Audrey merasakan rasa sakit yang sangat luar biasa dari pergelangan kakinya. Audrey melihat kakinya sekilas, lalu senyuman di wajahnya menjadi semakin menyedihkan.Dia benar-benar sial sekali. Apa ini yang namanya sudah jatuh tertimpa tangga lagi?Akhirnya, Audrey hanya bisa berjalan dengan kondisi pincang. Tepat saat dia sedang bergerak dengan perlahan, tiba-tiba ada seorang dokter yang menghampirinya dari belakang. Dokter itu mengulurkan tangan untuk membantunya dan berkata, "Nona, kamu baik-baik saja?"Melihat orang yang membantunya adalah seorang dokter, Audrey merasa sedikit canggung dan segera berterima kasih. Dokter itu melihat Audrey untuk sesaat, lalu berkata dengan kaget, "Eh, bukankah kamu yang datang mencariku untuk operasi waktu itu?"Saat mendengar ucapan dokter itu, Audrey juga sontak mengenali dokter tersebut."Bagaimana kondisi tubuhmu sekarang?" tanya dokter itu.Terakhir kali, Audrey datang meminta untuk melakukan aborsi kepadanya dengan penampilan yang menyedihkan.
Audrey merasa lebih panik karena tidak menyangka bahwa dokter itu berani melawan Zayden secara langsung. Jika Zayden marah dan melampiaskannya kepada dokter ini hingga membuatnya kehilangan pekerjaan, Audrey benar-benar telah melakukan kesalahan besar. Audrey yang tidak berdaya hanya bisa berbalik, menatap dokter itu dengan ekspresi memohon, dan berkata, "Aku bisa mengurus masalah ini dengan baik. Dok, terima kasih kamu sudah mengantarku pulang hari ini. Cepatlah pulang."Lantaran merasa panik, dahi Audrey tampak bercucuran keringat. Melihat Audrey memohon padanya seperti ini, dokter itu menyayangkan kondisinya itu. Dia pun menghela napas, lalu naik ke mobil dan pergi.Setelah melihat mobil itu pergi, Audrey pun merasa sedikit lega. Melihat Audrey menatap kepergian orang itu, Zayden menyunggingkan senyuman yang semakin menyindir. Dia lalu berkata, "Kenapa? Kamu begitu tidak rela? Sayang sekali, bukankah dia tetap meninggalkanmu?"Ucapan Zayden membuat Audrey kembali sadar. Begitu meno
Lantaran takut Zayden akan mencari masalah dengannya lagi, Audrey sama sekali tidak berbicara dan menunggu kedatangan dokter dengan patuh. Tak lama kemudian, pengurus rumah datang dengan membawa sebuah kotak obat. Tepat saat Audrey hendak menerima kotak obat itu, Zayden tiba-tiba duduk di hadapannya dan menjulurkan tangan. Kemudian, dia mengangkat kaki Audrey dan menaruh kaki Audrey yang terluka di pangkuannya.Audrey sontak merasa terkejut melihat gerakan yang terlihat sedikit ambigu ini. Dia bergegas ingin menarik kakinya kembali, tetapi Zayden langsung menahan kakinya dan tidak memberikannya kesempatan untuk pergi.Kemudian, Zayden menunduk dan mengamati pergelangan kaki Audrey dengan serius. Kakinya yang terkilir ini memang sangat serius, bahkan sudah sangat membengkak. Zayden mengernyitkan alisnya dan berkata, "Mungkin akan sangat sakit, jangan asal gerak."Sebelum Audrey sempat menjawab, Zayden sudah mengambil tindakan. Dia meraih kaki Audrey dan mengembalikan tulang yang bergese
"Tentu saja pergi kerja," jawab Audrey tanpa mendongak sambil bersiap-siap mengganti sepatunya dan pergi. Namun, begitu menyentuh kaki kanannya yang terluka, Audrey sontak menarik napas dalam-dalam. Meskipun semalam dia sudah mengoleskan obat, pergelangan kakinya masih membengkak hari ini. Sedikit saja disentuh, rasa sakit yang tajam pun langsung menyerang. Begitu mendengar Audrey mengerang, Zayden pun mengernyitkan alisnya dan berkata, "Apa Keluarga Moore tidak memberimu uang? Kakimu sudah seperti itu, cepat kembali dan istirahat."Audrey tercengang sejenak. Bisa-bisanya Zayden menyuruhnya untuk kembali dan beristirahat? Apa ada hal aneh yang telah terjadi? Zayden telah berubah menjadi baik hati?Meskipun begitu, Audrey tetap menolaknya dan berkata, "Nggak bisa. Aku sudah meminta izin berulang kali. Kalau nggak pergi kerja, aku mungkin akan dipecat."Seusai berbicara, Audrey memasukkan kakinya yang membengkak dengan paksa ke dalam sepatu. Kemudian, dia bersiap-siap untuk pergi bekerj
Saat memikirkan penampilan yang menakutkan itu, Audrey merasa bahwa dirinya akan benar-benar dibuat jengkel. Dia pun berkata, "Ayah, aku merasa aku nggak punya pengalaman untuk itu. Jadi, jangan menambah masalah untuknya lagi."Melihat Audrey hendak menolak, Timothy bergegas berbicara, "Jangan takut. Segala yang nggak bisa kamu buat bisa dipelajari, suruh Zayden yang mengajarimu. Lagi pula, aku juga nggak akan membiarkanmu bekerja dengan sia-sia. Soal gajimu, itu tiga kali lipat dari gajimu yang sekarang. Bagaimana?"Saat ini, Audrey benar-benar merasa kesulitan. Bibirnya bergetar dan tidak tahu bagaimana menolaknya. Bagaimanapun juga, Timothy berkata dengan sangat tulus. Selain itu, dia bahkan sudah memikirkan tentang gaji untuk Audrey. Jika Audrey terus menolaknya, itu akan sedikit canggung.Audrey merasa tidak berdaya dan hanya bisa menatap Zayden dengan tatapan yang memohon bantuan. Audrey berpikir bahwa dengan kebencian Zayden kepadanya, Zayden pasti juga tidak ingin dirinya terus
Zayden menggenggam setir dengan erat, lalu bertanya, "Kenapa? Apa takut orang lain melihat sehingga memengaruhimu menarik perhatian lawan jenis?"Audrey benar-benar sangat tidak berdaya dengan jalan berpikir Zayden. Dia pun menjawab dengan kesal, "Bukannya kamu yang terus mengingatkanku jangan mengumbar hubungan kita? Tuan Zayden, aku benar-benar sangat curiga apa yang ada dalam otakmu. Kalau nggak, kenapa kamu selalu mengaitkannya dengan hal-hal seperti itu?"Zayden melirik Audrey melalui kaca spion dan melihat Audrey menatapnya dengan ekspresi yang kesal. Audrey tidak terlihat begitu hati-hati dan membosankan seperti biasanya, sebaliknya malah terlihat sedikit imut.Untuk pertama kalinya, Zayden tidak mempermasalahkan nada bicara Audrey yang tidak sopan. Dia lalu membalas, "Aku hanya mengingatkanmu jangan bermain-main dengan pria lain di luar."Mendengar ucapannya, Audrey langsung memalingkan wajahnya untuk melihat ke luar jendela dan tidak memberikan jawaban apa pun. Kali ini, dia s
Audrey pun menjawab dengan nada yang jengkel, "Boleh saja kalau mau aku berbicara hal yang baik. Tapi, aku ini sangat realistis, aku nggak akan melakukan sesuatu tanpa keuntungan."Michael tentu saja mengerti maksud perkataan Audrey yang meminta uang kepadanya lagi. Selama beberapa waktu ini, Audrey sudah mengambil uang yang banyak dari Keluarga Conner. Hal ini pun membuat keluarganya menjadi kacau."Audrey, kita adalah satu keluarga. Kamu terus berbicara tentang uang, bukankah ini sedikit …," kata Michael.Audrey langsung menyela ucapan Michael dengan cepat dan berkata, "Aku sedang sakit hari ini, jadi suasana hatiku nggak bagus. Karena Tuan Michael nggak bersedia, lupakan saja. Kita bicarakan lagi setelah suasana hatiku membaik."Seusai berbicara, Audrey langsung pergi. Melihat hal itu, Michael sangat panik dan hanya bisa menyetujui permintaannya. Dia pun segera menyuruh orang untuk mentransfer uang sebesar satu miliar kepada Audrey.Saat sedang makan siang di luar, ekspresi Audrey t
Beberapa hari selanjutnya, hari-hari berlalu dengan tenang.Audrey bahkan merasa aneh. Dengan sifat Michael, Michael seharusnya akan terus mengganggunya setelah dipermainkan dan ditipu satu miliar. Namun anehnya, saat ini semuanya terlihat sangat tenang. Rasanya seperti akan ada hal buruk yang akan segera terjadi!Saat pikirannya sedang kemana-mana, ponsel Audrey tiba-tiba berdering. Begitu dia meliriknya, ternyata itu adalah panggilan dari Michael. Audrey merasa penasaran apa yang akan dikatakan Michael setelah menahan diri begitu lama. Akhirnya, dia pun mengangkat panggilan itu tanpa keraguan.Begitu panggilannya tersambung, suara Michael terdengar. Dia berkata, "Audrey, aku akan berbaik hati untuk nggak mempermasalahkan masalah terakhir kali itu. Tapi, kamu harus memikirkan cara membuat Zayden ke Kediaman Conner akhir pekan ini. Aku punya hal penting yang mau didiskusikan dengannya."Audrey mengangkat alisnya. Michael benar-benar terlalu percaya diri. Dari mana Michael punya keyakin