Ketika Audrey sudah hampir kehabisan energi dan tampaknya akan terjatuh, akhirnya ada beberapa pejalan kaki yang memperhatikan kekacauan itu"Apa yang kamu lakukan? Cepat lepaskan dia!" teriak pejalan kaki yang baik hati kepada orang di atas motor itu.Orang itu tampak sedikit panik setelah diperhatikan oleh orang lain. Dia pun menjadi tidak fokus pada arah di depan dan langsung menabrak tanaman bunga di sisi jalan.Motor itu akhirnya berhenti, tetapi Audrey juga ikut terjatuh akibat kelengaian dari motor itu.Beberapa orang bergegas datang untuk membantu Audrey berdiri dan hendak menangkap pria yang merampok tasnya. Namun, pria itu bergegas mengangkat sepeda motornya dan melarikan diri dengan cepat.Sementara itu, Audrey terlihat terduduk di tanah. Beruntungnya, Audrey terjatuh ke dalam taman dan tidak langsung mengenai jalanan yang keras. Namun, saat ini Audrey merasakan rasa sakit pada bagian perutnya. Rasa sakit itu semakin memburuk, bahkan dirinya juga merasakan ada cairan lengket
Zayden sontak berdiri dan menjawab, "Apa yang terjadi dengannya?""Nona Audrey dirampok di jalan dan diseret sangat jauh. Sekarang anak dalam kandungannya kemungkinan nggak bisa diselamatkan. Kami butuh tanda tangan keluarga untuk melakukan operasi!" ucap dokter itu.Raut wajah Zayden sontak menjadi sangat suram.Mengetahui bahwa Audrey berada dalam kondisi kritis, Zayden tidak peduli lagi untuk menemani Shania makan malam dan bersiap untuk pergi.Melihat Zayden hendak pergi, Shania bergegas menghentikannya dan bertanya, "Zayden, ada apa? Siapa yang kecelakaan? Apa serius? Aku akan ikut denganmu."Saat ini, Zayden tidak dalam suasana hati ingin menjelaskan semua hal itu kepada Shania. Dia pun melepaskan tangan Shania dari pakaiannya dengan sedikit kasar, lalu berkata, "Kamu tidak perlu mengurus masalah ini. Istirahatlah di rumah, aku harus pergi melihatnya."Seusai berbicara, Zayden langsung pergi dengan cepat. Ketika Shania mengejar keluar, dia hanya melihat mobil Zayden melaju dengan
Hanya saja, Zayden sontak berhenti di tengah-tengah menulis.Anak ini adalah anak haram yang tidak punya hubungan apa pun dengannya. Menggugurkannya adalah hal terbaik.Namun, adegan ini terasa sangat familier. Terakhir kali ketika dia memaksa menggugurkan anak dalam kandungan Audrey, Audrey menjadi seperti orang gila dan hampir saja membunuhnya.Apa Audrey sanggup menerimanya jika anak ini sudah tidak ada?Saat teringat wajah Audrey yang putus asa dan tidak berdaya, Zayden menggenggam pulpen itu dan tidak bisa melanjutkan tanda tangannya lagi."Pak?" panggil dokter itu.Melihat Zayden merasa ragu, dokter itu pun memanggil dengan suara pelan untuk mengingatkannya.Kemudian, Zayden melempar pulpen itu ke samping dan berkata, "Kalian lakukan pengobatan semaksimal mungkin. Aku akan menyuruh orang membereskan hal ini."Zayden berbalik, lalu langsung menelepon Kenny.Kenny berasal dari keluarga medis, terutama ibunya yang merupakan seorang ahli bedah terkenal di dalam negeri. Begitu mendeng
Audrey merasa bahwa dia telah memimpikan sebuah mimpi buruk yang tidak pernah berakhir. Isi mimpi itu hanya satu, yaitu kejadian ketika dia diseret oleh orang di jalanan dan hampir saja tewas. Adegan itu terus berputar dalam benaknya seperti film yang rusak.Dalam mimpi itu, Audrey meronta dengan sekuat tenaga dan berusaha menghindar, tetapi dia tetap tidak bisa melarikan diri. Tepat ketika tubuhnya kehilangan keseimbangan dalam mimpi dan hampir terjatuh, Audrey sontak membuka kedua matanya.Yang terlihat olehnya adalah langit-langit rumah sakit yang putih. Setelah kebingungan sejenak, dia secara naluriah mengulurkan tangan untuk menyentuh perutnya. Namun, dia merasakan rasa sakit seperti tertarik pada tangannya.Saat ini, Audrey menemukan bahwa ada jarum suntik infus di tangannya dan rasa sakit itu membuatnya sedikit sadar. Dia hendak duduk, tetapi baru saja sedikit bergerak, dia malah merasa sakit pada perutnya.Setelah mendengar pergerakan, seorang perawat mendekat dan mendapati bah
Audrey hanya tersenyum tanpa menjawab.Meskipun berbicara seperti itu, pada akhirnya Emilia tetap merasa iba dengan sifat Audey yang begitu tabah. Dia lalu berkata, "Audrey, karena kamu nggak berencana menggugurkan anak ini, kamu harus segera bercerai dengan suamimu itu. Kalau terus ditunda, kehamilanmu akan terungkap."Audrey mengangguk dan dia juga memiliki niat yang sama.Di satu sisi, jika tetap tinggal di Kediaman Moore, dia yang sedang hamil bisa saja ketahuan kapan saja. Di sisi lain, dia terus merasa bahwa masalah hari ini bukan sebuah kecelakaan. Bagaimana mungkin hal ini terjadi begitu kebetulan? Ketika ada seseorang yang mulai menyelidiki masalah pada malam itu, dia lalu menjadi sasaran perampokan. Malam itu, ada banyak orang yang pulang kerja di jalan raya. Akan tetapi, perampok itu justru menargetkan seorang wanita yang sangat biasa seperti dirinya. Audrey merasa bahwa masalah ini tidak dapat dijelaskan hanya sebagai kebetulan semata.Audrey mencurigai bahwa mungkin pria
Raut wajah Zayden seketika menjadi dingin. Dia sudah menyuruh seseorang untuk menyelidiki pelaku kemarin malam, tetapi pelaku itu sudah menjadi mayat ketika ditemukan. Pelaku itu melaju dengan kecepatan tinggi di jalan raya saat sedang melarikan diri. Naasnya, dia malah ditabrak oleh sebuah mobil truk yang melintas dan langsung tewas di tempat."Masalah kemarin seharusnya hanya sebuah kecelakaan. Kalau kamu takut, aku bisa mengatur dua pengawal untukmu," kata Zayden.Audrey menggenggam ponselnya dengan erat. Ini sama sekali bukan masalah kecelakaan atau bukan. Sekarang, dia merasa sangat khawatir. Biarpun kali ini dia baik-baik saja, jika kelak menghadapi hal lain lagi, dia hanya akan merasa semakin ketakutan. Jika terus seperti ini, tubuhnya mungkin akan baik-baik saja, tetapi mentalnya akan ambruk lebih dulu."Tuan Zayden, kamu jelas-jelas begitu membenciku, bahkan kamu mungkin nggak peduli dengan hidup dan matiku. Tapi, kenapa kamu nggak bisa berbaik hati untuk membiarkan aku pergi?
Kenny langsung menegakkan tubuhnya dan berkata, "Nona, kalau nggak kenal, tolong jangan asal bicara. Aku memang teman Zayden, tapi aku juga keluarga dari dokter yang melakukan operasi kemarin. Ibuku yang menyuruhku datang dan menanyakan kondisi pasien agar dia bisa tenang." Awalnya Emilia mengira bahwa pria di hadapannya adalah Zayden sehingga dia merasa sangat marah. Begitu mendengar penjelasan Kenny, dia seketika merasa malu dan berkata, "Aku sudah lancang, maaf, ya. Kamu masuk saja, Audrey ada di dalam."Wajah Emilia sedikit memerah, lalu bergegas membawa Kenny ke kamar Audrey.Saat ini, Audrey sedang makan. Awalnya dia memang tidak merasa nyaman, ditambah bertengkar dengan Zayden pagi tadi membuat dia sangat kesal, jadi dia pun tidak begitu nafsu makan. Sekarang, Audrey memaksa dirinya untuk makan beberapa suap demi anak dalam kandungannya.Saat melihat Kenny masuk, Audrey merasa sedikit terkejut dan berkata, "Kamu siapa?"Emilia pun langsung menceritakan situasinya dengan jelas
Setelah memikirkan semua itu dengan jelas, Emilia pun kembali ke kamar pasien. Kemudian, Audrey langsung mendesaknya untuk pergi bekerja. Audrey berkata, "Emilia, cepat pergi bekerja. Aku sudah nggak apa-apa. Selain itu, ada dokter dan perawat di sini. Jangan sampai pekerjaanmu terbengkalai."Awalnya Emilia sudah berencana untuk mengambil cuti selama sehari untuk menjaga Audrey. Namun, melihat Audrey begitu kukuh, akhirnya dia pun pergi untuk bekerja.Setelah Emilia pergi, hanya tersisa Audrey sendirian di kamar pasien. Dia lalu menatap langit-langit yang putih sambil melamun. Perkataan Kenny barusan memang hal yang tidak pernah dia bayangkan. Dia benar-benar tidak menyangka ternyata Zayden bisa melakukan begitu banyak hal demi menyelamatkan dia dan anak dalam kandungannya.Bukankah Zayden sangat membencinya? Bukankah dia terus memanggil anak ini anak haram? Bukankah dia seharusnya merasa bahagia jika anak ini tiada?Audrey merasa bahwa dirinya sepertinya tidak pernah memahami Zayden.
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis