Share

Penolakan Aulia

Penulis: Audwibill
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Aulia dan Rafael berboncengan menuju tempat bekerja Aulia. Sesekali mereka berbincang tentang pelajaran yang tidak mereka sukai. Kadang mereka tertawa dengan senangnya karena obrolan konyol mereka. Keduanya nampak tak ada beban padahal saat ini Aulia tengah menghadapi masalah yang cukup membebani pikirannya.

Tak lama mereka pun tiba di cafe tempat Aulia bekerja. Aulia turun dan memberikan helm yang ia pakai pada Rafael.

"Terimakasih ya, Raf. Karena kau aku jadi cepat sampainya" ujar Aulia tulus.

"Santai, kau adalah temenku. Sudah sewajarnya aku membantumu. Nanti kalau aku sedajg butuh bantuan, giliran kau yang membantuku" jawab Rafael.

"Oke ..., oke ...," ujar Aulia mengerti.

Rafael tengah menggantungkan helm yang tadi dipakai Aulia, namun tiba-tiba ponsel Aulia berdering. Aulia pun mengambil ponselnya dari dalam tas dan melihat nama neneknya di layar ponselnya.

"Nenekku" ujar Aulia sedikit panik karena neneknya menghubungi dia di jam kerjanya. Rafael yang melihat itu hanya bisa melihat sambil menunggu apa yang sebenarnya terjadi.

"Ya, Nek. Ada apa?" tanya Aulia cepat. Namun karena ia tengah berada di pinggir jalan. Aulia pun mengaktifkan mode pengeras.

"Ke rumah sakit sekarang, Aulia!" terdengar suara lemah dari balik ponsel Aulia.

"Kenapa? Nenek baik-baik saja, bukan?" tanya Aulia yang mulai panik.

"Nenek baik-baik saja. Tapi ada hal penting yang harus kau ketahui. Nenek tunggu sekarang, ya" ujar Nenek Aulia yang langsung memutuskan panggilan teleponnya secara sepihak.

Aulia dan Rafael saling menatap. Wajah Aulia diliputi rasa cemas yang berlebihan.

"Aku antar, ya" ujar Rafael kembali menawarkan diri.

"Lalu bagaimana dengan urusanmu, Raf?" tanya Aulia.

"Itu gampang! Nanti aku urus. Yang penting Nenek dulu sekarang!" kata Rafael.

"Terimakasih ya, Raf. Aku merepotkanmu lagi" ujar Aulia merasa bersalah.

"Ah, berisik kau. Ayo cepat naik!" kata Rafael yang mulai jengah ketika mode tidak enakkan Aulia muncul.

Aulia kembali menaiki motor matic Rafael. Mereka menuju rumah sakit dengan kecepatan tinggi.

"Pegangan!" ujar Rafael mengingatkan.

Aulia melabuhkan kedua tangannya di pinggang Rafael. Sedikit canggung karena dia tidak pernah melakukan hal tersebut pada laki-laki mana pun. Namun ia juga tidak bisa mengabaikan keselamatannya saat ini.

Tak lama mereka tiba di halaman rumah sakit. Dengan cepat Aulia berlari menuju kamar neneknya yang berada di lantai tiga. Rafael kehilangan jejak karena Aulia yang lebih dulu meninggalkannya. Rafael mengambil ponselnya dan mengirimkan Aulia pesan.

"Aku langsung pulang, ya. Kalau ada apa-apa, kabari aku!" tulisnya dalam pesan yang ia kirim pada Aulia.

* * *

Aulia tiba di ruangan neneknya dan sedikit terkejut melihat banyak beberapa laki-laki dewasa di dalam ruangannya di tambah seorang laki-laki yang sudah berumur duduk di samping brankar neneknya.

"Nenek ...," panggil Aulia dengan nafas menderu karena baru saja berlari.

"Sini, Sayang" kata Neneknya mengajak Aulia duduk di sisinya.

Aulia menurut meski tatapan matanya tertuju pada semua pria yang ada di depannya kini.

"Sayang, kenalkan ini Opa Hendra. Dia teman Kakek dan Nenek dulu" ujar Nenek Aulia.

"Salam kenal, Opa" ujar Aulia sopan sambil mencium punggung tangan  pria sepuh itu.

"Kau tumbuh besar, Aulia. Opa senang melihat kau tumbuh menjadi gadis yang bertanggung jawab dan cantik" ujar pria itu pada Aulia.

"Terimakasih, Opa" jawab Aulia canggung.

Aulia masih tidak mengerti mengapa neneknya harus menyuruh dia datang jika hanya untuk kedatangan teman lamanya. Bukankah dia tidak akan mengerti tentang masa lalu Kakek dan Neneknya dulu.

"Kedatangan Opa Hendra kesini untuk satu tujuan, yaitu menyampaikan amanah yang dibuat Kakek dan Opa dulu. Tepatnya sebelum Kakekmu meninggal. Dan ini juga sudah disetujui Papa dan Mamamu, Aulia" kata Opa Hendra mulai bicara.

"Amanah?" ujar Aulia bingung. "Amanah apa kalau Aulia boleh tahu?" tanya Aulia penasaran.

"Tentu saja kau harus tahu karena ini menyangkut dirimu sendiri" jawabnya yang kian membuat Aulia tidak mengerti.

"Maaf, Opa. Bisa bicara dengan jelas. Aulia tidak mengerti" jawab Aulia ragu.

Hendra tersenyum, baru saja Opa Hendra hendak menjelaskan seorang pria masuk keruangan Nenek Aulia. Dan orang itu membuat Aulia kaget bukan kepalang karena kehadirannya.

"Kau ...," kata Aulia dan pria itu bersamaan.

"Kalian sudah saling kenal?" tanya Opa Hendra pada keduanya.

"Iya, Opa. Dia pegawai magang yang aku terima di perusahaan kita tadi siang" jawab pria yang tak lain adalah Ganendra.

Aulia dan Ganendra saling menatap namun tidak lama karena keduanya kembali berpaling muka.

"Baguslah kalau begitu. Semuanya jadi lebih mudah, Win" ujar Opa Hendra pada Nenek Aulia. Nenek Aulia hanya tersenyum menanggapinya.

"Ada apa Opa menyuruh aku kemari?" tanya Ganendra.

"Jadi begini, Kakek Aulia dan Opa dulu berteman dan saat perusahaan keluarga Prahardja sedang berada dipuncaknya, Kakek Aulia dan Opa membuat kesepakatan. Kesepakatan itu terkait kalian berdua karena saat itu kau baru saja lahir, Gane" ujar Opa Hendra menjelaskan.

"Apa isi kesepakatan yang kalian buat, Opa?" tanya Ganendra penasaran.

"Kesepakatannya adalah, kalau anak Wijaya dan Arini perempuan maka akan dijodohkan denganmu, tapi jika laki-laki maka akan dijadikan saudaramu. Ini kami buat untuk mempertahankan kejayaan perusahaan pada masa itu" ujarnya.

Aulia kaget bukan kepalang saat nama kedua orang tuanya disebutkan oleh Opa Hendra yang berarti pula anak perempuan yang Opa Hendra maksudkan adalah dirinya sendiri.

"Maksud Opa aku dan Bapak ini dijodohkan?" tanya Aulia memastikan.

"Benar, Sayang!" sela Nenek Aulia.

Aulia terduduk lemas di atas brankar neneknya. Sementara Ganendra menatap tidak suka pada reaksi Aulia.

"Apakah aku sebegitu tidak menariknya sampai-sampai dia begitu lemas setelah mendengar penjelasan Opa" gerutu Ganendra dalam hati.

"Kenapa kalian bisa membuat kesepakatan mengenai masa depan seseorang?" tanya Aulia tidak terima.

"Saat itu kami tidak benar-benar ingin melaksanakannya karena kami memikirkan kalian. Namun saat kakekmu mulai mengalami kebangkrutan, dia menagih kembali janji yang sudah kami buat untuk membuat kamu merasa aman. Dan itu tepat dua hari sebelum kakekmu meninggal" jelasnya.

"Maaf, Opa. Aku tidak bisa menerima perjodohan ini!" kata Aulia tegas.

Suasana nampak hening seketika setelah mendengar penolakan yang Aulia katakan pada Opa Hendra.

"Aulia, ini amanah kakekmu sendiri!" kata Winda, Nenek Aulia menyela.

"Tapi, Nek ..., aku tidak bisa menikah begitu saja. Aku tidak mengenal orang itu dan yang lebih penting aku tidak mencintainya!" jawab Aulia sambil menunjuk pada Ganendra.

Mendapatkan penolakan yang berulang kali membuat harga diri Ganendra terluka. Ganendra tidak menyangka kalau ia akan ditolak oleh gadis rendahan seperti Aulia. Di saat para gadis lainnya berlomba-lomba untuk berdekatan dengannya bahkan ada yang rela naik ke atas ranjangnya hanya untuk menarik simpati Ganendra. Sementara Aulia menolaknya mentah-mentah bagai barang yang tidak bernilai harganya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yhullia Naru
Keren sekali ceritanya ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dijodohkan Dengan CEO   Saling Mengenal

    Ganendra mendekat pada kakeknya yang juga membawanya mendekat pada Aulia. Dengan tegap di berdiri sambil memandang sinis pada Aulia."Aku juga menolak perjodohan ini, Kek" ujar Ganendra."Kau tidak boleh menolak Ganendra, karena kalau kau menolak maka saham yang berada atas namamu akan diberikan seluruhnya pada Aulia. Itulah perjanjian yang kami buat bersama orang tua kalian!" jelas Opa Hendra.Ganendra terkejut bukan kepalang mendengarnya. Bagaimana mungkin keluarganya akan memberikan semua sahamnya pada Aulia jika ia menolak perjodohan tersebut. Dan tentu saja, perjanjian seperti itu tidak ada. Itu hanya alasan Opa Hendra untuk membuat Ganendra mau menerima perjodohan tersebut dan berharap jika mereka menikah, Ganendra perlahan akan merubah kebiasaan buruknya."Tidak bisa, Opa. Itu milikku! Aku tidak akan memberikannya pada orang lain!" sanggah Ganendra."Jika kau tidak ingin kehilangan apa yang sudah menjadi milikmu. maka kau harus menikah. Kala

  • Dijodohkan Dengan CEO   Ke Rumah Sakit

    Malam harinya, Ganendra masih berada dikediaman utama keluarga Bamantara. Dan saat ini ia tengah bersiap-siap untuk keluar menikmati rutinitas malamnya di bar ataupun klub malam. Menghabiskan waktu dengan minuman beralkohol atau dengan wanita-wanita pramunikmat di sana. Tapi baru saja Ganendra turun dari tangga, Kakeknya sudah menahan dia."Mau kemana kau, Gane?" tanya Opa Hendra dengan suara lantang dan tegasnya."Mau keluar. Cari angin!" jawab Ganendra berbohong."Jangan bodohi Opa. Kau kira Opa tidak tahu apa yang kau lakukan di luaran sana setiap malam, hah?" teriak Opa Hendra keras."Apa salahnya, Opa? Aku anak muda. Wajar saja aku menikmati masa mudaku!" jawab Ganendra santai."Menikmati masa muda dengan pramunikmat atau minuman keras? Itu yang kau maksud masa mudamu?" sinis Opa.Ganendra diam, ia tahu kakeknya itu tidak pernah menyukai kehidupan malam yang ia jalani."Ke rumah sakit sekarang! Temani Aulia menjaga neneknya. Kala

  • Dijodohkan Dengan CEO   Tergoda

    "Di sini dingin, aku tidak memakai jaket. Lebih baik kita masuk!" ujar Aulia memutuskan untuk kembali ke ruangan neneknya. Namun saat ia sedang berdiri, dengan cepat Ganendra menarik tangannya dan membuat Aulia terjatuh ke dalam pangkuannya."Apa yang kau lakukan? Di sini banyak orang!" kata Aulia berusaha untuk bangkit namun tidak bisa karena Ganendra sudah memeluk tubuhnya."Terima pernikahan ini, maka aku pastikan kehidupanmu dan Nenekmu akan aman dan baik-baik saja!" kata Ganendra."Apa kau gila? Menurutmu masa depanku harus aku pertaruhkan hanya dengan selembar uang?" tanya Aulia tajam."Tapi setidaknya kau dan nenekmu tidak akan kesusahan lagi? Kau tahu, penyakit nenekmu semakin lama semakin parah. Itu membutuhkan banyak biaya, apa kau kira dengan bekerja siang malam bisa mencukupi semuanya?" jelas Ganendra."Kau menyelidikiku dan Nenek?" tanya Aulia tidak percaya."Aku harus tahu wanita yang akan menikah denganku. Tidak salah, bukan?"

  • Dijodohkan Dengan CEO   Di Tampar

    Pagi ini Ganendra kembali mendatangi rumah sakit. Ia akan mengantar Aulia dan pergi bersama ke kantor.Tok ... Tok ... Tok ...Ganendra mengetuk pintu yang memang sudah sedikit terbuka. Kedua orang yang berada dalam ruangan tersebut menoleh bersamaan."Nak Ganendra, masuklah!" kata Nenek Aulia memberi izin."Terimakasih, Nek." Ganendra masuk dan mendekat pada keduanya. Nenek Aulia tersenyum hangat hanya Aulia saja yang memalingkan wajah, menolak melihat Ganendra."Ada apa kau pagi-pagi sekali ke sini?" tanya Nenek Aulia."Saya di suruh Opa untuk mengantar Aulia. Kebetulan hari ini hari pertamanya magang di kantorku" jelas Ganendra."Wah, kebetulan sekali. Aulia, cepat bersiap!" titah Nenek Aulia pada Aulia."Aku sudah siap, Nek. Aku pergi dulu, Nek. Jaga diri Nenek. Kalau ada apa-apa telepon aku secepatnya!" ujar Aulia dan neneknya hanya mengangguk menanggapinya.Aulia dan Ganendra pamit. Mereka meninggalkan ruang perawa

  • Dijodohkan Dengan CEO   Rasa Ingin Memiliki

    Aulia baru saja hendak meninggalkan perusahaan Ganendra namun Rani memanggilnya dengan suara yang cukup keras hingga membuat semua pandangan tertuju pada mereka. "Rani, kenapa teriak-teriak?" kesal Aulia. "Kau mau kemana, Ya? Kita di suruh menghadap HRD untuk laporan!" ujar Rani dengan nafas tersengal-sengal. Tak lama Rafael ikut bergabung dengan mereka. "Dia tidak perlu melapor, Ran. Aulia sudah pasti di terima" celetuk Rafael dengan muka masam. "Apa maksudmu, Raf?" tanya Rani bingung. Rafael memandang sekilas pada Aulia. Raut wajahnya menampakkan kekecewaan mendapatkan wanita yang ia cintai sudah menjadi tunangan orang lain. "Dia tunangan Pak Ganendra" ujar Rafael lemah. "Tunangan?" teriak Rani terkejut. Ia menatap pada Aulia, namun Aulia hanya tertunduk lesu. "Benar apa yang Rafael katakan, Ya?" tanya Rani memastikan. Dengan anggukan pelan Aulia menjawabnya. Mata Rani pun membulat sempurna. Ia tidak menyangka

  • Dijodohkan Dengan CEO   Berbeda.

    Aulia bergegas ke kantin untuk menemui Rani. Dan kini Rani tengah mengantri untuk makan siangnya. Aulia pun segera menyusul dibelakangnya."Kau lambat sekali, aku terpaksa memesan lebih dulu" kata Rani saat menyadari kehadiran Aulia dibelakangnya."Maaf, tadi aku ...," Aulia tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Ia tidak ingin membahas semua yang berkaitan dengan Ganendra. Itu terlalu membuatnya muak."Kau kenapa?" tanya Rani bingung."Aku tadi ke toilet!" dusta Aulia.Rani pun tidak membahas lebih jauh. Sementara Aulia terlihat mengamati sekelilingnya, ia mencari seseorang yang seharusnya bergabung dengan mereka."Kau mencari Rafael?" tanya Rani tiba-tiba."Di mana dia?" tanya Aulia langsung."Itu ...," Rani menunjuk pada pojok kantin yang terdapat sebuah meja. Di sana ada Rafael yang tengah makan dan berbincang dengan rekan kerjanya. Terlihat sekali Rafael sangat senang bergabung dengan rekan-rekan Devisinya. Aulia pun hanya b

  • Dijodohkan Dengan CEO   Hal Mengejutkan

    Ganendra mengurai pelukannya dari Aulia. Aulia masih tertunduk dengan wajah basahnya. Ganendra memegang kedua pundaknya dan berkata, "Bujuklah Nenek, aku akan mengurus semuanya. Jika Opa tahu dia pasti akan melakukan hal yang sama" ujar Ganendra pada Aulia.Aulia mengangguk pelan. Ia mengusap wajahnya yang basah dan berlari ke dalam toilet untuk membasuh wajahnya. Ganendra masih setia menunggunya.Tak lama Aulia keluar dan melihat Ganendra masih menunggu dirinya."Kenapa kau masih di sini?" tanya Aulia."Pulanglah, kau mungkin butuh waktu untuk menenangkan diri" jawab Ganendra.Aulia tersenyum kecil. Ia memandang pada Ganendra dengan tatapan tidak dimengerti Ganendra."Kau menyuruhku meninggalkan kantor di hari pertamaku bekerja? Apa kau ingin aku dipecat, hah?" tanya Aulia tajam."Jangan khawatir untuk hal itu, aku akan mengurusnya dengan kepala devisimu. Jadi pulanglah!" titah Ganendra."Aku akan tetap bekerja seperti seharus

  • Dijodohkan Dengan CEO   Keputusan Aulia.

    Jam pulang kerja sudah tiba. Ganendra mencari Aulia di ruangannya untuk pulang bersama. Dan ternyata di sana sudah ada Rafael. Ganendra menyapanya, memberikan senyuman terbaiknya seolah mereka adalah teman baik."Kau teman Aulia, bukan?" tanya Ganendra pura-pura tidak tahu.Rafael mengangguk pelan."Sedang menunggu Aulia?" tanya Ganendra lagi."Iya, Pak!" jawab Rafael seadanya."Sayang sekali, kami akan pulang bersama karena suatu hal. Mungkin kau bisa pulang dengan Aulia di lain waktu!" kata Ganendra meminta Rafael mundur dengan cara halus."Baiklah, Pak. Kalau begitu saya akan pulang. Selamat sore, Pak!" kata Rafael pada Ganendra.Ganendra senyum penuh kemenangan. Ia pun tidak membuang waktu lagi. Ia langsung menemui Aulia. Hal ini membuat banyak pertanyaan dari semua pegawai yang melihatnya. Jarang sekali Ganendra masuk ke ruangan mereka.Aulia yang melihat kedatangan Ganendra sedikit terkejut. Ia mengedipkan mata sebagai ko

Bab terbaru

  • Dijodohkan Dengan CEO   Usaha Membujuk Aulia

    Ganendra sudah pulang dari mengantar Aulia. Kini ia mencari keberadaan kakaknya untuk membicarakan keinginannya menikahi Aulia dalam waktu dekat. Entah mengapa melihat Aulia terus bersikap dingin dan acuh membuat hatinya sakit juga tertantang untuk memilikinya."Di mana Opa?" Tanya Ganendra gusar."Bapak ada di ruang kerja, Den."Ganendra melangkah dengan cepat, menaiki anak tangga untuk menuju ke ruangan kerja Hendra. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu Ganendra langsung masuk. Hendra yang sedang menatap layar laptopnya seketika mengernyitkan dahi melihat sikap Ganendra tersebut."Opa, aku ingin segera menikah dengan Aulia. Aku tidak mau tunangan, tapi langsung menikah!" Tegas Ganendra dalam satu tarikan nafas panjang.Hendra tertegun sejenak, memindai wajah Ganendra untuk mencari tahu penyebab keinginan Ganendra tersebut."Opa, kenapa diam saja! Katakan sesuatu!" Sentak Ganendra tak sabar."Kenapa?" Tanya Hendra penuh selidik."Apanya yang kenapa, hah? Aku mau menikah dengan Aulia

  • Dijodohkan Dengan CEO   Cemburu

    Di ruangan, Ganendra sudah duduk di kursi kebesarannya. Saat Aulia masuk ke ruangannya, ia tersenyum kecil."Ada apa?" Tanya Aulia berdiri tepat di depan meja Ganendra.Ganendra tak menjawab, hanya memindai tubuh Aulia dari atas hingga bawah, membuat Aulia risih dengan tatapan Ganendra tersebut."Kenapa kau menatapku begitu?" Tanya Aulia heran."Aku mendengar seluruh percakapan kau dan rekanmu," ujar Ganendra dengan santainya, matanya masih menatap lekat pada raut wajah Aulia yang bingung."Lalu?" Tanya Aulia bingung."Kau tak ingat dengan kata-katamu sebelumnya?"Aulia memutar matanya dengan malas, ia tahu kemana arah pembicaraan Ganendra meskipun ia tak ingin peduli."Jika kau tidak ada hal yang lebih bermanfaat untuk dibicarakan, maka aku akan kembali. Kau dengar sendiri bahwa pegawaimu merendahkanku karena aku dinilai tidak kompeten dalam bekerja. Aku malas berdebat, Gane. Aku ingin tenang," ungkap Aulia.Ganendra mengangguk paham, "Boleh aku bertanya sesuatu padamu?" Tanyanya pad

  • Dijodohkan Dengan CEO   Jahilnya Ganendra

    Keesokan paginya Ganendra mengantar Aulia dan nenek Winda ke rumah sakit, menemani Aulia hingga pemeriksaan Nenek Winda selesai. Namun seorang pria menghampirinya sambil tersenyum lebar."Siapa gadis itu?" Tanyanya pada Ganendra.Ganendra menoleh sekilas dan berkata, "Kau, Jack. Kenapa kau ada disini?" Tanyanya pada seorang pria yang dulu menjadi temannya."Aku sedang membawa ibuku kemari," jawabnya. "Kau sendiri bagaimana?""Aku sedang mengantar nenekku," jawab Ganendra seadanya.Jack tersenyum kecil mendengarnya. "Nenek?" Tanyanya dengan dahi yang berkerut dalam. "Bukankah nenekmu sudah lama meninggal? Atau aku salah mendapat berita?"Ganendra tersenyum kecil, menepuk pundak Jack karena tak tahu harus menjawab apa. Tak lama Aulia mendekat dan menghampirinya."Sudah selesai? ayo!" Kata Aulia tanpa memperhatikan keberadaan Jack di sebelah Ganendra."Ayo!" Balas Ganendra. "Jack, aku duluan!"Ganendra kembali menepuk pundak Jack lalu berlalu begitu saja. Jack sedikit bingung melihat Aul

  • Dijodohkan Dengan CEO   Pukulan Rafael.

    Rafael pergi, menghilang di balik pintu tanpa bisa Aulia cegah. Rasa tak rela mendominasi diri Aulia, melihat Rafael pergi dengan kedukaan hatinya perih. Seketika ia menatap tajam pada Ganendra yang sudah membuat Rafael merasa tak nyaman."Maksudmu apa, hah?" Cetus Aulia.Ganendra menatap bingung Aulia."Apa? Maksud apa yang kau bicarakan?" Tanya Ganendra memastikan."Ck, haruskah kau melakukan itu pada kami?" Tanya Aulia kesal.Ganendra mulai mengerti maksud dari perkataan Aulia. "Ah, kekasihmu itu?!" Sinis Ganendra.Aulia menghela nafasnya, jengah selalu bertengkar dengan Ganendra. "Sudahlah, ini sudah malam. Sebaiknya kau pulang."Aulia berdiri, hendak meninggalkan Ganendra namun Ganendra segera menahannya."Aku kemari untuk membicarakan masalah kita," ujar Ganendra pelan.Aulia melepaskan tangan Ganendra yang memegang lengannya. "Aku lelah, Gane. Pulanglah!"Suara Aulia sangat lembut penuh makna, Ganendra pun tak ingin memaksa yang akhirnya semakin memperkeruh keadaan."Baiklah, b

  • Dijodohkan Dengan CEO   Ganendra dan Rafael.

    Aulia pulang ke apartemen, masih mencoba menenangkan dirinya yang kesal pada Ganendra. Tiba-tiba ponselnya berdering, Aulia melihat sekilas, nama Rafael di sana. Dahi Aulia berkerut melihat Rafael yang menghubunginya setelah lama mereka tak bicara.Lama Aulia menimbang untuk memutuskan pilihan antara menjawab panggilan Rafael atau menolaknya. Hingga panggilan itu berakhir, Aulia masih belum bisa menentukan pilihannya."Maaf, Rafael."Aulia memutuskan untuk melupakan Rafael karena sudah menerima perjodohan dengan Ganendra, meski hatinya untuk Rafael namun ia tidak bisa lari dari tanggung jawab yang sudah ia ambil.Aulia hendak mandi, membersihkan tubuhnya yang terasa lengket tapi tiba-tiba pintu terbuka, Nenek Winda datang dan menghampirinya sambil membawa tumpukan pakaian Aulia yang telah rapi."Kapan kau pulang?" Tanya Nenek Winda."Baru saja, Nek." Jawab Aulia.Aulia mengambil pakaian yang ada di tangan Nenek, meletakkan ke lemari lalu kembali duduk di sisi neneknya."Jangan mengerj

  • Dijodohkan Dengan CEO   Dihina.

    Ganendra mendekatkan wajahnya pada wajah Aulia, berniat membungkam mulut Aulia yang baru saja menghinanya. Akan tetapi Aulia dengan sigap menolak aksi Ganendra itu hingga akhirnya Ganendra menggantinya area yang ditujunya.Ganendra mengecup pelan leher jenjang Aulia, membuat Aulia bergidik geli. Ganendra bisa merasakan bulu kuduk Aulia yang berdiri tegak, ia pun semakin gencar menggoda Aulia hingga membuat tubuh Aulia mulai memanas begitupun dengan dirinya."Ganendra, hentikan!" teriak Aulia yang merasa gerakan Ganendra semakin dalam padanya.Ganendra tak mengindahkan teriakan Aulia, ia sudah mulai asyik dengan permainannya sendiri hingga melupakan bahwa kini mereka masih berada di kantor."Ganendra!!" Aulia berteriak cukup keras seraya mendorong Ganendra dengan keras hingga akhirnya Ganendra berhasil menjauh dari tubuhnya. Hal ini dijadikan kesempatan bagi Aulia untuk melarikan diri, ia segera berdiri dan menutupi tubuhnya dengan bantal yang ada. Sementara Ganendra hanya tersenyum ke

  • Dijodohkan Dengan CEO   Bertengkar

    Lama Aulia menunggu Ganendra, namun tak jua ada tanda-tanda jika Ganendra akan segera menemuinya. Aulia mengintip dari jendela kaca, Ganendra masih sibuk dengan teman wanitanya, sementara Aulia sudah kepanasan menunggu dia untuk kembali bersama. Karena kesal, Aulia pun memanggil seorang tukang ojek dan meninggalkan Ganendra di butik bersama dengan teman wanitanya.Sepanjang perjalanan Aulia mengumpat dalam hati. Ia kesal karena Ganendra benar-benar mengabaikannya. Sementara itu, Ganendra sudah selesai dengan teman wanitanya, ia keluar dengan langkah yang lebar. Namun ketika tiba di lobi tak ada wujud Aulia. Ganendra masih berpikir positif, "Mungkin saja dia menunggu di mobil!" batin Ganendra.Ganendra bergegas menuju mobilnya, namun ketika ia membuka mobil, Ganendra tak mendapati keberadaan Aulia."Apa jangan-jangan dia di toilet?!" batin Ganendra bertanya-tanya.Ganendra mencoba menunggu Aulia di dalam mobil, jika saja dugaannya benar, Aulia sedang di to

  • Dijodohkan Dengan CEO   Diabaikan!

    Ganendra membawa Aulia ke sebuah butik desainer terkenal. Aulia tidak terkejut lagi, hal ini pasti terjadi karena Ganendra bukanlah orang sembarangan. Namun hal tersebut tidak menarik perhatian Aulia. Kemewahan Ganendra tidak membuat Aulia silau hingga gelap mata ketika melihat semua barang-barang mahal itu.Seorang pria dengan langkah kemayu mendekati Ganendra dan Aulia. Ia menyapa Ganendra dengan sangat ramah dan kadang bersikap genit layaknya seorang wanita yang ingin menggoda seorang pria.Ganendra berusaha menolak secara halus, ia risih dengan kelakuan pria tersebut. Namun hal ini malah mengundang senyum di wajah Aulia.Aulia senang melihat Ganendra tak berdaya ketika tubuh atletisnya di raba-raba desainer kemayu itu. Aulia bahkan sengaja meninggalkan Ganendra dengan alasan ingin melihat-lihat koleksi desainer tersebut.Tiga puluh menit berselang, Aulia sudah merasa bosan. Ia berniat menemui Ganendra namun tanpa sengaja ia melihat Ganendra sedang ber

  • Dijodohkan Dengan CEO   Sekretaris Pribadi

    Satu minggu sudah berlalu. Kini tanggal pertunangan sudah ditentukan. Gedung, katering, dan keperluan lainnya pun sudah diurus penuh oleh orang Ganendra. Hanya tinggal menghitung hari maka pertunangan mereka akan dilangsungkan.Hari ini, seperti biasa Aulia berangkat ke kantor dengan Ganendra. Hal ini kembali mengundang perhatian banyak orang. Mereka bertanya-tanya hubungan apa yang dimiliki Aulia dan bos mereka sehingga Ganendra harus mengantar jemput Aulia setiap hari. Banyak pula yang beranggapan kalau Aulia adalah kelinci kecil Ganendra yang sengaja dimasukkan Ganendra ke kantornya untuk memuaskan hasrat Ganendra.Aulia mengabaikan semua itu. Ia menebalkan telinganya meski semua itu benar-benar melukai harga dirinya. Namun apa yang bisa ia lakukan, membela diri pun percuma, itu sama saja ia masuk dalam perangkap wanita-wanita yang sangat mendambakan Ganendra.Ganendra sudah mendengar semua itu. Namun ia tidak bereaksi apa-apa karena ia melihat bahwa Aulia ba

DMCA.com Protection Status