Wanita ini bukanlah orang lain, melainkan Yasmin yang telah lama menghilang. Dia menatap Audrey lekat-lekat untuk waktu yang lama. Setelah orang di belakangnya mengajaknya berbicara, Yasmin baru tersadar kembali dan menenangkan diri.Hanya saja, Yasmin masih merasa sangat terkejut. Barusan, dia melihat jelas bahwa orang yang tengah menari bersama Zayden di tengah lantai dansa itu adalah Audrey. Yasmin tidak akan pernah melupakan paras wanita itu.Akan tetapi, bukannya Audrey telah meninggal? Bagaimana dia bisa muncul di acara seperti ini dalam keadaan baik-baik saja dan menjadi pusat perhatian semua orang?Yasmin meremas erat gelas anggur di tangannya. Di masa lalu, ketika Keluarga Conner hancur karena dibalas dendam oleh Zayden, Yasmin seketika berubah dari seorang nona muda yang dihormati menjadi pembawa sial yang diabaikan oleh semua orang.Pada akhirnya, Yasmin hanya bisa melarikan diri dari Slastin dalam keadaan menyedihkan. Namun, Yasmin sudah terbiasa hidup nyaman sepanjang hidu
Yasmin menunggu sebentar di samping, lalu berjalan mendekat dengan membawa segelas anggur. Ketika tiba di samping Audrey, dia berpura-pura berdiri dengan tidak stabil dan akhirnya tersandung. Alhasil, anggur di gelasnya langsung tumpah ke gaun Audrey.Lantaran tubuhnya tiba-tiba basah karena anggur, Audrey yang duduk di sana pun terperanjat. Yasmin segera meminta maaf sembari mencoba membersihkan gaunnya dengan saputangan, "Maaf, Nona. Tadi, aku berdirinya nggak stabil, jadi anggurnya tumpah ke gaunmu. Mohon maaf sekali.""Nggak apa-apa," jawab Audrey. Dia awalnya lumayan kesal, tetapi setelah mendengar bahwa orang ini tidak sengaja dan bahkan meminta maaf secara tulus, dia tidak dapat berkata apa-apa. Dia hanya bisa menganggap dirinya sial.Segera setelah itu, Audrey hendak membersihkan noda anggur yang membekas. Akan tetapi, gaun yang dikenakannya memang berwarna terang. Setelah terkena anggur, warna merahnya terlihat sangat jelas. Tak peduli dibersihkan dengan cara apa pun, nodanya
Mata pria itu sontak berbinar-binar. Awalnya, dia mengira bahwa Yasmin pasti membayarnya untuk melecehkan wanita yang sangat jelek. Tidak disangka, dia ternyata begitu cantik. Pria itu perlahan mendekat dan tersenyum makin cabul.Audrey yang mendengar suara langkah kaki pun membuka matanya dengan susah payah. Segera setelah itu, dia melihat seorang pria cabul mendekatinya dengan senyuman mesum. Kini, dia sontak memahami bahwa dirinya telah dijebak. Dia ingin berdiri dan melarikan diri, tetapi tubuhnya sangat lemas sekarang.Melihat situasi ini, pria itu langsung mendekat sembari berkata, "Cantik, jangan mengekang lagi. Dari penampilanmu ini, pasti sangat merindukan kasih sayang pria, 'kan? Biarkan aku memuaskanmu. Aku jamin kamu pasti akan ketagihan ...."Audrey merasa sangat panas di seluruh tubuhnya, tetapi dia masih berusaha untuk menjaga sedikit akal sehatnya. Tak lama kemudian, dia berkata, "Aku nggak mengenalmu, jadi cepat pergi dari sini. Kalau nggak, aku nggak akan melepaskanmu
Audrey merasa napasnya hampir berhenti. Pada saat ini, benaknya hanya memikirkan sebuah nama. Zayden ....Telepon barusan adalah dari pria itu. Zayden ada di tempat ini. Jika dia tidak datang, Audrey akan celaka. Di saat Audrey merasa putus asa, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dan seseorang yang bertanya, "Di sini tempatnya?"Zayden menatap pintu yang tertutup rapat itu dan bertanya. Mendengar suara Zayden, Audrey ingin langsung bersuara untuk memberi tahu Zayden lokasinya. Namun, sebelum Audrey sempat bersuara, mulutnya telah dibungkam oleh pria itu."Umph! Umph!"Tangan kotor pria itu menutup mulutnya, membuat Audrey hampir saja muntah. Audrey berusaha meronta-ronta, tetapi perjuanganku sia-sia. Pada saat ini, tidak ada lagi terdengar suara dari luar pintu. Sepertinya Zayden telah pergi.Sorot mata Audrey menggelap. Namun detik berikutnya, pintu itu tiba-tiba ditendang hingga terbuka oleh seseorang. Audrey langsung membelalakkan matanya melihat Zayden berjalan masuk. Hatinya y
Zayden hanya bisa menarik napas dalam-dalam untuk menekan niat buruk dalam hatinya. "Jangan bercanda lagi, aku bawa ke rumah sakit." Namun, Audrey tentu saja tidak bisa berpikir lagi, dia hanya terkulai lemas dalam pelukan Zayden.Zayden tak kuasa menelan air liurnya. Matanya memandang Audrey dengan tatapan berkobar saat bertanya, "Apa kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan?"Audrey menggelengkan kepalanya. Di bawah pengaruh obat, Audrey tidak bisa lagi berpikir jernih. Melihat Zayden yang berdiri kaku, Audrey hanya menarik pakaiannya dengan erat dan menggigit bibir Zayden dengan kuat.Rasa sakit di bibirnya membuat udara di dalam mobil semakin panas. Tubuh Zayden terasa makin kaku dan napasnya juga makin memburu. Dalam beberapa tahun ini, bukannya tidak ada wanita yang pernah mencoba mendekatinya. Namun, tak ada seorang pun yang bisa membuat Zayden merasa seperti ini.Namun, di hadapan Audrey, akal sehat Zayden yang selama ini dibangga-banggakannya malah tidak bisa bereaksi normal. Di
Sepanjang perjalanan, Zayden menginjak pedal gas hingga kandas. Mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Dalam waktu kurang dari 15 menit, mereka telah tiba di rumah sakit. Zayden segera membawa Audrey untuk mencari dokter.Setelah memeriksa keadaannya, dokter segera menyuntikkan sebuah obat. Usai pengobatan, Audrey pun mulai perlahan-lahan menenangkan dirinya. Panas di tubuhnya juga mulai mereda."Dia baik-baik saja?" tanya Zayden kepada dokter. Entah sejak kapan, suaranya berubah menjadi begitu serak."Untung dibawa ke rumah sakit tepat waktu. Nggak ada masalah lagi. Ini adalah obat terlarang, jangan pernah lagi menyentuh benda ini. Kalau nggak, akibatnya akan sangat fatal," jawab dokter. Setelah mengetahui Audrey baik-baik saja, Zayden akhirnya menghela napas lega dan duduk di samping tempat tidur Audrey. Dia memegang tangan Audrey yang pucat dan dingin.Saat ini Audrey sedang terlelap karena pengaruh obat penenang. Namun, mengingat semua yang dilihatnya hari ini, Zayden masih merasa k
Audrey tertegun sejenak, lalu mengingat kembali kejadian sebelumnya di mobil. Setelah itu, dia teringat dengan adegan yang tidak ingin dihadapinya. Karena pengaruh obat, Audrey hampir saja kehilangan akal sehatnya. Banyak sekali adegan tidak senonoh yang bermunculan di benaknya. Seketika, Audrey merasa ingin sekali bersembunyi. Kenapa dia bisa bersikap seperti itu?Meski memang saat itu sedang berada di bawah pengaruh obat, begitu mengingat adegan tersebut, Audrey tetap saja merasa sangat malu.Melihat ekspresi Audrey yang tersipu, Zayden merasa sangat senang. Seperti inilah Audrey yang dia kenal sebelumnya. Dia sering menggoda Audrey hingga kesal dan tidak bersuara. Pada akhirnya, Audrey hanya bisa memelototi Zayden dengan matanya yang berkaca-kaca, bukan dengan tatapan tajam yang bermusuhan dengannya."Kenapa tidak bicara lagi?" Zayden tersenyum tipis, lalu mendekati Audrey dan mengembuskan napas di telinganya. Tubuh Audrey langsung menjadi kaku. Sorot mata Zayden juga menjadi lebih
Tanpa disadari, detak jantung Audrey berpacu kencang. Dia terlena sesaat, tetapi langsung mencubit lengannya sendiri hingga kesakitan. Rasa sakit itu seketika membuat pikirannya yang kacau menjadi lebih tenang.Audrey menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Terima kasih untuk bantuanmu hari ini. Memang aku yang telah berbuat kesalahan padamu untuk masalah itu. Aku minta maaf, tapi semua itu hanya kecelakaan. Kuharap kamu jangan terlalu banyak berpikir."Sambil berbicara, Audrey langsung turun dari ranjang dan hendak pergi. Zayden langsung menghalangi di depannya dan berkata, "Apakah aku yang berpikir berlebihan atau kamu yang terus membohongi dirimu sendiri? Apa kamu tidak merasakan apa pun tadi?"Audrey sangat jelas bahwa dia tidak akan bereaksi seperti itu tadi jika pria yang menolongnya bukan Zayden. Semua perilaku pria ini sangat berpengaruh terhadap Audrey. Namun, keganjilan ini hanya akan membuat Audrey merasa tidak nyaman. Bagaimanapun, dia telah pernah celaka di tangan pria ini
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis