Share

Rencana Terselubung

last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-01 14:45:26

“Kacau, kacau! Kalau sampai Haedar menikahi Melinda, aku akan kalah. Ini saja aku kekurangan anggota untuk menang.”

Gerald mondar-mandir di depan Naura yang hanya meremas jemari, tak tahu harus berbuat apa.

Berkali-kali Haedar datang dengan tujuan meminta pendapat Gerald tentang niatnya menikahi Melinda. Tentu saja Gerald tak setuju.

“Kenapa Mas Gerald tidak melakukan sesuatu? Kenapa tidak suap mereka saja? Mereka kan miskin,” usul Naura.

Sang suami menoleh, lantas duduk di depannya dengan gelisah. “Bibinya bisa disogok, tapi Melinda bisa saja lapor pada Haedar, wartawan, atau bahkan polisi.”

Pria itu mendengus dingin. Sejak polisi menyelidiki Athena Holding, duduknya jadi memanas. Posisinya mulai diawasi dan menjadi perhatian publik.

Sesaat ia memikirkan sesuatu yang belakangan ini mengganggu.

“Bagaimana kalau aku yang menikahi Melinda? Aku yang membuatnya kehilangan tunangan, kan?” Sontak pertanyaan itu membuat Naura yang hendak minum, menjatuhkan gelas dengan keras.

“Apa kau bilang? Menikahi pelayan restoran itu? Kau mau membuatku dimadu? Jangan mimpi! Aku tidak akan pernah mengizinkan bahkan jika aku harus mati!”

Naura memalingkan muka, sementara dadanya bergemuruh. Tak pernah terlintas di benaknya untuk berbagi suami dengan wanita mana pun, apalagi pelayan seperti Melinda.

Naura mencari informasi terkait kehidupan pribadi Melinda dan mendapat kabar bahwa wanita itu adalah pelayan restoran yang bahkan jauh dari standarnya.

“Dengar dulu, Sayang. Aku tak bermaksud begitu.” Gerald bangkit, lalu duduk di sisi istrinya, menggenggam tangan yang bahkan menepis.

“Kita harus sedikit berkorban. Anggap saja ini sandiwara. Kalau aku yang menikahi Melinda dan bukan Haedar, kita masih bisa menyelamatkan posisiku.”

“Dengan menikahinya, aku akan dianggap menyelamatkan perusahaan dan menang, sementara kau akan dikenal sebagai aktris berhati besar,” sambungnya.

Menurut Gerald, selain insiden itu terjadi karena tugas darinya yang berat walaupun tak tahu apa yang terjadi, dia juga ingin menyelamatkan posisinya sebagai Sekretaris.

“Mas, ini menyangkut masa depan, hati, juga nasib rumah tangga kita. Mana mungkin aku akan berbagi suami?” Naura menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Gerald.

Selama ini, dirinya hanya menjadi artis yang melakukan sesuatu sesuai skenario. Itu pun dia tak harus benar-benar menjalani selayaknya kehidupan nyata.

“Sayang, ini hanya sebentar saja. Kalau keadaan sudah membaik, aku akan menceraikan dia. Kau tahu, tak akan ada yang bisa merebut posisimu di hatiku.”

Gerald berusaha meyakinkan meski dirinya sendiri menyangsikan. Wanita itu mendongak. Rasanya langit bagai runtuh dan menimpanya jika membiarkan sang suami menikah lagi.

Dadanya terasa nyeri hebat. Di detik berikutnya, Naura mulai lemas dan tak sadarkan diri. Gerald terbelalak dibuatnya. “Sayang! Bangun, Sayang! Naura!!!”***

Siang dan malam Melinda selalu menangisi kepergian tunangannya. Sebulan telah berlalu, tapi pihak berwenang tak kunjung menemukan petunjuk.

“Kerja, Linda! Apa kau pikir uang datang sendiri?” oceh Irma, mulai kembali memperlakukan keponakannya dengan kasar.

Melinda tak menjawab, melainkan memeluk undangan. Pernikahan yang seharusnya dilangsungkan dua Minggu lalu, hanya menoreh luka tak berkesudahan.

"Kalau kau setuju dengan usul Tuan Haedar, kita sudah mendapat uang bulanan." Irma terus memerhatikan keponakannya yang bergeming.

“Ah, sial! Aku bahkan tak bisa hidup tenang. Di mana-mana ada berita tentang Bima. TV, koran, internet, bahkan saat beli sayur pun tetangga membicarakannya.”

Irma merasa tertekan. Dia harus berlawanan dengan wartawan yang siang-malam menunggu di depan rumah untuk mendapatkan informasi.

“Seharusnya, kau sudah hengkang dari rumah ini. Sial sekali nasibku. Mengurus tiga anak dan suami, juga beban ponakan yang tak juga pergi,” ocehnya.

Irma berdecak, melihat ketiga anak-anaknya yang masih di bawah umur ikut tertekan. Wanita itu pun keluar saat mendengar suara bising di depan.

“Pria kaya itu? Kenapa dia ke sini?” Didekatinya Gerald dan sang istri yang datang. Keduanya menyapa dengan sopan, lantas dipersilakan masuk oleh Rusdi.

“Mau apa kalian?” tanyanya sesaat setelah Gerald dan Naura duduk.

“Ambilkan minuman, bukan malah duduk,” tegur Rusdi. Ia juga memanggil Melinda untuk keluar sebab yakin ada hal yang harus dibicarakan.

“Tidak usah. Duduk saja. Ada hal yang mau kami sampaikan.” Gerald menoleh pada Melinda yang keluar kamar dengan pakaian santai.

“Kalau kalian pikir saya akan meminta tanggung jawab, kalian keliru. Saya masih mampu,” ketus Melinda, duduk di dekat Rusdi yang langsung menepuk pahanya pelan.

“Kedatanganku ke sini untuk membicarakan soal apa yang Haedar sempat singgung waktu itu.” Gerald memulai pembahasan.

“Pernikahan, maksudnya?” Irma mengernyitkan dahi.

“Benar. Setelah memikirkan dengan matang, aku mengizinkan Mas Gerald untuk menjadikanmu istri keduanya.” Naura menjelaskan dengan tarikan napas yang terasa berat.

“Apa? Nona masih waras, kan? Wanita macam apa yang mengizinkan wanita lain untuk dinikahi suami? Wah! Saya yakin pasti ini bagian dari rencana.” Melinda berdecak kesal.

“Memang apa salahnya? Ini kesalahan Mas Gerald, kan? Biar dia bertanggung jawab. Aku yakin dia akan berlaku adil. Kau setuju saja, ya. Ini demi masa depanmu,” kata Naura.

“Istriku benar. Ini hanya ... hanya pernikahan kontrak saja. Kalau suasana sudah aman terkendali dan kau hidup tenang, kita akhiri pernikahan.”

Naura mendekati, berusaha membujuk. Namun, Melinda menolak dengan tegas. Pernikahan bukanlah permainan yang bisa dilakukan seenaknya.

“Omong kosong! Ini pasti hanya demi kepentingan kalian, kan? Saya tidak sudi menjadi istri kedua!” Melinda spontan bangkit dan hendak pergi, tapi Irma mencegah.

“Eh, bodoh! Kau seharusnya setuju. Daripada kau bersama Tuan Haedar, aku lebih setuju kau jadi istri kedua saja.” Irma menjentikkan jarinya pada kening Melinda.

“Lebih baik aku menikahi Tuan Haedar yang belum beristri. Walaupun harus memilih, tentu aku lebih memilih tidak menikah.” Melinda meraba kening yang sedikit ngilu.

“Pokoknya aku setuju. Jadi Tuan, kapan pernikahannya? Kalian akan membiayai segalanya, kan?” Tanpa bertanya lebih jauh, Irma langsung menyetujui usul Gerald dan Naura tentang pernikahan kontrak.

“Tentu kami akan membiayai, jangan khawatir. Aku akan memberikan pernikahan terbaik untuk Melinda.” Sangat menjanjikan apa yang Gerald katakan sampai Irma langsung setuju.

“Paman, jelaskan padanya. Aku tidak mau menikah.” Melinda mulai terisak, menggenggam tangan Rusdi yang hanya diam.

“Asal setelah menikah, Linda tidak boleh kembali ke rumah ini. Kami juga ... mengajukan syarat harus dikirimi uang setiap bulan,” kata Irma.

“Tidak, tidak! Aku tidak setuju! Kenapa Bibi seenaknya menentukan? Ini hidupku.” Melinda menggeleng laju.

“Baiklah. Kami anggap semua setuju. Mengenai surat kontraknya, akan kami buat segera. Pernikahan akan dilangsungkan sebulan dari sekarang.”

Gerald dan istrinya berdiri, berjabat tangan dengan Irma yang kegirangan.

“Tidak, Paman. Aku tidak mau dijadikan istri kedua. Aku mohon, cegah semuanya sebelum terlambat.” Melinda bersimpuh di kaki Rusdi yang mematung melihat tamunya pergi.

“Halah, sok menolak. Kalau kau dilempari uang jutaan, aku yakin kau langsung setuju. Sudah, kau siapkan diri. Seminggu lagi kau akan menikah.”

Irma menarik tangan kedua anak kembarnya yang masih kecil menuju ke kamar.

“Pamaaannn!!” Melinda mengguncang tubuh pamannya dengan keras.

Akankah pernikahan tetap dilangsungkan saat Melinda menolak?****

Bab terkait

  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Terpaksa Menikah Kontrak Dengan Tuan Gerald

    Melinda mulai tak bisa bergerak dengan bebas. Untuk keluar rumah saja Irma melarangnya dengan alasan pamali calon pengantin keluyuran."Bibi." Melinda mendekati Irma yang baru selesai menyisir rambut."Apa!" ketusnya.“A-aku hanya ingin mengunjungi makam Mas Bima. Itu saja. Tolong izinkan aku keluar sebentar,” rengek Melinda.“Tidak bisa! Kau urus saja dirimu agar nanti saat kau menikah, kau tampil cantik dan membuat mata hanya memandang wajahmu!” Irma mendorong Melinda yang menyentuh kakinya.Wanita itu hanya bisa menangis histeris saat Rusdi muncul dan langsung memeluknya.“Nak, mungkin ini yang terbaik untukmu. Kalau kau menikah dan pergi dari rumah ini, kau tak akan disiksa lagi.”Melinda diam, membenamkan wajahnya pada dada bidang sang paman yang selalu berhasil membuatnya tenang.Dirasa mulai tenang, Melinda memasuki kamar. Duduk ia di tepi ranjang. Hari-hari terasa berat dan panjang setelah kehilangan tunangan.“Aku ingin pergi. Aku tak bisa bertahan lagi,” lirihnya, bangkit da

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-02
  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Duka Malam Pertama

    “Apa alasan Tuan menikahi tunangan korban? Bukankah ini akan berpengaruh pada rumah tangga maupun bisnis?” Seorang wartawan mulai mewawancarai. Gerald menghela napas. “Berat bagiku untuk mengambil keputusan. Ini salah satu bentuk tanggung jawabku padanya meskipun aku sangat melukai istriku.” Gerald merangkul Naura yang tersentak, buru-buru memasukkan kertas tadi ke dalam tas. Diserahkannya tas itu pada pelayan. Wajah sedih dan air mata ditampilkan. Melihat itu, para wartawan bersimpati dengan keadaan Naura yang jelas-jelas tertekan. “Bagaimana Nyonya bisa setuju dimadu? Apa tidak takut posisinya akan direbut istri muda? Nyonya seorang aktris, kan? Pasti ada dampaknya.” Wartawan kembali menanyakan pertanyaan tanpa memikirkan perasaan Melinda yang kini meremas sisi kiri gaunnya. Bahwa dialah orang yang paling menderita, bukan Naura. “Sebagai sekarang wanita normal, tentu sulit bagiku untuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-11
  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Babak Baru Setelah Pernikahan

    “Siaaaalllll!” Naura mengamuk setibanya di kamar hotel. Semua barang yang ada di hadapannya dilempar ke segala arah, termasuk tasnya. Pyaaarrr!!! Naura yang sudah dipenuhi emosi, memecahkan kaca meja rias dengan melempar high heels sekuat tenaga. “Beraninya dia masuk ke dalam kehidupan rumah tanggaku! Aku tidak akan memaafkannya. Aaaaaaaa!!!!” Naura melampiaskan kebencian dengan berteriak keras. Tentu saja dia berhasil menipu semua orang dengan aktingnya sebab Naura adalah artis papan atas. Mudah baginya berlakon seperti orang menderita. Teringat ia bagaimana Gerald berhasil membujuknya untuk dimadu. Pria itu kembali membujuk setelah sang istri tersadar dari pingsan. “Sayang, aku janji akan tetap mengutamakan dirimu.” Naura melepaskan genggaman tangan Gerald seketika. Selain tak sanggup berbagi, Naura juga memikirkan kariernya. “Ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Drama Dimulai

    Melinda memandangi kamar mewah yang kini menjadi tempatnya. Semua disiapkan dengan sangat detail dan penuh perhitungan, termasuk deretan pakaian baru. “Aku merindukan Mas Bima,” lirihnya. Seminggu sudah ia hanya berdiam diri di kamar setelah menikah. Makan pun pelayan akan mengantarkan ke kamar. Perlahan Melinda menyeka air mata, menyingkap gorden putih yang melambai-lambai. Ada balkon di sana, tapi tak menarik perhatian. Tok tok tok! Melinda mengalihkan perhatian pada pintu yang diketuk seseorang. “Masuk saja.” Wanita berbaju putih itu menghela napas. Di balik pintu, Naura mengepalkan tangan. “Ayo, Naura. Tunjukkan bakatmu sebagai aktris. Aku harus bisa memulai drama panjang ini.” Naura menghirup udara sebanyak mungkin, lalu memasang wajah ramah, membuka pintu kamar. “Kau tidak mau ke luar? Sampai kapan kau akan berduka? Keluarlah, ini sudah waktunya sarapan.” Naura dengan sty

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Bertemu Orang Misterius

    “Mas, a-aku bisa jelaskan.” Naura meletakkan ponsel di atas meja dengan kondisi terbalik. Wanita itu mulai kebingungan untuk mencari alasan. Detak jantungnya seperti menjelaskan betapa paniknya ia saat ini. “Ini ... dialog film, kan? Apa kau sedang menghafal bahasa ini untuk keperluan syuting?” tanya Gerald, mengira apa yang tertulis di kertas adalah bagian dari naskah. Mendengar itu, Naura menghela napas lega. Untung saja hal itu muda dikaitkan dengan dirinya yang memang seorang aktris. “Y-ya. Ada ... ada salah satu dialog berbahasa Belanda. Aku takut salah, jadi aku menulisnya. Kan malu kalau salah pengucapan.” Dengan cepat Naura merebut kertas di tangan suaminya. Gerald hanya manggut-manggut, mengambil jaket yang tadi sempat ia letakkan di lantai. Tak sadari perubahan di wajah sang istri setelah kertas itu berpindah tangan. “Kau tahu artinya?” pancing Naura, ingin tahu apakah suaminya tahu atau tidak.

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Keinginan Istri Pertama

    Entah sudah berapa lama Melinda menatap cincin pertunangannya. Gagal menemukan pria misterius di lift, wanita itu terus saja kepikiran. Meski sudah mencari ke beberapa tempat, pria misterius itu tetap tak ditemukan. “Mau sampai kapan kau menatap cincin itu?” Suara seseorang membuat Melinda tersentak, spontan menjatuhkan cincin yang malah menggelinding. Cincin itu baru berhenti setelah seseorang menginjaknya. Seseorang yang tak lain adalah Gerald, memungut cincin itu dan menatapnya. “Tu-Tuan,” lirih Melinda, bangkit mendekati sang suami. “Istriku sudah memintamu untuk memanggilku dengan sebutan ‘Mas’. Kau juga istriku meskipun kita sama-sama tak menginginkannya.” Pria itu menyerahkan cincin pada Melinda yang berdiri. “Maaf,” ucapnya, mengambil cincin yang Gerald berikan tanpa memandang. Dimasukkannya cincin itu ke dalam saku baju. “A

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15
  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Alergi Ebi

    Melinda buru-buru bangun dan membersihkan diri. Semalam ia sudah memikirkan tentang apa yang akan dilakukan hari ini. Seperti keinginan Naura, dia akan mulai melakukan tugasnya sebagai istri. Langkahnya cepat menuruti tangga menuju ke dapur. Di sana, dua pelayan sudah lebih dulu bersiap untuk menyiapkan sarapan. “Se-selamat pagi,” sapa Melinda, merasa canggung. Selama ini dia bahkan tak pernah ke dapur. Saat sarapan pun, baru kemarin bisa makan bersama. “Selamat pagi. Kenapa Nona ke sini? Istirahat saja. Nanti kalau sudah selesai, akan saya bangunkan,” kata Rina, pelayan muda dengan lesung pipi, tersenyum manis. “Nyonya ... ah, maksudnya, Kak Naura memintaku untuk melakukan tugas sebagai istri. Jadi, aku akan membantu apa pun yang aku bisa,” ulas Melinda. Mendengar itu, Rina tersenyum. Diserahkannya pisau dapur pada Melinda. “Kalau begitu, Nona bisa memotong brokoli,” katany

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-16
  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Cincin Bima yang Hilang

    Gerald hendak bangun, tapi sang istri menahannya. Naura menggeleng laju, mengurut dada suaminya yang tampak tegang. Dimintanya pria itu untuk bertenang. “Jangan marahi dia, Mas. Ini juga keteledoran kita. Aku yang lupa memberi tahu Melinda, sedangkan kau tidak memerhatikan apa yang kau makan,” ucap Naura. Bibir Gerald mendesis pelan. Dadanya yang nyeri berangsur-angsur membaik. Dilihatnya Jiddan yang tengah memerhatikan ponsel. “Apa yang kau lakukan?” tanyanya, dengan nada yang mulai stabil, tak seperti beberapa saat lalu yang suaranya bahkan terdengar nyaring. “Mengecek jadwal Tuan hari ini. Saya membatalkan rapat dan memberi tahu anggota dewan dalam grup percakapan bahwa Tuan masuk rumah sakit,” jawab Jiddan. Sembari mendekat, pria itu memasukkan ponsel ke dalam saku celana. Diperhatikan wajah atasannya yang masih memucat. “Kau mau aku terlihat lemah, begitu? Bagaimana kalau dengan demi

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-17

Bab terbaru

  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    TAMAT

    Melinda dan Gerald berdiri menatap Lily Hotel di depannya yang sudah beroperasi beberapa bulan terakhir. Hotel baru yang langsung menjadi pusat perhatian dan populer di berbagai kalangan. Keduanya melangkah sambil memasuki tempat itu dengan senyuman. Para karyawan kompak menyambut kedatangan mereka yang sudah dikabari sejak beberapa hari lalu. Setelah pernikahan ulang dilaksanakan, Melinda dan sang suami semakin mesra. Ke mana-mana selalu bersama. Kali ini mereka datang untuk menikmati fasilitas hotel yang ada. Layaknya pasangan muda-mudi yang bulan madu. “Pokoknya aku mau lima ronde!” kata Gerald, memasuki salah satu kamar VVIP. “Ingat umur, Mas! Mana bisa tenagamu mengimbangiku?” ledek Melinda, menutup pintu dan menguncinya. “Jangan remehkan aku. Sebelum ke sini, Mama Zaskia sudah membuatkan aku jamu kuat. Dia bilang, aku akan sanggup sampai lima ronde sekali pun!” Geral

  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Maukah Kau Menikah (Lagi) Denganku?

    “Mama?” Baru saja kata itu terucap, seorang wanita mengeluarkan pistol dari dalam tas, lalu mengarahkannya kepada mereka. Melinda menganga, terkejut melihat kehadiran Zaskia tiba-tiba. “Kau pikir aku akan diam saja? Aku akan menuntut balas. Aku tak bisa datang saat kematian Naura, tapi aku datang saat kematian kalian.” Zaskia mengarahkan pistol kepada Gerald. Segera Melinda berdiri di depannya, menghalangi. “Sebelum kau membunuhnya, bunuh aku lebih dulu. Aku tak bisa hidup tanpa suamiku,” ujar Melinda. “Tidak! Bunuh aku saja. Mama pasti marah dan benci karena aku memilih Melinda, kan? Kalau begitu, bunuh saja aku, jangan dia.” Gerald mendorong Melinda ke samping. Berganti menjadi pelindung bagi sang istri. Melinda menggeleng. Digenggamnya tangan sang suami. Jika harus mati, maka dia lebih memilih mati bersama daripada harus kehilangan.

  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Surat Pertama dan Terakhir

    Pagi yang sepi. Ditemani semilir angin dan dedaunan yang berguguran. Hujan baru saja reda saat pemakaman Naura dilangsungkan. Melinda, Gerald, Jiddan, serta lainnya menyempatkan diri untuk datang. Menyaksikan bagaimana tubuh fana itu mulai ditutupi tanah yang lumayan berlumpur. Kabar kematiannya yang benar-benar mengenaskan baru terdengar menjelang pagi. Polisi mengatakan kematiannya karena bunuh diri. Overdosis obat penghilang cemas. Tubuhnya yang lemah, tak mampu menahan. “Seminggu lagi dia akan dieksekusi mati, tapi ternyata memilih mengakhiri hidup.” Begitulah yang Gerald dengar dari polisi yang datang untuk mengabari. “Kami menemukan surat di dalam kantong celananya. Mungkin Tuan berkenan menerimanya.” Polisi menyerahkan selembar kertas yang dilipat pada Gerald yang terkejut dengan kabar buruk itu. Tangannya bergetar saat menerima surat itu. "Di

  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Akhir Para Penjahat

    “Di mana otakmu, hah? Kau ingin membakar anak kecil demi memuaskan egomu? Kau benar-benar sudah tidak waras!” Gerald merasa dadanya mulai bergetar, saking amarahnya tak bisa dibendung. “Aku tak peduli! Biar dia mati sekalian. Kalau dia mati, kau akan menderita bersama wanita itu. Aku akan tertawa sepuas hati,” jawab Naura, tersenyum lebar. Dilihatnya Melinda mengusap wajah Lily yang basah karena bensin. Rasanya Naura sudah gelap mata. Dia ingin hari ini juga, ada yang mati di antara mereka. Siapa pun itu, pokoknya hanya ada satu yang bisa tenang, dan itu adalah dirinya. “Kau sangat mencintai mereka, kan? Itulah kenapa kau menceraikan aku,” kata Naura, perlahan melangkah ke samping, di mana korek api yang terlempar tadi berada di rumput. “Itu semua karena kesalahanmu! Kau serakah! Kau egois! Kau penjahat yang hanya bisa menghancurkan hidup orang lain!” kecam Gerald, menunjuk wajah Naura. Tak jauh darinya,

  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Kehilangan Akal

    Haedar berlari di Bandara. Semalam ia mendapat telepon dari temannya bahwa anak Gerald diculik mantan istrinya yang kabur dari penjara. Karena panik, Haedar izin kembali ke Indonesia. Pria itu berlari mendekati Radit yang menunggu dengan senyuman. Majikannya kembali. Walaupun mungkin hanya sebentar, setidaknya dia tampak baik-baik saja. “Selamat datang, Tuan,” sapa Radit, membungkuk hormat. “Lily sudah ditemukan?” tanya Haedar, memasuki mobil yang pintunya dibuka. “Tadi pagi saat saya ke sana, katanya mereka sudah menemukan keberadaan Lily. Ada Kenan dan Suzy yang membantu Nyonya Naura,” tutur Radit. Ia memasuki mobil, lantas segera membawa majikannya ke bandara. Sengaja tak memberi tahu keluarga Gerald bahwa dirinya pulang. Hanya seminggu di Turki, tapi dia terpaksa pulang. “Aku sudah curiga. Mustahil dia akan diam saja menerima kenyataan akan dipenjara selama beberapa tahun.” Haedar men

  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Keterlibatan Suzy

    Saat semua orang masih panik, tiba-tiba ponsel Melinda berdering. Wanita itu mengangkat telepon dari nomor asing. Tangannya sedikit bergetar saat ponsel itu didekatkan ke telinga. “Ha-halo. Siapa?” tanyanya, menggigit jari. “Apa perlu aku beri tahu siapa aku?” Melinda membulatkan mata. Suara itu milik Naura. Dia yakin seratus persen bahwa yang kini menelepon adalah mantan istri Gerald. “Sayang!” Gerald mendekat. “Apa maumu? Katakan padaku, di mana Lily? Kau yang menculiknya, kan? Katakan, Naura!” Melinda membekap mulut, menahan isak tangisnya. Gerald meletakkan kedua tangannya ke pundak sang istri. Ikut mendengarkan apa yang akan Naura katakan. “Aku akan memberimu anak ini, asal kau datang ke alamat yang akan aku sebutkan. Sampai kau membawa orang lain, apalagi Mas Gerald ataupun polisi, aku tak jamin Anakmu akan bernapas.”

  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Lily Hilang

    “Sayang, Minggu depan ikut aku, ya,” ajak Gerald. Meletakkan tangannya pada sandaran sofa. Istrinya yang fokus menonton acara anak-anak, menoleh sekilas. “Ke mana?” tanyanya, kembali menatap layar televisi, di mana kartun lucu tengah tampil. Lily yang sangat menyukai tayangannya, tak sedikit pun menoleh. Duduk di lantai beralaskan karpet tebal di bawah keduanya, dengan sejumlah mainan yang mulai berantakan. “Kau ikut saja. Aku ada kejutan untukmu,” kata Gerald, memeluk istrinya dari samping. “Tergantung,” jawab Melinda. “Tergantung apa?” Gerald menarik telinga Lily pelan, lalu pura-pura tidak melihat saat sang anak menoleh. “Tergantung suasana hati. Kalau suasana hatiku sedang baik, mungkin aku akan ikut. Kalau tidak, ya maaf.” Melinda mengganti tayangan saat iklan. “Ih, kau ini!” Gerald berdecak. Ia mulai mengganggu Lily yang asyik menikmati camilan. “Kau kadang suka aneh. Men

  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Sebuah Janji

    Dea menambah kecepatan motornya. Merasa takut tak akan bertemu Haedar lagi. Air matanya menetes. Sungguh, dia benar-benar menyukai pria itu. Walaupun berusaha untuk melupakannya, perasaan itu kian bertambah. Semakin subur setiap saat. Dea menangis tanpa suara. Jalanan di depannya yang lumayan lengang membuat wanita dengan kaos hitam itu semakin berusaha untuk sampai lebih cepat. Di Bandara .... Haedar dan Saroon baru saja sampai. Pria itu memeluk Radit yang tampak tak mau berpisah. “Saya ikut ya, Tuan,” ujarnya. “Mana bisa? Nanti siapa yang akan membantu Kak Gerald dan Jiddan? Lagi pula, kau juga butuh tiket pesawat, Visa dan paspor. Tidak mungkin dalam satu jam kau bisa menyiapkan semua. Sudah, tenang saja.” Ditepuknya pundak Radit yang sudah seperti anggota keluarganya juga. Memeluknya erat tanda sebentar lagi akan berpisah. “Jaga rumah baik-baik, ya. Kalau ada apa-apa, hubungi kami.” Saroon

  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Kabur!

    Naura langsung dibawa ke ruang UGD untuk mendapatkan penanganan medis. Dua penjaga yang mengantar pun menunggu di luar. Satu jam kemudian, dokter keluar dari ruangan dan memberi tahu keadaan Naura yang sudah membaik. “Kapan kiranya bisa pulang?” tanya penjaga bertubuh kurus. “Dua atau tiga hari sudah boleh pulang. Saya permisi dulu.” Dokter berlalu meninggalkan dua penjaga yang sepakat akan bergantian berjaga karena Naura adalah tahanan. Selang beberapa saat .... Naura membuka mata. Ia langsung bangun, memegangi perutnya yang terluka. Nyeri hebat dirasakan saat ia menyentak selang infus hingga darah dari tangannya menetes. “Aku harus segera pergi.” Naura turun dari ranjang. Perlahan ia mendekati jendela. Beruntung tadi sempat mengambil gunting yang dokter letakkan tak jauh darinya. Wanita itu pun mencungkil jendela menggunakan gunting dengan susah payah. Berusaha untuk kabur dari tempat itu ta

DMCA.com Protection Status