Share

Duka Malam Pertama

Author: Nureyya Sharika
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Apa alasan Tuan menikahi tunangan korban? Bukankah ini akan berpengaruh pada rumah tangga maupun bisnis?” Seorang wartawan mulai mewawancarai.

Gerald menghela napas. “Berat bagiku untuk mengambil keputusan. Ini salah satu bentuk tanggung jawabku padanya meskipun aku sangat melukai istriku.”

Gerald merangkul Naura yang tersentak, buru-buru memasukkan kertas tadi ke dalam tas. Diserahkannya tas itu pada pelayan.

Wajah sedih dan air mata ditampilkan. Melihat itu, para wartawan bersimpati dengan keadaan Naura yang jelas-jelas tertekan.

“Bagaimana Nyonya bisa setuju dimadu? Apa tidak takut posisinya akan direbut istri muda? Nyonya seorang aktris, kan? Pasti ada dampaknya.”

Wartawan kembali menanyakan pertanyaan tanpa memikirkan perasaan Melinda yang kini meremas sisi kiri gaunnya. Bahwa dialah orang yang paling menderita, bukan Naura.

“Sebagai sekarang wanita normal, tentu sulit bagiku untuk membagi suami. Namun, aku pikir berbagi suami tak seburuk itu karena Mas Gerald akan berlaku adil.”

Bak dalam film, Naura menoleh pada Melinda yang mulai menangis lagi. Dipeluknya sang madu tepat di depan kamera wartawan.

“Luar biasa. Sungguh pasangan yang mulia.” Decak kagum dan suara tepuk tangan bergemuruh memenuhi ruangan.

Melinda menatap nanar pada Rusdi yang ikut menangis. Pria itu tak sampai hati menyaksikan pernikahan paksa sang ponakan.

“Nona baru kehilangan tunangan, kan? Bisa-bisanya menikahi orang lain secepat itu. Apa cinta Nona langsung pudar begitu korban tiada?”

Salah satu wartawan membuat suasana senyap seketika. Melinda yang memang tak bisa menahan diri, ingin sekali mengutarakan apa yang tersimpan sejak lama.

Namun, belum juga sempat bicara, Gerald menghentikan dengan memerlihatkan kelima jarinya. Dimintanya Jiddan untuk membawa para wartawan menjauh.

“Kalian istirahat saja, sudah malam. Ayo, aku antar ke kamar.” Naura menarik tangan Melinda dan Gerald. Hal itu berhasil membuat simpati terarah padanya.

Kamera wartawan mulai menyorot ketiganya yang keluar dari ruangan menuju ke kamar yang sudah disiapkan.

Tak ada yang bisa mengikuti sebab Jiddan dan anak buahnya langsung sigap menghalangi para wartawan yang masih ingin bertanya.

“Nona, saya mohon, biarkan saya pergi. Jangan paksa saya lagi.” Melinda terus merengek. Dilihatnya Rusdi dan Irma memerhatikan kepergiannya.

Bahkan Haedar yang ingin mengatakan sesuatu, terpaksa diam saat ikut dicegah.

“Aku akan mengantar kalian ke kamar. Kau jangan berpikir macam-macam, Melinda. Aku tulus dan rela dimadu.”

Naura menghentikan langkah saat berhenti di depan pintu hotel tempat pernikahan dilangsungkan dengan meriah.

“Sayang, ini tak perlu. Aku dan dia hanya nikah kontrak. Ayo, kita pulang saja.” Gerald menarik tangan Naura, hendak pergi.

Sayangnya, sang istri menggeleng. “Masuklah. Aku sudah menyiapkan kamar pengantin terbaik untuk kalian. Kalau perlu sesuatu, aku ada di kamar 555.”

Naura tersenyum getir, berbalik dengan cepat. Tanpa dijelaskan, Melinda dan Gerald tahu wanita itu menangis.

“Masuk! Istri pertamaku sudah susah-susah menyiapkan kamar. Jangan sampai ada yang melihat perubahan di wajahmu yang jelek itu.”

Gerald lebih dulu membuka pintu dan masuk, sementara Melinda menyeka air mata, mengambil ancang-ancang untuk kabur.

Begitu Gerald masuk, buru-buru Melinda berlari dengan mengangkat gaunnya yang berat. Sialnya, tubuh seseorang tertabrak saat ia berlari.

“Aw!” Melinda meringis, terjatuh dengan kaki terkilir. Kepalanya mendongak saat melihat uluran tangan seseorang yang ternyata Jiddan.

“Tak guna Anda berlari, Nona Muda! Saya akan menemukan Anda, di mana pun berada.” Jiddan menarik paksa tangan Melinda dan menyeretnya kembali ke kamar.

“Lepaskan! Saya tidak mau!” Meskipun berusaha keras untuk melepaskan diri, tapi Melinda tak berhasil.

Sembari membawa berkas, Jiddan berhasil membawa Melinda memasuki kamar. Didorongnya tubuh itu ke kasur.

Gerald hanya memerhatikan seraya menikmati minuman. “Letakkan berkasnya di meja!” titahnya. Jiddan mengangguk, kemudian meletakkan berkas.

“Tidak, tidak! Tuan, jangan pergi.” Melinda bergegas bangun dan berlari ke pintu. Namun, Jiddan lebih dulu menguncinya dari luar.

“Siapa pun, tolong! Buka pintunya! Paman, Bibi!” Melinda menangis tersedu-sedu, menggedor pintu dengan keras.

“Berisik!” Gerald meletakkan gelas di atas meja dengan kasar hingga Melinda meloncat kaget. Tampak pria berwajah seram itu mendekatinya setelah mengambil berkas.

Tanpa diduga, Gerald melempar berkas ke wajah Melinda hingga isinya terjatuh. Giginya diketap kuat, menahan tangan agar tak terangkat.

“Simpan surat pernikahan kontrak kita! Sampai hilang atau kau menyobeknya, habislah keluargamu! Masih untung aku menjadikanmu istri, bukan pelayan!”

Perlahan Melinda menunduk. Dipungutnya kertas di lantai. Tangannya gemetaran membaca isi beserta syarat yang Irma ajukan.

“Jangan pernah bermimpi aku akan menyentuhmu meski kau sekarang istriku. Tak akan ada yang bisa menggantikan posisi Naura di hati dan hidupku. Kau cukup menjadi istri yang menuruti perintahku."

Gerald berbalik, melepaskan dasi. Dilempar dasi itu sembarangan, lantas duduk dengan kaki diluruskan di atas ranjang.

“Kenapa Tuan melakukan semua ini? Apa Tuan menikahi saya hanya untuk menarik simpati masyarakat? Saya yakin Tuan melakukan sesuatu sampai kasusnya ditutup.”

Bak mendapat keberanian, Melinda mendekati Gerald yang bersandar. Tangannya meremas berkas, lalu menjatuhkannya sembarangan.

“Kau tak sebodoh yang aku kira. Zaman sekarang, apa yang tidak bisa dilakukan dengan uang? Beri saja polisi itu uang, maka mereka akan diam.”

Gerald menyungging senyum, membuat Melinda semakin emosi. Dia hanya alat untuk mencapai ambisi. Itu pun mencurigakan, menutup kasus tanpa kejelasan.

“Dasar kejam! Saya bersumpah akan mengusut kasusnya sendiri. Sampai saya tahu Tuan ataupun Nyonya terlibat, saya akan membalas!”

Melinda mulai meninggikan suaranya. Di saat hatinya yang terluka masih menganga, dengan teganya Gerald menaburkan garam.

Malam yang seharusnya menjadi sangat dinantikan dan diharapkan akan membawa bahagia, nyatanya hanya menambah kedukaan.

“Kau berisik sekali, padahal aku hanya memintamu menjadi istri penurut." Kesal dengan apa yang Melinda katakan, Gerald bangkit dan langsung mendekati Melinda.

"Bunuh saya! Tuan akan menyesal jika tidak melakukannya!” tantang Melinda.

“Tak segampang itu!” Gerald mendorong tubuh Melinda ke ranjang dan menindihnya. Napas Melinda yang naik-turun, terlihat dari dadanya yang bergerak.

“Tuan mau apa? Lepaskan!” Dicobanya untuk melepaskan diri dari tindihan sang suami. Namun, Gerald malah mencekik leher istrinya dengan keras.

“Mau apa? Ini malam pertama kita, kan? Tentu saja menikmati malam pertama pengantin baru. Hahaha!” Gerald tertawa lebar.

Melinda sengaja diam saat tangan Gerald bergerak ke leher, mulai mencekik. Jika malam ini dia harus tiada, maka akan lebih baik daripada menjadi istri kedua dalam setahun.

“Kau tidak boleh mati secepat itu. Akan menyenangkan kalau kau hidup sebagai mainanku." Gerald menggeser posisinya ke samping. Ia melangkah mendekati meja, lalu mengambil gelasnya tadi.

“Anda bukan manusia, tapi iblis!” teriak Melinda.

“Ya, aku iblis. Selamat datang di dunia iblis ini, Istri Keduaku. Hahahahah.” Gerald malah tertawa lebar, menghabiskan sisa minumannya.

Setelah itu, dibukanya ikat pinggang, lalu mendekati Melinda yang langsung melotot. “Kau tadi menantangku, kan? Bagaimana kalau aku benar-benar membunuhmu?”

Melinda menelan ludah. Suaranya tercekat di tenggorokan, tak bisa berkata-kata. Dengan gerakan cepat, Gerald memukulkan ikat pinggang pada lantai hingga Melinda meloncat.

Apa yang akan pria itu lakukan pada istrinya di malam pertama pernikahan?****

Related chapters

  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Babak Baru Setelah Pernikahan

    “Siaaaalllll!” Naura mengamuk setibanya di kamar hotel. Semua barang yang ada di hadapannya dilempar ke segala arah, termasuk tasnya. Pyaaarrr!!! Naura yang sudah dipenuhi emosi, memecahkan kaca meja rias dengan melempar high heels sekuat tenaga. “Beraninya dia masuk ke dalam kehidupan rumah tanggaku! Aku tidak akan memaafkannya. Aaaaaaaa!!!!” Naura melampiaskan kebencian dengan berteriak keras. Tentu saja dia berhasil menipu semua orang dengan aktingnya sebab Naura adalah artis papan atas. Mudah baginya berlakon seperti orang menderita. Teringat ia bagaimana Gerald berhasil membujuknya untuk dimadu. Pria itu kembali membujuk setelah sang istri tersadar dari pingsan. “Sayang, aku janji akan tetap mengutamakan dirimu.” Naura melepaskan genggaman tangan Gerald seketika. Selain tak sanggup berbagi, Naura juga memikirkan kariernya. “Ak

    Last Updated : 2024-10-29
  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Drama Dimulai

    Melinda memandangi kamar mewah yang kini menjadi tempatnya. Semua disiapkan dengan sangat detail dan penuh perhitungan, termasuk deretan pakaian baru. “Aku merindukan Mas Bima,” lirihnya. Seminggu sudah ia hanya berdiam diri di kamar setelah menikah. Makan pun pelayan akan mengantarkan ke kamar. Perlahan Melinda menyeka air mata, menyingkap gorden putih yang melambai-lambai. Ada balkon di sana, tapi tak menarik perhatian. Tok tok tok! Melinda mengalihkan perhatian pada pintu yang diketuk seseorang. “Masuk saja.” Wanita berbaju putih itu menghela napas. Di balik pintu, Naura mengepalkan tangan. “Ayo, Naura. Tunjukkan bakatmu sebagai aktris. Aku harus bisa memulai drama panjang ini.” Naura menghirup udara sebanyak mungkin, lalu memasang wajah ramah, membuka pintu kamar. “Kau tidak mau ke luar? Sampai kapan kau akan berduka? Keluarlah, ini sudah waktunya sarapan.” Naura dengan sty

    Last Updated : 2024-10-29
  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Bertemu Orang Misterius

    “Mas, a-aku bisa jelaskan.” Naura meletakkan ponsel di atas meja dengan kondisi terbalik. Wanita itu mulai kebingungan untuk mencari alasan. Detak jantungnya seperti menjelaskan betapa paniknya ia saat ini. “Ini ... dialog film, kan? Apa kau sedang menghafal bahasa ini untuk keperluan syuting?” tanya Gerald, mengira apa yang tertulis di kertas adalah bagian dari naskah. Mendengar itu, Naura menghela napas lega. Untung saja hal itu muda dikaitkan dengan dirinya yang memang seorang aktris. “Y-ya. Ada ... ada salah satu dialog berbahasa Belanda. Aku takut salah, jadi aku menulisnya. Kan malu kalau salah pengucapan.” Dengan cepat Naura merebut kertas di tangan suaminya. Gerald hanya manggut-manggut, mengambil jaket yang tadi sempat ia letakkan di lantai. Tak sadari perubahan di wajah sang istri setelah kertas itu berpindah tangan. “Kau tahu artinya?” pancing Naura, ingin tahu apakah suaminya tahu atau tidak.

    Last Updated : 2024-10-29
  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Keinginan Istri Pertama

    Entah sudah berapa lama Melinda menatap cincin pertunangannya. Gagal menemukan pria misterius di lift, wanita itu terus saja kepikiran. Meski sudah mencari ke beberapa tempat, pria misterius itu tetap tak ditemukan. “Mau sampai kapan kau menatap cincin itu?” Suara seseorang membuat Melinda tersentak, spontan menjatuhkan cincin yang malah menggelinding. Cincin itu baru berhenti setelah seseorang menginjaknya. Seseorang yang tak lain adalah Gerald, memungut cincin itu dan menatapnya. “Tu-Tuan,” lirih Melinda, bangkit mendekati sang suami. “Istriku sudah memintamu untuk memanggilku dengan sebutan ‘Mas’. Kau juga istriku meskipun kita sama-sama tak menginginkannya.” Pria itu menyerahkan cincin pada Melinda yang berdiri. “Maaf,” ucapnya, mengambil cincin yang Gerald berikan tanpa memandang. Dimasukkannya cincin itu ke dalam saku baju. “A

    Last Updated : 2024-10-29
  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Alergi Ebi

    Melinda buru-buru bangun dan membersihkan diri. Semalam ia sudah memikirkan tentang apa yang akan dilakukan hari ini. Seperti keinginan Naura, dia akan mulai melakukan tugasnya sebagai istri. Langkahnya cepat menuruti tangga menuju ke dapur. Di sana, dua pelayan sudah lebih dulu bersiap untuk menyiapkan sarapan. “Se-selamat pagi,” sapa Melinda, merasa canggung. Selama ini dia bahkan tak pernah ke dapur. Saat sarapan pun, baru kemarin bisa makan bersama. “Selamat pagi. Kenapa Nona ke sini? Istirahat saja. Nanti kalau sudah selesai, akan saya bangunkan,” kata Rina, pelayan muda dengan lesung pipi, tersenyum manis. “Nyonya ... ah, maksudnya, Kak Naura memintaku untuk melakukan tugas sebagai istri. Jadi, aku akan membantu apa pun yang aku bisa,” ulas Melinda. Mendengar itu, Rina tersenyum. Diserahkannya pisau dapur pada Melinda. “Kalau begitu, Nona bisa memotong brokoli,” katany

    Last Updated : 2024-10-29
  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Cincin Bima yang Hilang

    Gerald hendak bangun, tapi sang istri menahannya. Naura menggeleng laju, mengurut dada suaminya yang tampak tegang. Dimintanya pria itu untuk bertenang. “Jangan marahi dia, Mas. Ini juga keteledoran kita. Aku yang lupa memberi tahu Melinda, sedangkan kau tidak memerhatikan apa yang kau makan,” ucap Naura. Bibir Gerald mendesis pelan. Dadanya yang nyeri berangsur-angsur membaik. Dilihatnya Jiddan yang tengah memerhatikan ponsel. “Apa yang kau lakukan?” tanyanya, dengan nada yang mulai stabil, tak seperti beberapa saat lalu yang suaranya bahkan terdengar nyaring. “Mengecek jadwal Tuan hari ini. Saya membatalkan rapat dan memberi tahu anggota dewan dalam grup percakapan bahwa Tuan masuk rumah sakit,” jawab Jiddan. Sembari mendekat, pria itu memasukkan ponsel ke dalam saku celana. Diperhatikan wajah atasannya yang masih memucat. “Kau mau aku terlihat lemah, begitu? Bagaimana kalau dengan demi

    Last Updated : 2024-10-29
  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Teror Peti Mati

    Gerald tengah menatap berkas-berkas di atas meja. Menumpuk sudah berkas yang perlu ia periksa segera. Beberapa di antaranya harus secepatnya diserahkan kepada Haedar selaku CEO. “Sial! Banyak agenda yang harus aku atur, tapi kondisi perusahaan kian merosot,” ujarnya. Sebulan terakhir perusahaan mendapatkan banyak masalah, terutama dalam hal keuangan. Adanya insiden di perusahaan membuat beberapa investor menarik diri dari proyek besar. “Kalau saja aku meminta Jiddan yang menangani langsung, sudah pasti Rapat Umum Pemegang Saham bisa dilaksanakan hari itu.” Gerald terus saja mengomel sembari memeriksa berkas. Tangannya lincah membuka lembar demi lembar sembari terus berpikir. Saat masih fokus pada pekerjaan, mendadak ponselnya berdering. Sekilas ia menoleh pada layar ponsel yang menyala. “Tumben Naura menelepon sore-sore begini,” ujarnya, meletakkan bulpen, lantas mengambil p

    Last Updated : 2024-10-29
  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Syuting yang Bermasalah

    Melinda dan Gerald tengah memerhatikan peti mati yang disimpan di dalam gudang tua di belakang paviliun. Bentuknya yang tak terlalu besar, membuat alis Gerald bertaut. “Jadi, kau dalam keadaan meringkuk saat bangun?” tanyanya. “Benar, Mas. Aku bahkan kehilangan cincinku saat kejadian.” Sekilas Melinda mengangkat tangan, membayangkan keberadaan cincin di tangannya. “Hilang? Yang melingkar ini apa? Donat?” Gerald menarik tangan sang istri. Berdecak pelan setelah melepaskan tangan itu dengan cukup kasar. “Bukan cincin pernikahan kita, tapi cincin pertunangan dengan Mas Bima,” lirih Melinda, memelankan suara. “Oh.” Gerald mengangguk. Pria itu sedikit mencibir. “Sudahlah, kau istirahat saja. Biarkan Jiddan mengurusnya. Kalau kau sakit, kau pasti menyusahkan. Itulah kenapa Bibimu selalu marah, kan?” Gerald yang berpakaian santai dengan c

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    TAMAT

    Melinda dan Gerald berdiri menatap Lily Hotel di depannya yang sudah beroperasi beberapa bulan terakhir. Hotel baru yang langsung menjadi pusat perhatian dan populer di berbagai kalangan. Keduanya melangkah sambil memasuki tempat itu dengan senyuman. Para karyawan kompak menyambut kedatangan mereka yang sudah dikabari sejak beberapa hari lalu. Setelah pernikahan ulang dilaksanakan, Melinda dan sang suami semakin mesra. Ke mana-mana selalu bersama. Kali ini mereka datang untuk menikmati fasilitas hotel yang ada. Layaknya pasangan muda-mudi yang bulan madu. “Pokoknya aku mau lima ronde!” kata Gerald, memasuki salah satu kamar VVIP. “Ingat umur, Mas! Mana bisa tenagamu mengimbangiku?” ledek Melinda, menutup pintu dan menguncinya. “Jangan remehkan aku. Sebelum ke sini, Mama Zaskia sudah membuatkan aku jamu kuat. Dia bilang, aku akan sanggup sampai lima ronde sekali pun!” Geral

  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Maukah Kau Menikah (Lagi) Denganku?

    “Mama?” Baru saja kata itu terucap, seorang wanita mengeluarkan pistol dari dalam tas, lalu mengarahkannya kepada mereka. Melinda menganga, terkejut melihat kehadiran Zaskia tiba-tiba. “Kau pikir aku akan diam saja? Aku akan menuntut balas. Aku tak bisa datang saat kematian Naura, tapi aku datang saat kematian kalian.” Zaskia mengarahkan pistol kepada Gerald. Segera Melinda berdiri di depannya, menghalangi. “Sebelum kau membunuhnya, bunuh aku lebih dulu. Aku tak bisa hidup tanpa suamiku,” ujar Melinda. “Tidak! Bunuh aku saja. Mama pasti marah dan benci karena aku memilih Melinda, kan? Kalau begitu, bunuh saja aku, jangan dia.” Gerald mendorong Melinda ke samping. Berganti menjadi pelindung bagi sang istri. Melinda menggeleng. Digenggamnya tangan sang suami. Jika harus mati, maka dia lebih memilih mati bersama daripada harus kehilangan.

  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Surat Pertama dan Terakhir

    Pagi yang sepi. Ditemani semilir angin dan dedaunan yang berguguran. Hujan baru saja reda saat pemakaman Naura dilangsungkan. Melinda, Gerald, Jiddan, serta lainnya menyempatkan diri untuk datang. Menyaksikan bagaimana tubuh fana itu mulai ditutupi tanah yang lumayan berlumpur. Kabar kematiannya yang benar-benar mengenaskan baru terdengar menjelang pagi. Polisi mengatakan kematiannya karena bunuh diri. Overdosis obat penghilang cemas. Tubuhnya yang lemah, tak mampu menahan. “Seminggu lagi dia akan dieksekusi mati, tapi ternyata memilih mengakhiri hidup.” Begitulah yang Gerald dengar dari polisi yang datang untuk mengabari. “Kami menemukan surat di dalam kantong celananya. Mungkin Tuan berkenan menerimanya.” Polisi menyerahkan selembar kertas yang dilipat pada Gerald yang terkejut dengan kabar buruk itu. Tangannya bergetar saat menerima surat itu. "Di

  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Akhir Para Penjahat

    “Di mana otakmu, hah? Kau ingin membakar anak kecil demi memuaskan egomu? Kau benar-benar sudah tidak waras!” Gerald merasa dadanya mulai bergetar, saking amarahnya tak bisa dibendung. “Aku tak peduli! Biar dia mati sekalian. Kalau dia mati, kau akan menderita bersama wanita itu. Aku akan tertawa sepuas hati,” jawab Naura, tersenyum lebar. Dilihatnya Melinda mengusap wajah Lily yang basah karena bensin. Rasanya Naura sudah gelap mata. Dia ingin hari ini juga, ada yang mati di antara mereka. Siapa pun itu, pokoknya hanya ada satu yang bisa tenang, dan itu adalah dirinya. “Kau sangat mencintai mereka, kan? Itulah kenapa kau menceraikan aku,” kata Naura, perlahan melangkah ke samping, di mana korek api yang terlempar tadi berada di rumput. “Itu semua karena kesalahanmu! Kau serakah! Kau egois! Kau penjahat yang hanya bisa menghancurkan hidup orang lain!” kecam Gerald, menunjuk wajah Naura. Tak jauh darinya,

  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Kehilangan Akal

    Haedar berlari di Bandara. Semalam ia mendapat telepon dari temannya bahwa anak Gerald diculik mantan istrinya yang kabur dari penjara. Karena panik, Haedar izin kembali ke Indonesia. Pria itu berlari mendekati Radit yang menunggu dengan senyuman. Majikannya kembali. Walaupun mungkin hanya sebentar, setidaknya dia tampak baik-baik saja. “Selamat datang, Tuan,” sapa Radit, membungkuk hormat. “Lily sudah ditemukan?” tanya Haedar, memasuki mobil yang pintunya dibuka. “Tadi pagi saat saya ke sana, katanya mereka sudah menemukan keberadaan Lily. Ada Kenan dan Suzy yang membantu Nyonya Naura,” tutur Radit. Ia memasuki mobil, lantas segera membawa majikannya ke bandara. Sengaja tak memberi tahu keluarga Gerald bahwa dirinya pulang. Hanya seminggu di Turki, tapi dia terpaksa pulang. “Aku sudah curiga. Mustahil dia akan diam saja menerima kenyataan akan dipenjara selama beberapa tahun.” Haedar men

  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Keterlibatan Suzy

    Saat semua orang masih panik, tiba-tiba ponsel Melinda berdering. Wanita itu mengangkat telepon dari nomor asing. Tangannya sedikit bergetar saat ponsel itu didekatkan ke telinga. “Ha-halo. Siapa?” tanyanya, menggigit jari. “Apa perlu aku beri tahu siapa aku?” Melinda membulatkan mata. Suara itu milik Naura. Dia yakin seratus persen bahwa yang kini menelepon adalah mantan istri Gerald. “Sayang!” Gerald mendekat. “Apa maumu? Katakan padaku, di mana Lily? Kau yang menculiknya, kan? Katakan, Naura!” Melinda membekap mulut, menahan isak tangisnya. Gerald meletakkan kedua tangannya ke pundak sang istri. Ikut mendengarkan apa yang akan Naura katakan. “Aku akan memberimu anak ini, asal kau datang ke alamat yang akan aku sebutkan. Sampai kau membawa orang lain, apalagi Mas Gerald ataupun polisi, aku tak jamin Anakmu akan bernapas.”

  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Lily Hilang

    “Sayang, Minggu depan ikut aku, ya,” ajak Gerald. Meletakkan tangannya pada sandaran sofa. Istrinya yang fokus menonton acara anak-anak, menoleh sekilas. “Ke mana?” tanyanya, kembali menatap layar televisi, di mana kartun lucu tengah tampil. Lily yang sangat menyukai tayangannya, tak sedikit pun menoleh. Duduk di lantai beralaskan karpet tebal di bawah keduanya, dengan sejumlah mainan yang mulai berantakan. “Kau ikut saja. Aku ada kejutan untukmu,” kata Gerald, memeluk istrinya dari samping. “Tergantung,” jawab Melinda. “Tergantung apa?” Gerald menarik telinga Lily pelan, lalu pura-pura tidak melihat saat sang anak menoleh. “Tergantung suasana hati. Kalau suasana hatiku sedang baik, mungkin aku akan ikut. Kalau tidak, ya maaf.” Melinda mengganti tayangan saat iklan. “Ih, kau ini!” Gerald berdecak. Ia mulai mengganggu Lily yang asyik menikmati camilan. “Kau kadang suka aneh. Men

  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Sebuah Janji

    Dea menambah kecepatan motornya. Merasa takut tak akan bertemu Haedar lagi. Air matanya menetes. Sungguh, dia benar-benar menyukai pria itu. Walaupun berusaha untuk melupakannya, perasaan itu kian bertambah. Semakin subur setiap saat. Dea menangis tanpa suara. Jalanan di depannya yang lumayan lengang membuat wanita dengan kaos hitam itu semakin berusaha untuk sampai lebih cepat. Di Bandara .... Haedar dan Saroon baru saja sampai. Pria itu memeluk Radit yang tampak tak mau berpisah. “Saya ikut ya, Tuan,” ujarnya. “Mana bisa? Nanti siapa yang akan membantu Kak Gerald dan Jiddan? Lagi pula, kau juga butuh tiket pesawat, Visa dan paspor. Tidak mungkin dalam satu jam kau bisa menyiapkan semua. Sudah, tenang saja.” Ditepuknya pundak Radit yang sudah seperti anggota keluarganya juga. Memeluknya erat tanda sebentar lagi akan berpisah. “Jaga rumah baik-baik, ya. Kalau ada apa-apa, hubungi kami.” Saroon

  • Dijadikan Istri Kedua Karena Insiden    Kabur!

    Naura langsung dibawa ke ruang UGD untuk mendapatkan penanganan medis. Dua penjaga yang mengantar pun menunggu di luar. Satu jam kemudian, dokter keluar dari ruangan dan memberi tahu keadaan Naura yang sudah membaik. “Kapan kiranya bisa pulang?” tanya penjaga bertubuh kurus. “Dua atau tiga hari sudah boleh pulang. Saya permisi dulu.” Dokter berlalu meninggalkan dua penjaga yang sepakat akan bergantian berjaga karena Naura adalah tahanan. Selang beberapa saat .... Naura membuka mata. Ia langsung bangun, memegangi perutnya yang terluka. Nyeri hebat dirasakan saat ia menyentak selang infus hingga darah dari tangannya menetes. “Aku harus segera pergi.” Naura turun dari ranjang. Perlahan ia mendekati jendela. Beruntung tadi sempat mengambil gunting yang dokter letakkan tak jauh darinya. Wanita itu pun mencungkil jendela menggunakan gunting dengan susah payah. Berusaha untuk kabur dari tempat itu ta

DMCA.com Protection Status