begitu saya akan pulang. Selamat sore, Pak!" kata Rafael pada Ganendra.Ganendra senyum penuh kemenangan. Ia pun tidak membuang waktu lagi. Ia langsung menemui Aulia. Hal ini membuat banyak pertanyaan dari semua pegawai yang melihatnya. Jarang sekali Ganendra masuk ke ruangan mereka.Aulia yang melihat kedatangan Ganendra sedikit terkejut. Ia mengedipkan mata sebagai ko

  • Dijodohkan Dengan CEO   Syarat Aulia.

    Ganendra dan Nenek Winda terkejut mendengar penuturan Aulia. Terlebih Ganendra, sebelumnya tidak ada pembicaraan antara keduanya mengenai pertunangan mereka. Namun tiba-tiba saja Aulia sudah memutuskan bahkan mengatakan itu di depan Nenek Winda."Aulia, ini bahkan belum satu minggu. Kau yakin sudah memutuskannya?!" tanya Nenek Winda memastikan."Iya, Nek. Tenang saja. Aku sudah membicarakan semuanya dengan Ganendra. Bukan begitu, Gane?" tanya Aulia dengan isyarat matanya."Ah, i-iya. Kami sudah membicarakan semuanya, Nek!" jawab Ganendra gelagapan."Baguslah kalau begitu. Nenek senang mendengarnya. Tapi, apakah Hendra sudah tau tentang keputusan kalian ini?" tanya Nenek Winda memastikan."Belum, Nek. Kami baru membicarakannya tadi siang. Nanti kami akan memberitahukan Opa Hendra tentang semuanya. Yang penting sekarang Nenek fokus dengan pengobatan Nenek saja. Nenek tidak perlu mengkhawatirkan aku lagi karena aku sudah akan menikah!" kata Aulia.

Latest chapter

  • Dijodohkan Dengan CEO   Usaha Membujuk Aulia

    Ganendra sudah pulang dari mengantar Aulia. Kini ia mencari keberadaan kakaknya untuk membicarakan keinginannya menikahi Aulia dalam waktu dekat. Entah mengapa melihat Aulia terus bersikap dingin dan acuh membuat hatinya sakit juga tertantang untuk memilikinya."Di mana Opa?" Tanya Ganendra gusar."Bapak ada di ruang kerja, Den."Ganendra melangkah dengan cepat, menaiki anak tangga untuk menuju ke ruangan kerja Hendra. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu Ganendra langsung masuk. Hendra yang sedang menatap layar laptopnya seketika mengernyitkan dahi melihat sikap Ganendra tersebut."Opa, aku ingin segera menikah dengan Aulia. Aku tidak mau tunangan, tapi langsung menikah!" Tegas Ganendra dalam satu tarikan nafas panjang.Hendra tertegun sejenak, memindai wajah Ganendra untuk mencari tahu penyebab keinginan Ganendra tersebut."Opa, kenapa diam saja! Katakan sesuatu!" Sentak Ganendra tak sabar."Kenapa?" Tanya Hendra penuh selidik."Apanya yang kenapa, hah? Aku mau menikah dengan Aulia

  • Dijodohkan Dengan CEO   Cemburu

    Di ruangan, Ganendra sudah duduk di kursi kebesarannya. Saat Aulia masuk ke ruangannya, ia tersenyum kecil."Ada apa?" Tanya Aulia berdiri tepat di depan meja Ganendra.Ganendra tak menjawab, hanya memindai tubuh Aulia dari atas hingga bawah, membuat Aulia risih dengan tatapan Ganendra tersebut."Kenapa kau menatapku begitu?" Tanya Aulia heran."Aku mendengar seluruh percakapan kau dan rekanmu," ujar Ganendra dengan santainya, matanya masih menatap lekat pada raut wajah Aulia yang bingung."Lalu?" Tanya Aulia bingung."Kau tak ingat dengan kata-katamu sebelumnya?"Aulia memutar matanya dengan malas, ia tahu kemana arah pembicaraan Ganendra meskipun ia tak ingin peduli."Jika kau tidak ada hal yang lebih bermanfaat untuk dibicarakan, maka aku akan kembali. Kau dengar sendiri bahwa pegawaimu merendahkanku karena aku dinilai tidak kompeten dalam bekerja. Aku malas berdebat, Gane. Aku ingin tenang," ungkap Aulia.Ganendra mengangguk paham, "Boleh aku bertanya sesuatu padamu?" Tanyanya pad

  • Dijodohkan Dengan CEO   Jahilnya Ganendra

    Keesokan paginya Ganendra mengantar Aulia dan nenek Winda ke rumah sakit, menemani Aulia hingga pemeriksaan Nenek Winda selesai. Namun seorang pria menghampirinya sambil tersenyum lebar."Siapa gadis itu?" Tanyanya pada Ganendra.Ganendra menoleh sekilas dan berkata, "Kau, Jack. Kenapa kau ada disini?" Tanyanya pada seorang pria yang dulu menjadi temannya."Aku sedang membawa ibuku kemari," jawabnya. "Kau sendiri bagaimana?""Aku sedang mengantar nenekku," jawab Ganendra seadanya.Jack tersenyum kecil mendengarnya. "Nenek?" Tanyanya dengan dahi yang berkerut dalam. "Bukankah nenekmu sudah lama meninggal? Atau aku salah mendapat berita?"Ganendra tersenyum kecil, menepuk pundak Jack karena tak tahu harus menjawab apa. Tak lama Aulia mendekat dan menghampirinya."Sudah selesai? ayo!" Kata Aulia tanpa memperhatikan keberadaan Jack di sebelah Ganendra."Ayo!" Balas Ganendra. "Jack, aku duluan!"Ganendra kembali menepuk pundak Jack lalu berlalu begitu saja. Jack sedikit bingung melihat Aul

  • Dijodohkan Dengan CEO   Pukulan Rafael.

    Rafael pergi, menghilang di balik pintu tanpa bisa Aulia cegah. Rasa tak rela mendominasi diri Aulia, melihat Rafael pergi dengan kedukaan hatinya perih. Seketika ia menatap tajam pada Ganendra yang sudah membuat Rafael merasa tak nyaman."Maksudmu apa, hah?" Cetus Aulia.Ganendra menatap bingung Aulia."Apa? Maksud apa yang kau bicarakan?" Tanya Ganendra memastikan."Ck, haruskah kau melakukan itu pada kami?" Tanya Aulia kesal.Ganendra mulai mengerti maksud dari perkataan Aulia. "Ah, kekasihmu itu?!" Sinis Ganendra.Aulia menghela nafasnya, jengah selalu bertengkar dengan Ganendra. "Sudahlah, ini sudah malam. Sebaiknya kau pulang."Aulia berdiri, hendak meninggalkan Ganendra namun Ganendra segera menahannya."Aku kemari untuk membicarakan masalah kita," ujar Ganendra pelan.Aulia melepaskan tangan Ganendra yang memegang lengannya. "Aku lelah, Gane. Pulanglah!"Suara Aulia sangat lembut penuh makna, Ganendra pun tak ingin memaksa yang akhirnya semakin memperkeruh keadaan."Baiklah, b

  • Dijodohkan Dengan CEO   Ganendra dan Rafael.

    Aulia pulang ke apartemen, masih mencoba menenangkan dirinya yang kesal pada Ganendra. Tiba-tiba ponselnya berdering, Aulia melihat sekilas, nama Rafael di sana. Dahi Aulia berkerut melihat Rafael yang menghubunginya setelah lama mereka tak bicara.Lama Aulia menimbang untuk memutuskan pilihan antara menjawab panggilan Rafael atau menolaknya. Hingga panggilan itu berakhir, Aulia masih belum bisa menentukan pilihannya."Maaf, Rafael."Aulia memutuskan untuk melupakan Rafael karena sudah menerima perjodohan dengan Ganendra, meski hatinya untuk Rafael namun ia tidak bisa lari dari tanggung jawab yang sudah ia ambil.Aulia hendak mandi, membersihkan tubuhnya yang terasa lengket tapi tiba-tiba pintu terbuka, Nenek Winda datang dan menghampirinya sambil membawa tumpukan pakaian Aulia yang telah rapi."Kapan kau pulang?" Tanya Nenek Winda."Baru saja, Nek." Jawab Aulia.Aulia mengambil pakaian yang ada di tangan Nenek, meletakkan ke lemari lalu kembali duduk di sisi neneknya."Jangan mengerj

  • Dijodohkan Dengan CEO   Dihina.

    Ganendra mendekatkan wajahnya pada wajah Aulia, berniat membungkam mulut Aulia yang baru saja menghinanya. Akan tetapi Aulia dengan sigap menolak aksi Ganendra itu hingga akhirnya Ganendra menggantinya area yang ditujunya.Ganendra mengecup pelan leher jenjang Aulia, membuat Aulia bergidik geli. Ganendra bisa merasakan bulu kuduk Aulia yang berdiri tegak, ia pun semakin gencar menggoda Aulia hingga membuat tubuh Aulia mulai memanas begitupun dengan dirinya."Ganendra, hentikan!" teriak Aulia yang merasa gerakan Ganendra semakin dalam padanya.Ganendra tak mengindahkan teriakan Aulia, ia sudah mulai asyik dengan permainannya sendiri hingga melupakan bahwa kini mereka masih berada di kantor."Ganendra!!" Aulia berteriak cukup keras seraya mendorong Ganendra dengan keras hingga akhirnya Ganendra berhasil menjauh dari tubuhnya. Hal ini dijadikan kesempatan bagi Aulia untuk melarikan diri, ia segera berdiri dan menutupi tubuhnya dengan bantal yang ada. Sementara Ganendra hanya tersenyum ke

  • Dijodohkan Dengan CEO   Bertengkar

    Lama Aulia menunggu Ganendra, namun tak jua ada tanda-tanda jika Ganendra akan segera menemuinya. Aulia mengintip dari jendela kaca, Ganendra masih sibuk dengan teman wanitanya, sementara Aulia sudah kepanasan menunggu dia untuk kembali bersama. Karena kesal, Aulia pun memanggil seorang tukang ojek dan meninggalkan Ganendra di butik bersama dengan teman wanitanya.Sepanjang perjalanan Aulia mengumpat dalam hati. Ia kesal karena Ganendra benar-benar mengabaikannya. Sementara itu, Ganendra sudah selesai dengan teman wanitanya, ia keluar dengan langkah yang lebar. Namun ketika tiba di lobi tak ada wujud Aulia. Ganendra masih berpikir positif, "Mungkin saja dia menunggu di mobil!" batin Ganendra.Ganendra bergegas menuju mobilnya, namun ketika ia membuka mobil, Ganendra tak mendapati keberadaan Aulia."Apa jangan-jangan dia di toilet?!" batin Ganendra bertanya-tanya.Ganendra mencoba menunggu Aulia di dalam mobil, jika saja dugaannya benar, Aulia sedang di to

  • Dijodohkan Dengan CEO   Diabaikan!

    Ganendra membawa Aulia ke sebuah butik desainer terkenal. Aulia tidak terkejut lagi, hal ini pasti terjadi karena Ganendra bukanlah orang sembarangan. Namun hal tersebut tidak menarik perhatian Aulia. Kemewahan Ganendra tidak membuat Aulia silau hingga gelap mata ketika melihat semua barang-barang mahal itu.Seorang pria dengan langkah kemayu mendekati Ganendra dan Aulia. Ia menyapa Ganendra dengan sangat ramah dan kadang bersikap genit layaknya seorang wanita yang ingin menggoda seorang pria.Ganendra berusaha menolak secara halus, ia risih dengan kelakuan pria tersebut. Namun hal ini malah mengundang senyum di wajah Aulia.Aulia senang melihat Ganendra tak berdaya ketika tubuh atletisnya di raba-raba desainer kemayu itu. Aulia bahkan sengaja meninggalkan Ganendra dengan alasan ingin melihat-lihat koleksi desainer tersebut.Tiga puluh menit berselang, Aulia sudah merasa bosan. Ia berniat menemui Ganendra namun tanpa sengaja ia melihat Ganendra sedang ber

  • Dijodohkan Dengan CEO   Sekretaris Pribadi

    Satu minggu sudah berlalu. Kini tanggal pertunangan sudah ditentukan. Gedung, katering, dan keperluan lainnya pun sudah diurus penuh oleh orang Ganendra. Hanya tinggal menghitung hari maka pertunangan mereka akan dilangsungkan.Hari ini, seperti biasa Aulia berangkat ke kantor dengan Ganendra. Hal ini kembali mengundang perhatian banyak orang. Mereka bertanya-tanya hubungan apa yang dimiliki Aulia dan bos mereka sehingga Ganendra harus mengantar jemput Aulia setiap hari. Banyak pula yang beranggapan kalau Aulia adalah kelinci kecil Ganendra yang sengaja dimasukkan Ganendra ke kantornya untuk memuaskan hasrat Ganendra.Aulia mengabaikan semua itu. Ia menebalkan telinganya meski semua itu benar-benar melukai harga dirinya. Namun apa yang bisa ia lakukan, membela diri pun percuma, itu sama saja ia masuk dalam perangkap wanita-wanita yang sangat mendambakan Ganendra.Ganendra sudah mendengar semua itu. Namun ia tidak bereaksi apa-apa karena ia melihat bahwa Aulia ba

DMCA.com Protection Status