Saat ini, Zayden baru meresponsnya. Dia yang biasanya tenang langsung merasa panas di telinganya. Zayden pun memberi tahu Shania yang di ujung telepon bahwa dirinya masih ada urusan dan segera memutuskan panggilannya. Setelah itu, dia berbalik dan keluar dari kamar.Sementara itu, Audrey benar-benar merasa malu hingga langsung menutup wajahnya dengan tangan. Dia benar-benar berharap dapat mencari sebuah tempat untuk bersembunyi. Kenapa dia bisa begitu sial?Setelah beberapa saat, Audrey bergegas mencari pakaian tidur yang bersih dan mengenakannya. Dia tidak bisa berdiri dan melamun di sana lagi. Ini akan sangat memalukan jika sampai ada orang lain yang masuk.Audrey mengenakan pakaiannya dengan rapi, bahkan juga mengaitkan kancing paling atas di pakaiannya. Dengan begitu, Audrey baru merasa lebih aman.Sementara itu, Zayden berdiri di luar dan teringat dengan adegan yang dia lihat barusan. Dia lalu menelan air liurnya dan sorot matanya menjadi gelap.Apa yang ingin wanita ini lakukan d
Audrey menyemangati dirinya sendiri dalam hati sebelum akhirnya membuka pintu kamar.Sementara itu, Zayden baru saja selesai mandi dan sedang mengelap rambutnya. Ketika melihat Audrey akhirnya sudah kembali, dia pun mengangkat alisnya.Zayden tentu bisa melihat bahwa Audrey terus menghindarinya sepanjang hari ini. Sayangnya, Zayden tidak akan membiarkan keinginannya terwujud."Kemari, bantu aku keringkan rambut," ucap Zayden dengan datar, sedangkan Audrey justru terkejut hingga memelotot.Mengeringkan rambut? Pria ini punya tangan, kenapa malah menyuruhnya melakukan? Bukankah pria ini sengaja mengerjainya?Zayden melihat keengganan di wajah Audrey, lalu dia menyipitkan matanya dan lanjut berkata,"Kenapa? Menyuruhmu melakukan hal kecil seperti ini juga tidak boleh?"Melihat Zayden sepertinya serius, Audrey langsung menciut.Bagaimanapun juga, Zayden yang sudah membantunya ketika dia berada dalam bahaya dan perlu dioperasi kala itu. Audrey berpikir, anggap saja sedang membalas budi Zayde
Pelayan itu pun memberikan surat itu kepada Zayden dengan hormat.Zayden menerimanya, lalu membuka dan membaca beberapa kalimat yang tertulis di atasnya.[ Zayden, sore hari ini aku mendengar ada suara wanita lain yang berbicara di sisimu. Aku sedang berpikir, apakah keberadaanku sekarang sangat nggak terhormat? Aku hanyalah seorang wanita biasa dengan status yang rendah. Mungkin aku nggak pantas untukmu, tetapi aku juga nggak mau menjadi kekasih gelap yang harus disembunyikan. Jadi, aku memilih untuk pergi, semoga kamu bahagia. ]Zayden mengepalkan tangannya dan meremas surat tersebut. Shania telah mendengar suara Audrey sore hari ini sehingga dia menjadi salah paham. Sekarang, dia pergi tanpa menggunakan sopir yang sudah diatur untuknya?Zayden pun merasa bersalah dalam hatinya. Bagaimanapun juga, Shania adalah wanita yang pernah menolong hidupnya. Zayden juga sudah berjanji padanya akan memberikannya sebuah status."Cepat suruh orang untuk mencari di sekitar," perintah Zayden.Kemud
Beberapa saat kemudian, pelayan itu datang dengan membawa jas Zayden. Shania lalu mencabut satu helai rambutnya dan menaruhnya ke kantong jas itu dengan hati-hati. Kemudian, dia mengoleskan sedikit lipstik di kerah jas sebelum menyuruh pelayan itu menaruh kembali jas tersebut.…Keesokan harinya, setelah menemani Shania sarapan, Zayden pun mengemudi mobil dan pergi ke perusahaan. Setibanya di kantor, Audrey terlihat sudah bekerja di sana. Ketika melihatnya, Zayden merasakan perasaan aneh yang sulit untuk dijelaskan. Perasaan itu seperti merasa bersalah kepada istrinya setelah berselingkuh. Namun, Zayden merasa bahwa pemikirannya ini sangat tidak masuk akal.Dia dan Audrey bukan suami istri yang sesungguhnya. Ditambah lagi, wanita ini sedang mengandung anak pria lain. Kenapa dia harus merasa bersalah?Akhirnya, pagi hari berlalu dengan damai.Siang harinya, Caleb datang dan mengingatkan Zayden untuk pergi rapat di sore hari. Setelah melihat waktu sejenak, Zayden pun menyuruh Audrey untu
Zayden tidak kembali ke kantor sepanjang sore, sementara Audrey juga pulang kerja tepat waktu. Setibanya di rumah, Audrey membersihkan diri dan menyantap makan malam sebelum akhirnya Zayden pulang. Audrey duduk di samping, lalu menggenggam ujung pakaiannya dengan gugup saat melihat Zayden menaruh pakaiannya kemarin.Audrey berpikir bahwa Zayden seharusnya ingin mengatakan sesuatu kepadanya.Wanita malam itu sudah minggat dari rumah. Dia seharusnya bermaksud ingin Zayden memberikannya sebuah status. Audrey merasa bahwa Zayden juga tidak perlu menunda perceraian mereka lagi.Zayden merasakan ada sepasang mata yang terus menatap dirinya. Dia mengernyitkan alis dan mendongak, lalu matanya saling bertatapan dengan sorot mata Audrey yang tampak penasaran. Setelah bertatapan selama satu detik, Zayden pun mengalihkan pandangannya dan berkata dengan nada dingin, "Kenapa kamu terus menatapku?""Nggak ada. Aku hanya berpikir mungkin kamu ingin mengatakan sesuatu padaku," jawab Audrey.Audrey sedi
Audrey seketika merasa bahwa dunia ini benar-benar sangat kecil. Bisa-bisanya hal yang begitu kebetulan seperti ini terjadi. Namun, Audrey merasa ada yang aneh dalam hatinya. Menurut Audrey, ada yang tidak beres dalam hal ini meski dia tidak bisa mengidentifikasinya dengan pasti.Audrey tidak ingin terus merasa curiga tanpa bukti yang kuat. Jadi, Audrey langsung menghubungi Shania dan mengajaknya untuk bertemu.Saat ini, Shania sedang bersantai di kamarnya. Awalnya, dia mengira setelah peristiwa kemarin terjadi, Zayden akan segera bertindak untuk mengusir Audrey dan menikahinya. Namun, begitu dia bertanya hari ini, pria itu malah tidak bermaksud seperti itu. Shania juga tidak berani menunjukkan dirinya terlalu terburu-buru karena takut akan merusak rencananya. Jadi, dia hanya bisa menunggu hasilnya dengan khawatir.Begitu mendengar ponselnya berdering, Shania mengira itu panggilan dari Zayden sehingga dirinya bergegas melihat ponsel. Namun ternyata, itu adalah panggilan dari Audrey. Sh
Awalnya, Shania merasa khawatir apakah Audrey telah menemukan petunjuk tentang kejadian malam itu. Dia sama sekali tidak menyangka ternyata hal ini yang ingin Audrey bicarakan. Shania seketika memikirkan sebuah cara. Dia melirik kamera di kafe dan memastikan bahwa posisi mereka bisa terekam oleh kamera."Aku … aku nggak tahu. Aku benar-benar nggak tahu hal ini," sahut Shania.Shania lanjut menimpali dengan wajah tidak bersalah, "Aku dan Tuan Zayden saling mengenal karena terakhir kali aku bertemu seorang pria yang mabuk ketika pulang kerja di malam hari. Pria itu berniat buruk padaku, lalu Zayden menolongku dan mengantarku pulang. Sejak saat itu, kami perlahan saling jatuh cinta. Aku benar-benar nggak tahu ternyata dia sudah berkeluarga!"Shania berbicara sambil mencubit pahanya dengan keras. Rasa sakit itu membuat matanya seketika memerah dan terlihat sangat kasihan. Hal ini pun membuat orang tidak tega untuk meragukan ucapannya.Mendengar Shania berbicara seperti itu, Audrey tampak s
Mendengar hal itu, Audrey langsung melepaskan diri dari genggaman Shania dan berkata, "Shania, aku nggak akan memukulmu. Kamu mungkin sudah salah paham tentang tujuanku mengajakmu bertemu. Aku hanya ingin memastikan beberapa hal. Sekarang, aku sudah tahu, jadi nggak ada masalah apa-apa lagi."Ketika melihat Audrey begitu tenang, Shania merasa geram dalam hatinya. Shania mulai mencurigai apakah Audrey benar-benar pintar atau terlalu bodoh. Padahal dia sudah sengaja memprovokasi Audrey, tetapi Audrey sama sekali tidak menyadarinya dan bahkan mengusir semua orang itu. Ditambah lagi, Shania juga sudah mempersiapkan diri untuk dipukul.Setelah melihat Shania sudah kembali tenang, Audrey menyuruhnya untuk kembali duduk dan berkata dengan datar, "Aku dan Zayden memang terikat pernikahan, tapi kami nggak punya perasaan apa pun. Kalau kamu berpacaran dengannya, aku juga nggak punya alasan untuk ikut campur.""Kalau begitu, kapan kalian akan bercerai?" Ketika mendengar Audrey mengatakan bahwa di