Baik itu menyuruh Zayden mendonorkan sumsum tulang ataupun melahirkan anak lagi, Audrey harus mencoba segala cara. Selama bisa menyembuhkan penyakit Dash, Audrey rela melakukan semuanya. Setelah memikirkannya dengan matang, Audrey segera menelepon Zayden.Pada saat ini, Audrey baru menyadari bahwa ternyata dia mengingat nomor telepon Zayden dengan begitu jelas. Padahal Audrey telah menghapus semua kontaknya saat pergi waktu itu, tapi kini dia malah bisa mengingatnya dengan intuisi. Setelah nada sambungnya berbunyi beberapa kali, tangan Audrey meremas ponselnya dengan gugup.....Di sisi lain, Zayden sedang melihat-lihat gaun pertunangan di toko busana pengantin. Setelah Zayden menyetujui pertunangannya dengan Shania, Felya sangat gembira mendapat kabar tersebut. Dengan perintah dari Felya, Keluarga Moore memutuskan untuk mengadakan sebuah acara pertunangan yang sangat megah dan menyebarkan berita ini ke publik.Selanjutnya, Shania sendirilah yang mengatur semua detail tentang pertunang
Perkataan Shania ini meski terdengar tidak ada salahnya, tetapi membuat Zayden merasa gusar. Audrey ternyata hanya mengingatnya jika sedang berada dalam masalah. Apakah Zayden hanya sebuah mainan yang bisa digunakan sesuka hati bagi Audrey? Jika posisi mereka masih seperti dulu, Zayden mungkin akan membantunya. Namun sekarang, Audrey tidak usah banyak berharap."Kamu yang angkat saja," kata Zayden sambil memicingkan matanya dan menyerahkan ponselnya kepada Shania. Shania merasa kaget dan bertanya, "Aku yang angkat? Nggak terlalu baik, 'kan?""Statusmu sekarang adalah tunanganku, mengangkat telepon dari wanita lain juga tidak masalah, 'kan?" Zayden kembali menyodorkan ponselnya kepada Shania. Shania merasa kegirangan dalam hati. Awalnya dia masih khawatir Audrey akan mengatakan sesuatu yang membuat Zayden berubah pikiran. Kali ini dia tidak akan membiarkan Audrey punya kesempatan seperti itu.Shania menekan tombol jawab telepon. Sebelum dia sempat bicara, Audrey telah berkata dengan ter
Shania juga terkejut, dia tidak pernah melihat Zayden semarah ini. Audrey benar-benar memiliki pengaruh besar terhadap suasana hati Zayden. Setelah ketakutannya berlalu, Shania diam-diam merasa bersyukur bahwa dia yang menjawab telepon dari Audrey tadinya. Kalau tidak, entah apa yang akan terjadi."Zayden, tenangkan dirimu." Shania langsung maju dan menarik tangan Zayden. "Kalau memang terjadi sesuatu pada Audrey, atau mungkin dia berubah pikiran ... aku akan merestui kalian. Kamu jangan semarah ini, lukamu masih belum pulih."Zayden menarik napas dalam-dalam dan berusaha menenangkan diri. Kemudian, dia menatap Shania dan menjawab, "Tenang saja, apa pun alasannya, aku tidak akan mengubah keputusanku. Acara pertunangan tetap berjalan sesuai rencana."Meski berkata demikian, Zayden tidak bisa lagi duduk untuk melihat-lihat gaun dengan tenang. "Kamu lanjutkan saja melihat gaunnya. Aku masih ada urusan, aku pergi dulu."Tanpa memberi kesempatan bagi Shania untuk menghalanginya, Zayden lang
Audrey berdiri di sana dan memikirkan kata-kata Zayden yang kejam tadi. Setelah cukup lama, Lara yang mengkhawatirkannya akhirnya keluar. Melihat Audrey yang berdiri lorong, Lara buru-buru mendekatinya. "Audrey, kamu sudah membahasnya dengan Zayden? Bagaimana hasilnya?"Audrey langsung tersadar kembali. Padahal dia ingin tersenyum agar ibunya tidak khawatir, tetapi dia sama sekali tidak bisa melakukannya. Dia hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya."Dia nggak mau bantu?" Mendengar perkataan itu, Lara juga merasa sangat cemas.Dash adalah cucu kesayangannya. Dia menyaksikan pertumbuhan Dash sejak bayi hingga sekarang. Jika terjadi sesuatu dengan Dash, Lara juga tidak akan sanggup menerimanya."Dia sudah akan tunangan dengan orang lain, jadi menyuruhku jangan mengganggunya lagi," kata Audrey dengan nada sinis."Apa? Secepat itu mau bertunangan dengan wanita lain?" Lara langsung merasa Zayden ini benar-benar bukan pria yang baik. Namun jika ingin menyelamatkan nyawa Dash, m
Zayden membuka jendela mobil agar bau rokoknya menyebar dan baru memanggil Caleb untuk mengantarnya kembali ke perusahaan. Luka di tangannya masih belum sembuh, tetapi dia sudah kembali bekerja seperti sebelumnya. Menyibukkan diri dengan pekerjaan justru membuatnya jarang memiliki waktu senggang untuk memikirkan orang dan hal-hal yang seharusnya tidak dipikirkan.Caleb segera tiba dan mengantar Zayden ke perusahaan dengan mobil.....Beberapa jam kemudian, pesawat yang dinaiki Audrey mendarat di Slastin. Dia melihat kota yang baru saja dia tinggalkan dan terasa sangat familier, suasana hatinya terasa rumit. Awalnya, Audrey mengira dia tidak akan kembali lagi ke sini setelah kepergiannya sebelumnya. Tak disangka, dia akhirnya kembali ke tempat itu lagi karena dipaksa situasi.Setelah tercengang sejenak, Audrey menahan kembali emosinya yang berlebihan. Setelah berpikir sejenak, dia pergi Grup Yuwono dengan taksi. Sekarang, dia tidak tahu di mana Zayden berada karena dia telah diblokir Za
"Kamu sudah memilih untuk pergi waktu itu, untuk apa kembali lagi sekarang? Apa kamu nggak merasa malu?" Caleb juga sudah kehilangan kesabarannya yang biasanya. Setiap kata-katanya penuh dengan sindiran.Wajah Audrey menjadi pucat dan hendak mengatakan sesuatu, tetapi Caleb tidak ingin menyia-nyiakan waktu untuk berbicara dengan Audrey lagi. "Nona Audrey, mengingat pertemanan kita dulu, sebaiknya kamu sendiri yang pergi. Tidak enak dilihat kalau kamu terus ribut di sini dan aku suruh orang langsung mengusirmu. Silakan ...."Caleb mempersilakan Audrey untuk pergi. Audrey tentu saja enggan pergi, tetapi melihat tindakan Caleb, beberapa satpam di belakang juga mendekat. "Pak Caleb, apa perlu kamu bertindak ...."Melihat situasi itu, Audrey hanya bisa berpura-pura akan pergi. Saat baru berjalan dua langkah, dia mendengar perkataan Caleb yang tegas kepada para satpam itu. "Kalau lihat wanita ini kelak, langsung suruh dia pergi dan jangan banyak bicara dengannya. Mengerti?""Baik, kami menge
Sopir itu tidak menyangka Audrey akan menghalanginya, sehingga dia terkejut. Zayden juga ikut kaget. "Putar arahnya!"Mendengar perintah Zayden, sopir yang panik itu segera memutar arah mobil ke sisi lainnya dan akhirnya melewati tubuh Audrey. Setelah melewati Audrey, mobil itu memang tidak menabrak Audrey, tetapi aliran udara yang kuat membuat Audrey terjatuh ke lantai.Zayden yang tiba-tiba memutar arah, langsung menabrak pembatas jalan di samping. Namun, tidak terjadi masalah besar apa pun karena laju mobilnya tidak cepat.Audrey yang terjatuh ke lantai juga merasa takut. Dia tadi hanya panik dan ingin menghentikan mobil agar Zayden tidak pergi, setidaknya mendengar apa yang akan dia katakan. Tidak disangka, dia malah hampir tertabrak.Setelah menarik napas dalam-dalam, dia hendak berdiri dan segera memanfaatkan kesempatan itu untuk menghentikan Zayden. Namun, saat hendak berdiri, pergelangan kakinya terasa sakit. Meskipun dia tidak tertabrak tadi, pergelangan kakinya terkilir karen
"Audrey, kenapa denganmu? Cepat berdiri." Emilia segera maju dan memapah Audrey. Pada saat itu, dia baru melihat celana Audrey yang robek, lututnya berdarah, dan wajahnya sangat pucat. Audrey bahkan sepertinya tidak bisa mendengar dan menjawabnya.Tanpa pilihan lain, Emilia terpaksa memapah Audrey ke dalam mobil terlebih dahulu. Merasakan tubuh Audrey yang dingin, Emilia berpikir Audrey mungkin sudah berdiri di luar sangat lama. Setelah bersusah payah, dia akhirnya berhasil membawa Audrey ke dalam mobil, lalu menyuruh sopir taksi itu segera mengantar mereka pulang.Di dalam mobil, Emilia meremas tangan dan menepuk punggung Audrey dengan pelan. "Audrey, apa yang sebenarnya telah terjadi? Bukankah kamu bilang berencana kembali ke sana? Kenapa tiba-tiba ...."Tatapan Audrey yang kosong akhirnya bergerak. "Emilia, Dash menderita leukimia akut. Aku nggak bisa menemukan donor yang cocok, jadi aku kembali untuk memohon Zayden."Audrey terlalu sibuk belakangan ini, sehingga dia tidak mencerita
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis