Zayden mengemudi di jalan raya dengan kecepatan tinggi. Angin yang berembus masuk melalui jendela yang terbuka, tetapi hal itu tidak mengurangi ekspresi suram di wajah Zayden. Saat teringat dengan reaksi penolakan dan juga ekspresi jijik Audrey barusan, Zayden langsung menginjak rem dengan kuat dan menghantam setir kemudi.Setelah berlalu beberapa saat, Zayden mengeluarkan ponselnya dan menelepon teman baiknya, Kenny Spencer. Dia berkata, "Ayo keluar, aku traktir."Kenny sontak terkejut. Zayden memiliki sifat yang dingin dan angkuh, dia sangat jarang mengikuti kegiatan hiburan seperti ini. Bahkan jika Kenny membuat acara dan mengajaknya dulu, Zayden biasanya juga akan menolak.Ada apa dengannya hari ini?Firasat Kenny memberitahunya bahwa pasti telah terjadi sesuatu. Dia pun bergegas mengemas barangnya dan berangkat.…Setibanya di bar, Zayden langsung mencari ruang VIP yang kosong. Kemudian, dia memesan sejumlah bir dan meminumnya sendirian. Zayden memang bukan seseorang yang senang
Awalnya Zayden hanya sekadar mengobrol dengan Kenny. Namun, ketika mendengar Kenny mendadak mengungkit hal ini, ekspresinya sontak berubah.Jam tangan itu adalah pemberian Timothy kepada dirinya dari sebuah pelelangan sebagai hadiah sambutan. Zayden tidak pernah mencari tahu dengan jelas tentang benda itu. Jika benar ada sistem pelacakan di dalamnya, bukankah dia bisa menemukan keberadaan wanita itu?Begitu teringat dengan hal ini, Zayden pun tidak ingin menghabiskan waktunya lagi di sana. Dia sontak bangkit dan berkata, "Aku masih ada urusan, kamu minum saja pelan-pelan."Seusai berbicara, Zayden pun langsung pergi. Melihat sikap Zayden yang datang dan pergi dengan sesuka hati, Kenny hanya bisa tercengang.Apa yang telah terjadi?Yang membuat Kenny lebih merasa sedih lagi adalah Zayden baru saja pergi, lalu pelayan bar datang untuk meminta tagihan kepadanya. Saat melihat tagihan itu sekilas, Kenny seketika merasa kesal. Dasar Zayden sialan! Apa dia sengaja mengerjainya karena sedang k
Timothy menatap mobil yang dinaiki Audrey pergi sambil mengangguk dengan puas.Tak lama kemudian, dia teringat akan sesuatu. Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Zayden.Di sisi lain, Zayden sudah tidak pulang semalaman dan berada di kantor. Lantaran minum terlalu banyak alkohol, dia masih merasa sedikit pusing. Begitu mendengar suara dering ponsel, Zayden pun mengernyitkan alisnya dengan kesal. Namun, saat melihat itu adalah panggilan dari Timothy, dia tetap mengangkatnya dan menjawab, "Ayah, ada apa?""Nggak ada apa-apa. Aku hanya mau mengingatkanmu. Jarang-jarang kamu berbulan madu dengan Audrey, jadi ingat untuk bersikap lembut dan perhatian kepadanya. Lakukan hal-hal yang romantis, jangan hanya mengurus pekerjaan sepanjang hari," pesan Timothy yang khawatir Zayden akan melewatkan kesempatan bagus ini.Mendengar hal itu, Zayden mengernyitkan alisnya. Membawa Audrey bulan madu? Sejak kapan dia punya rencana gila seperti itu? Akan tetapi, mendengar Timothy berbicara
Suara yang akrab terdengar sehingga langsung membuat Audrey terhuyung-huyung ke belakang. Dia mendongak, lalu bertatapan dengan mata Zayden yang hitam dan dingin.Pikiran Audrey tiba-tiba menjadi kosong. Kenapa Zayden bisa menemukannya secepat ini?Audrey berniat untuk melepaskan diri dari cengkraman Zayden, tetapi kekuatannya sama sekali bukan apa-apa jika dibandingkan dengan kekuatan pria.Saat menyadari bahwa dirinya tidak bisa melarikan diri lagi, Audrey memaksa dirinya untuk tetap tenang. Dia pun tersenyum dan berkata, "Tuan Zayden, aku hanya ditugaskan untuk dinas oleh perusahaan. Kenapa Anda datang kemari?"Melihat senyuman palsu Audrey itu, Zayden pun mencibir dan berkata, "Dinas? Pagi tadi kamu bilang pada Ayah mau bulan madu denganku. Sekarang malah menjadi dinas dari kantor. Apa tidak ada sepatah kata pun yang benar dari ucapanmu?"Kebohongan Audrey dibongkar dalam sekejap sehingga membuat wajahnya memerah. Melihat tatapan Zayden yang seperti akan membunuh orang, Audrey mera
Seusai berbicara, Zayden membuka pintu mobil dari luar. Dia pun memerintah beberapa dokter yang tampak tinggi dan besar itu, "Bawa wanita ini untuk aborsi. Awasi dia dengan baik. Sebelum operasi berakhir, jangan biarkan dia meninggalkan kamar satu langkah pun. Kalau ada kesalahan, kalian harus bertanggung jawab!"Tentu saja, tidak ada yang berani melawan ucapan Zayden.Beberapa orang itu segera maju, lalu menangkap Audrey dan membawanya ke dalam rumah sakit. Audrey terus meronta, tetapi bagaimana mungkin wanita lemah sepertinya bisa melawan beberapa pria yang muda dan kuat?Saat melihat dirinya akan dibawa masuk ke ruang operasi, Audrey sudah sangat putus asa. Dia pun berteriak dengan emosi, "Apa kalian semua masih pantas menjadi dokter? Aku nggak mau aborsi, atas dasar apa kalian berbuat seperti itu?"Namun, teriakan Audrey tidak mendapatkan rasa kasihan atau perasaan iba dari siapa pun. Sebaliknya, dia justru diabaikan. Para dokter ini memiliki keluarga yang harus dibiayai. Tidak ada
Zayden duduk di depan pintu operasi. Saat mendengar suara teriakan Audrey yang menyayat hati dari dalam, Zayden sontak mengepalkan tangannya. Luka yang baru saja diperban kembali mengeluarkan darah. Meskipun begitu, Zayden seperti tidak merasakan apa pun dan kedua matanya hanya menatap pintu yang tertutup itu.Waktu terus berlalu, Zayden merasa kesabarannya yang terbatas mulai habis.Apa operasi ini begitu rumit sampai selama ini?Zayden bangkit dan berjalan ke arah pintu operasi. Pada saat ini, suara dokter yang seperti kesulitan terdengar. Dia berkata, "Bagaimana ini? Kalau memaksa operasi di saat kondisi pasien seperti ini, mungkin akan terjadi pendarahan besar. Bagaimana kalau kita … batalkan saja?"Meskipun merasa takut dengan kekuasaan Zayden, bagaimanapun juga mereka adalah dokter yang berbuat baik dengan menyelamatkan manusia. Jika memaksa seorang wanita melakukan aborsi yang bisa menyebabkan kematian ibu dan anak, hal ini juga memberikan beban kepada mereka."Tapi, Tuan Zayden
"Aaah!" teriak Audrey dengan histeris. Dia mengulurkan tangan dan memukul kepalanya dengan keras.Kenapa bisa seperti ini?Audrey baru saja menyakinkan dirinya untuk menerima anak ini. Dia bahkan mulai merencanakan bagaimana dia akan merawat bayi itu dan menjalani hidup bersamanya. Namun, sekarang semuanya telah hancur!Dia tidak berguna! Dia baru saja memutuskan untuk mempertahankan bayinya dan melindunginya dengan baik. Namun, semuanya telah berakhir!Para petugas medis yang berjaga di luar bergegas masuk begitu mendengar suara teriakan Audrey. Ketika menemukan emosi Audrey sedang tidak terkendali dan mencoba menyakiti dirinya sendiri, mereka pun bergegas maju untuk menghentikannya.Namun, Audrey bak seekor induk betina yang kehilangan anaknya. Dia telah kehilangan akal sehatnya sepenuhnya. Dia meraih segala benda yang bisa diraihnya dan melemparkannya ke arah sekelompok orang itu sambil berteriak, "Kalian sekelompok orang jahat yang nggak berperikemanusiaan! Pergi kalian! Pergi sana
Audrey juga tahu bahwa begitu sebuah hal dilakukan, konsekuensinya akan sangat berat. Pada saat ini, akal sehatnya telah hilang dan dia hanya ingin meluapkan emosinya!Audrey sudah memohon dengan merendahkan diri kepada pria ini, tetapi yang dia dapatkan adalah kekejaman. Kalau memang begitu, untuk apa dia membuat dirinya tampak menyedihkan? Lagi pula, keadaan sudah seperti ini, jadi Audrey pun tidak ingin terus bersabar lagi.Saat ini, Zayden baru menyadari ternyata Audrey ingin membunuhnya.Namun, serangan yang dilakukan Audrey tidak bertenaga karena tubuhnya yang lemah. Disamping itu, Zayden juga pernah berlatih bela diri selama beberapa tahun. Jadi, dia berhasil mengendalikan Audrey dengan mudah.Zayden menekan tangan Audrey hingga langsung terbuka. Benda yang ada di tangan Audrey pun seketika terjatuh dan luka di tangannya ikut meneteskan darah. Saat ini, sekelompok orang yang berkumpul di sekeliling baru meresponsnya. Mereka tidak menyangka ternyata Audrey ingin membunuh Zayden!