Mereka terkejut mendengar pengakuan Luna tentang kejadian lima tahun yang lalu. Cakra tidak habis pikir jika anak tirinya mampu melakukan hal keji terhadap putri kandungnya."Ternyata Aku memelihara ular seperti kalian berdua. Begitu bodohnya Aku sampai tidak melihat kebusukan kalian. Sungguh aku lalai sampai membawa iblis kedalam rumah ku ini, kalian sudah berhasil dengan memisahkan antara aku dengan putriku sungguh luar biasa kalian. Dan kau Ivan, Ayah benar-benar tidak percaya kau di balik kehancuran putriku? Mulai hari ini berhenti untuk memanggilku dengan sebutan Ayah Karena Aku jijik mendengar suaramu memanggil ayah dengan mulutmu yang berbisa itu." Geram Cakra mengingat kesalahannya yang begitu saj percaya pada Iriana dan Luna jika Jihan yang berkhianat. Tanpa memberikan kesempatan pada putrinya untuk menjelaskan kebenarannya."Sudahlah ayah tiriku. Lagi pula kalian akan pergi dari rumah ini jadi untuk apa suamiku harus memanggilmu dengan sebutan Ayah? Bahkan aku sendiri pun ti
"Jihan, maafkan aku."Jihan berdiri tanpa menoleh kearah pria yang kini ia ketahui adalah ayah biologis anaknya. Pria yang bermalam dengannya adalah putra dari sahabat orang tuanya dan mereka berteman sejak kecil saat remaja Kenzie memilih ke luar negeri untuk meneruskan pendidikannya dan orang tuanya pindah ke luar kota sehingga tidak ada komunikasi diantara mereka hingga pertemuan tanpa sengaja di malam naas itu."Maukah kamu memaafkan aku? Aku tidak tahu jika itu adalah kamu, dan malam itu sebenarnya aku—" Kenzie melihat kearah Jihan yang duduk menundukkan kepalanya hatinya begitu menghangat, tidak salah jika kini mereka telah menjadi suami istri. Tentunya dengan persetujuan Jihan nantinya Kenzie menghela napas sikap diam Jihan membuatnya seakan pupus untuk menikahi ibu dari putranya."Begitu besar kesalahan yang aku lakukan padamu, begitu picik dan pengecutnya aku sampai begitu lama untuk menemukan mu dan Veer. Tolong berikan aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya," Suara keci
Jihan saling pandang dengan Cakra mereka saling menggelengkan kepala melihat sikap Luna yang tidak berubah. Bahkan mereka terlihat baik-baik saja semakin merasa bahwa mereka hanya sebentar berada di hotel prodeo."Diam kamu Luna. Tau apa kamu tentang hal ini? Mama yang merasakan apa yang terbaik untuk kita!!" "Mas jika dengan cara seperti ini bisa membuatmu memaafkan kesalahanku maka aku akan melakukannya demi mendapatkan pengampunan darimu." Cakra dan Jihan terlanjut melihat Iriana berlutut di depan Cakra."Mama!! Berhenti. Untuk apa mama melakukan hal ini? Untuk apa Mah? Bangun dan jangan berlutut pada pria tua itu. Aku tidak bisa terima ini." Jihan benar-benar di uji kesabarannya berhadapan dengan Luna dan mamanya. Tidak jarang Jihan mengusap dadanya yang melihat pemandangan di depannya. Terlebih sikap Luna pada sang ayah yang tidak berhenti bicara pedas."Diam Luna, kenapa kamu tidak menurut hah?" lirih Iriana penuh penekanan."Mama,"Luna mengalihkan pandangannya kearah yang b
Kenzie memahami apa yang di rasakan oleh Jihan bukan waktu yang sebentar dan bukan hanya Jihan saja tetapi putranya turut serta dalam ujian hidup yang di jalani oleh Jihan. Pengusiran yang di lakukan oleh orang tuanya bersamaan dengan pernikahan tunangannya dengan saudara tirinya, saat dirinya di jebak oleh dua orang yang ia anggap sebagai keluarga namun nyatanya mereka tega merencanakan kehancuran Jihan dengan pria lain di hotel. Kehamilan yang tidak di ketahui berakhir dengan pemecatan di kantor miliknya bukan hanya hinaan dan cacian yang di lalui oleh Jihan tetapi tempat tinggal yang tidak hanya satu tempat melainkan berapa kali harus pindah demi menjaga anak yang ada dalam kandungannya.Terlebih rekaman yang ia dapatkan dari Ajeng perlihatkan padanya saat Jihan mendapatkan bullying dan usahanya hancur Jihan harus berada di rumah sakit untuk perawatan. Hingga tinggal di pesantren, belum lagi saat Jihan mencoba untuk bunuh diri. Tanpa sadar air matanya mengalir mengingat beratnya h
Naifa tidak menyetujui perkataan suaminya apapun bisa berubah termasuk hati Jihan yang sangat ia yakini masih tersimpan rasa pada Ivan. Hal itu di ketahui bagaimana Jihan yang dulu begitu menuruti keinginan Ivan yang meminta untuk dibuatkan presentasi yang jauh lebih baik darinya mengingat Ivan yang tidak begitu memahaminya namun tanpa pikir panjang Jihan memberikan semuanya pada Ivan yang notabennya adalah seorang laki-laki pemalas. Presentasi yang kini berhasil ia rampungkan dengan sukses sehingga perusahaan milik orang tua Ivan berdiri dengan gagah. Semua karena ide Jihan dan proposal milik Jihan dan lagi-lagi mampu menghasilkan sesuatu yang tidak bisa di berikan oleh Ivan pada orang tuanya."Aku bisa membuat mereka bersatu lagi. Jihan begitu polos, hatinya mudah tersentuh dengan begitu aku bisa memanfaatkannya sekali lagi. Sejak dulu Ivan selalu memanfaatkan keadaan. Bukankah dia selalu menuruti semua keinginanku dan anakku? Kenapa tidak di coba lagi? Aku tahu apa yang harus aku la
"Tunggu!!!"Suasana ijab kabul yang tenang tiba-tiba terusik sesaat setelah terdengar suara seseorang yang menggema di ballroom hotel mengejutkan mereka yang tengah acara saklar dimana Kenzie yang sedang ijab kabul.Seorang laki-laki melangkah kearah Kenzie yang melepaskan tangannya dari Cakra."Untuk apa kamu datang disini? Tidak ada tempat untuk orang sepertimu." ucap Cakra penuh penekanan."A— ayah, tidakkah ayah memberikan kesempatan untukku? Jihan hanya mencintaiku. Di hatinya hanya ada nama Ivan Baskoro. Batalkan pemihakan ini ayah, aku tahu kalau aku salah tetapi izinkan aku untuk menjadi suami Jihan. Aku bersedia menjadi ayah untuk putranya." lirih Ivan mengiba pada Cakra agar dirinya diberikan kesempatan untuk bisa menikahi Jihan wanita yang pernah ia hancurkan hidupnya."Berhenti mengganggu kehidupan putriku. Hari ini adalah hari bahagianya jangan pernah berfikir untuk merusaknya jika kamu tidak ingin menghabiskan harimu di penjara untuk kesekian kalinya." Geram Cakra."Tid
Satu minggu setelah ikrar suci mengarungi bahtera cinta dalam satu ikatan sah. Tidak ada yang berubah dengan kehidupan mereka, Jihan. Dia akan tetap beraktivitas seperti sebelumnya namun hal utama yang ia lakukan adalah kebutuhan keluarganya suami dan anaknya. Sang ayah yang kini hidup bahagia bersama dengan Bu Imah tidak hentinya memberikan kasih sayang pada Veer, tidak hentinya Jihan bersyukur melihat kebahagiaan terpancar dari wajah keduanya setelah sekian lama sang ayah menderita karena ulah Iriana dan Bu Imah yang hidup sebatang kara setelah kematian Sanga suami."Mama!!" Suara Veer menyadarkan lamunan panjang Jihan. Wajahnya berbalik kearah putranya yang kini berlari kearahnya memeluknya dari belakang."Ada apa nak?""Mama, aku akan pergi bersama dengan nenek dan kakek. Apakah Mama akan ikut dengan kami?" tanya Veer yang tidak melepaskan pelukannya pada Jihan."Pergilah nak, Mama ada pekerjaan. Lain waktu kita akan pergi bersama-sama untuk berlibur dan kita akan menginap di sana
Naifa menjatuhkan tubuhnya di sofa panjang di ruang keluarga. Emosinya tidak terbendung mengingat perkataan Iriana, Meski Luna banyak diam tetapi Naifa tahu jika Luna tidak kalah licik dari ibunya."Kurang ajar. Mereka pikir bisa mengendalikan aku, hah? Mereka tidak tahu siapa aku, beraninya mereka mengancam. Kita lihat apa yang bisa aku lakukan pada kalian." maki Naifa walau tidak ada Luna dan ibunya tetapi hal itu adalah bentuk kemarahannya yang tidak bisa ia bendung lagi. "Kenapa Mama marah-marah, bukankah Mama mengunjungi Luna dan ibunya?" Ivan yang baru tiba duduk di samping sang Mama. Tidak di pungkiri Ivan begitu penasaran pertemuan ibunya dengan Luna dan Iriana."Ya, Mama menemui mereka. Kamu tahu apa yang mereka katakan?" tanya balik Naifa tanpa melihat putranya."Tidak, apa yang mereka mau sampai Mama terlihat begitu marah? Apakah sesuatu yang berat?"Kali ini Naifa berbalik berhadapan dengan Ivan yang menundukkan kepalanya. Begitu banyak masalah yang mereka hadapi setelah