Leon sedikit goyah. Sementara Natasha yang sedari tadi memperhatikan ekspresi Leon yang terlihat bingung, diam-diam menahan tawa. "Bagaimana Leon?"Leon yang saat ini sebenarnya sedang canggung sekaligus bingung, menoleh ke arah Natasha dengan ekspresi tegas. Kemudian, dia bangkit dari duduknya dan menghampiri Natasha. Dia cengkeram dagu Natasha dengan lembut sambil berbisik ke telinganya. "Aku suamimu, jadi aku bisa mendapatkan malamku kapanpun tanpa aku harus menurutimu."Seketika itu Natasha sangat kesal sampai wajahnya memerah karena marah. "Kamu benar-benar ya Leon! Aku sampai merendahkan harga diriku di depanmu, tapi kamu tetap tidak mau mengabulkannya? Apa susahnya sih?" Berbeda dengan Natasha yang meledak-ledak, Leon lebih memilih tenang dan dia dengan serius berkata, "Natasha dengar! Aku hanya ingin menjagamu dan calon anak kita, apa aku salah?" Tiba-tiba, jantung Natasha berdegup lebih kencang saat mendengar Leon mengatakan 'anak kita'. Entah, itu membuat h
"Kamu semakin cantik Nat," puji Keenan sambil membalas pelukan Natasha dengan erat. Lama mereka berpelukan seperti itu sebelum Keenan mengajaknya masuk. "Kamu sudah makan?" Natasha refleks menggeleng karena memang sedari tadi dia tidak bisa makan apapun, dia pikir makan bersama Keenan akan membuat moodnya membaik dan tidak akan mengalami morning sickness lagi. "Kalau begitu ayo kita makan."Natasha dengan senang mengangguk dan dia berjalan beriringan dengan Keenan yang saat ini sedang menggenggam tangannya. Hingga tiba di ruang makan yang super luas dengan menu makanan yang sangat lengkap, Keenan menyeret satu kursi untuk Natasha duduki, tapi baru saja Natasha hendak duduk, perutnya langsung naik begitu melihat makanan yang sangat banyak di depannya. Dia refleks bersuara, "Huek, huek." Sambil menutupi mulutnya. "Keenan, dimana toilet?" Keenan yang tertegun sebentar akhirnya membantu Natasha berdiri dan pergi ke toilet. "Kamu kenapa Nat? Masuk angin?" tanyanya cemas begitu Na
"Sebenarnya tujuan anda kemana Non? Kita sudah melewati patung bundaran ini lima kali." Keluh sopir Keenan yang mulai frustasi dengan Natasha. Natasha yang terisak di kursi belakang masih tak ingin menyahut hingga membuat sopir Keenan menghela nafas lelah sembari menggelengkan kepalanya.Saat itu, ponsel Natasha berdering dan untuk kesekian kalinya, dia merejectnya karena ia tahu itu pasti dari Leon. Sementara panggilan yang ia tunggu-tunggu tentu saja dari Keenan. Namun, begitu ponselnya berdering untuk kesekian kalinya, Natasha mulai kesal dan ingin memarahi Leon, tapi ternyata..."Natasha!" marah Keenan di ujung telepon. Natasha terperangah sejenak sebelum dia kembali sadar siapa yang meneleponnya dan berkata, "Keenan, aku tahu kamu pasti akan meminta maaf karena menyesal telah memarahi dan mengusirku kan...""Tidak!" tegas Keenan bahkan sebelum Natasha menyelesaikan kalimatnya. "Natasha, dengar! Jangan menyulitkan sopirku dan pulanglah!" Bagai ribuan belati tajam yang tiba-
Natasha memutar bola matanya kesal, entah kenapa dia belum merasa seberuntung seperti yang orang kebanyakan bilang karena dia merasa lebih beruntung jika menikah dengan Keenan. Natasha menurunkan pundaknya dengan lelah saat mengingat kemarahan Keenan hari ini. Iris hitam obsidiannya menatap sendu pada jalanan ibu kota yang tidak terlalu padat malam ini melalui jendela kaca mobil. Duduk di sampingnya, Leon melirik sekilas ke arah Natasha sebelum akhirnya dia mendesah frustasi, dia benar-benar sangat lelah menghadapinya. Tak terasa Rolls Royce hitam tiba di Villa. Tanpa menunggu Leon, Natasha langsung turun dengan pintu terbanting sedikit keras dan mempercepat langkahnya. Sementara Leon, dia menyipitkan matanya dengan tajam.Wajah tampannya seketika dilapisi es tebal, seiring jari-jarinya yang ramping mengepal dengan kuat.Grant buru-buru kabur dan tidak ingin ikut campur. Leon mengabaikan asistennya yang tunggang langgang pergi dan melangkahkan kakinya dengan aura jahat
Melihat Selena sedang memegang lengan Leon, hati Natasha diliputi rasa cemburu yang luar biasa, meskipun dia bisa melihat sendiri kalau Leon tetap teguh mempertahankan ekspresi dinginnya dan tidak tergoda sama sekali dengan rayuan mantan kekasihnya.Tapi Natasha sendiri yang tidak tahan.“Direktur Selena, sekarang jam kerja, anda seharusnya tidak terang-terangan seperti ini.”Natasha tersenyum sarkastik. Menyadari aura peperangan diantara mantan kekasih dan istrinya, kepala Leon tiba-tiba pusing, dia memijat alisnya yang berdenyut-denyut sebelum berkata, “Istri saya benar, jadi keluar dari ruangan saya sekarang juga!”Selena terperangah kaget dengan tindakan Leon, tubuhnya sampai gemetar karena marah, hingga dia menghentakkan heelsnya dengan keras sebelum meninggalkan ruangan.Natasha tersenyum mencemooh sikap Selena dan dia dengan anggun menuju ke ruangan kosong yang hanya tersekat kaca tebal dari meja Leon.Melihat Natasha yang tanpa protes dengan ruangan baru yang sudah ia
Mendorong pintu ruangan Leon, atasannya, Natasha sangatgugup. Selama berjalan ke ruangannya pun ia tampak berdoa dalam hati agar tidakterjadi hal yang buruk dengannya, pasalnya Leon dikenal sebagai pemimpinsedingin es, meski wajahnya sangat tampan menyerupai arjuna namun semua orangtakut padanya karena setiap orang yang datang ke ruangannya bahkan selaluberakhir menyedihkan."Duduk!" titah Leon penuh wibawa namun sangatangkuh dan dingin.Natasha memberanikan diri untuk duduk dengan jantung yangmeronta ingin melompat keluar."Apa kamu tahu kenapa saya memanggilmu ke sini?"tanyanya dengan wajah yang begitu datar tanpa ekspresi, membuat wajahtampannnya justru terlihat sangat menakutkan di mata Natasha.Natasha menggeleng pelan dengan senyum yang terlihat sangatdipaksakan, ia hanya berusaha ramah dan menyenangkan di depan serigala tampanseperti Leon."Temui saya di Luxury Resto nanti sore.""T... Tapi ada perlu apa Pak? Apa Pak Leon akanmengajak saya bertemu clien penting?"Le
"Bagaimana pertemuan pertama kalian?" tanyaAnggara—papanya, saat makan malam keluarga."Kita sepakat untuk berteman dulu.""Tidak masalah, terimakasih sudah menjadi anak yangbaik."Natasha hanya tersenyum getir, berbeda sekali dengan Andinyang begitu bahagia dan menaruh banyak harapan pada hubungan putrinya denganputra sahabatnya."Mama harap ini awal yang baik untuk hubungan kamu danLeon." Timpal Andin kemudian."Ya Nat, jangan kecewakan kami. Lagipula kami melakukansemua ini juga untuk kebahagiaan kamu, Leon orang yang baik dan sukses, kamupasti bahagia bersamanya."Natasha tidak bisa berkata apapun selain hanya menyematkansenyum getir di wajah cantiknya, ia bergumam dalam hati dengan kesal, "Baikdari Hongkong?!"Natasha berusaha kabur setelah selesai menandaskanminumannya dan mengelap bibirnya dengan tisue. "Ma, Pa, aku ke kamar dulu,mau istirahat, besok aku harus ke kantor lebih pagi." "Ya Sayang, Leon pasti akan senang kalau kamu disiplindalam pekerjaanmu," sahut And
Natasha mengangkat wajahnya, menyeka air matanya dan menatapLeon dengan penuh kebencian. Ia mengabaikannya dan dengan kasar memberikan dokumen yangbaru saja ia print. "Pekerjaanku sudah selesai, aku akan pulang sekarang.Permisi!"Natasha buru-buru mengambil tasnya dan meninggalkan Leon,namun Leon dengan cepat mencegahnya. Ia segera memblokir jalan Natasha denganlangkahnya yang besar."Pulanglah denganku!"Natasha menyipitkan matanya dan menatap Leon dengan penuhselidik. "Apa aku tidak salah dengar?" batinnya."Jangan banyak berpikir, aku tidak punya banyakwaktu," Leon mengingatkannya dengan angkuh."Aku harus bertemu Keenan sore ini, jadi lebih baik PakLeon pulang sendiri. Aku bisa naik taksi.""Aku hanya ingin memastikan kalau kamu tidak akaningkar janji."Kekesalan muncul di wajah Natasha yang berubah sangat muram."Baiklah!"Apa lagi yang bisa ia lakukan selain pasrah dengan orangkejam seperti Leon.Di pintu utama, Yunka dan Mauren membelalak kaget melihatBos kejamnya b