Yasmin menunggu sebentar di samping, lalu berjalan mendekat dengan membawa segelas anggur. Ketika tiba di samping Audrey, dia berpura-pura berdiri dengan tidak stabil dan akhirnya tersandung. Alhasil, anggur di gelasnya langsung tumpah ke gaun Audrey.Lantaran tubuhnya tiba-tiba basah karena anggur, Audrey yang duduk di sana pun terperanjat. Yasmin segera meminta maaf sembari mencoba membersihkan gaunnya dengan saputangan, "Maaf, Nona. Tadi, aku berdirinya nggak stabil, jadi anggurnya tumpah ke gaunmu. Mohon maaf sekali.""Nggak apa-apa," jawab Audrey. Dia awalnya lumayan kesal, tetapi setelah mendengar bahwa orang ini tidak sengaja dan bahkan meminta maaf secara tulus, dia tidak dapat berkata apa-apa. Dia hanya bisa menganggap dirinya sial.Segera setelah itu, Audrey hendak membersihkan noda anggur yang membekas. Akan tetapi, gaun yang dikenakannya memang berwarna terang. Setelah terkena anggur, warna merahnya terlihat sangat jelas. Tak peduli dibersihkan dengan cara apa pun, nodanya
Mata pria itu sontak berbinar-binar. Awalnya, dia mengira bahwa Yasmin pasti membayarnya untuk melecehkan wanita yang sangat jelek. Tidak disangka, dia ternyata begitu cantik. Pria itu perlahan mendekat dan tersenyum makin cabul.Audrey yang mendengar suara langkah kaki pun membuka matanya dengan susah payah. Segera setelah itu, dia melihat seorang pria cabul mendekatinya dengan senyuman mesum. Kini, dia sontak memahami bahwa dirinya telah dijebak. Dia ingin berdiri dan melarikan diri, tetapi tubuhnya sangat lemas sekarang.Melihat situasi ini, pria itu langsung mendekat sembari berkata, "Cantik, jangan mengekang lagi. Dari penampilanmu ini, pasti sangat merindukan kasih sayang pria, 'kan? Biarkan aku memuaskanmu. Aku jamin kamu pasti akan ketagihan ...."Audrey merasa sangat panas di seluruh tubuhnya, tetapi dia masih berusaha untuk menjaga sedikit akal sehatnya. Tak lama kemudian, dia berkata, "Aku nggak mengenalmu, jadi cepat pergi dari sini. Kalau nggak, aku nggak akan melepaskanmu
Audrey merasa napasnya hampir berhenti. Pada saat ini, benaknya hanya memikirkan sebuah nama. Zayden ....Telepon barusan adalah dari pria itu. Zayden ada di tempat ini. Jika dia tidak datang, Audrey akan celaka. Di saat Audrey merasa putus asa, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dan seseorang yang bertanya, "Di sini tempatnya?"Zayden menatap pintu yang tertutup rapat itu dan bertanya. Mendengar suara Zayden, Audrey ingin langsung bersuara untuk memberi tahu Zayden lokasinya. Namun, sebelum Audrey sempat bersuara, mulutnya telah dibungkam oleh pria itu."Umph! Umph!"Tangan kotor pria itu menutup mulutnya, membuat Audrey hampir saja muntah. Audrey berusaha meronta-ronta, tetapi perjuanganku sia-sia. Pada saat ini, tidak ada lagi terdengar suara dari luar pintu. Sepertinya Zayden telah pergi.Sorot mata Audrey menggelap. Namun detik berikutnya, pintu itu tiba-tiba ditendang hingga terbuka oleh seseorang. Audrey langsung membelalakkan matanya melihat Zayden berjalan masuk. Hatinya y
Zayden hanya bisa menarik napas dalam-dalam untuk menekan niat buruk dalam hatinya. "Jangan bercanda lagi, aku bawa ke rumah sakit." Namun, Audrey tentu saja tidak bisa berpikir lagi, dia hanya terkulai lemas dalam pelukan Zayden.Zayden tak kuasa menelan air liurnya. Matanya memandang Audrey dengan tatapan berkobar saat bertanya, "Apa kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan?"Audrey menggelengkan kepalanya. Di bawah pengaruh obat, Audrey tidak bisa lagi berpikir jernih. Melihat Zayden yang berdiri kaku, Audrey hanya menarik pakaiannya dengan erat dan menggigit bibir Zayden dengan kuat.Rasa sakit di bibirnya membuat udara di dalam mobil semakin panas. Tubuh Zayden terasa makin kaku dan napasnya juga makin memburu. Dalam beberapa tahun ini, bukannya tidak ada wanita yang pernah mencoba mendekatinya. Namun, tak ada seorang pun yang bisa membuat Zayden merasa seperti ini.Namun, di hadapan Audrey, akal sehat Zayden yang selama ini dibangga-banggakannya malah tidak bisa bereaksi normal. Di
Sepanjang perjalanan, Zayden menginjak pedal gas hingga kandas. Mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Dalam waktu kurang dari 15 menit, mereka telah tiba di rumah sakit. Zayden segera membawa Audrey untuk mencari dokter.Setelah memeriksa keadaannya, dokter segera menyuntikkan sebuah obat. Usai pengobatan, Audrey pun mulai perlahan-lahan menenangkan dirinya. Panas di tubuhnya juga mulai mereda."Dia baik-baik saja?" tanya Zayden kepada dokter. Entah sejak kapan, suaranya berubah menjadi begitu serak."Untung dibawa ke rumah sakit tepat waktu. Nggak ada masalah lagi. Ini adalah obat terlarang, jangan pernah lagi menyentuh benda ini. Kalau nggak, akibatnya akan sangat fatal," jawab dokter. Setelah mengetahui Audrey baik-baik saja, Zayden akhirnya menghela napas lega dan duduk di samping tempat tidur Audrey. Dia memegang tangan Audrey yang pucat dan dingin.Saat ini Audrey sedang terlelap karena pengaruh obat penenang. Namun, mengingat semua yang dilihatnya hari ini, Zayden masih merasa k
Audrey tertegun sejenak, lalu mengingat kembali kejadian sebelumnya di mobil. Setelah itu, dia teringat dengan adegan yang tidak ingin dihadapinya. Karena pengaruh obat, Audrey hampir saja kehilangan akal sehatnya. Banyak sekali adegan tidak senonoh yang bermunculan di benaknya. Seketika, Audrey merasa ingin sekali bersembunyi. Kenapa dia bisa bersikap seperti itu?Meski memang saat itu sedang berada di bawah pengaruh obat, begitu mengingat adegan tersebut, Audrey tetap saja merasa sangat malu.Melihat ekspresi Audrey yang tersipu, Zayden merasa sangat senang. Seperti inilah Audrey yang dia kenal sebelumnya. Dia sering menggoda Audrey hingga kesal dan tidak bersuara. Pada akhirnya, Audrey hanya bisa memelototi Zayden dengan matanya yang berkaca-kaca, bukan dengan tatapan tajam yang bermusuhan dengannya."Kenapa tidak bicara lagi?" Zayden tersenyum tipis, lalu mendekati Audrey dan mengembuskan napas di telinganya. Tubuh Audrey langsung menjadi kaku. Sorot mata Zayden juga menjadi lebih
Tanpa disadari, detak jantung Audrey berpacu kencang. Dia terlena sesaat, tetapi langsung mencubit lengannya sendiri hingga kesakitan. Rasa sakit itu seketika membuat pikirannya yang kacau menjadi lebih tenang.Audrey menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Terima kasih untuk bantuanmu hari ini. Memang aku yang telah berbuat kesalahan padamu untuk masalah itu. Aku minta maaf, tapi semua itu hanya kecelakaan. Kuharap kamu jangan terlalu banyak berpikir."Sambil berbicara, Audrey langsung turun dari ranjang dan hendak pergi. Zayden langsung menghalangi di depannya dan berkata, "Apakah aku yang berpikir berlebihan atau kamu yang terus membohongi dirimu sendiri? Apa kamu tidak merasakan apa pun tadi?"Audrey sangat jelas bahwa dia tidak akan bereaksi seperti itu tadi jika pria yang menolongnya bukan Zayden. Semua perilaku pria ini sangat berpengaruh terhadap Audrey. Namun, keganjilan ini hanya akan membuat Audrey merasa tidak nyaman. Bagaimanapun, dia telah pernah celaka di tangan pria ini
Setelah mengatakan itu, Audrey berbalik dan kembali ke kamarnya. Dia juga tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya, pikirannya sekarang sangat kacau.Melihat punggung Audrey yang panik, Christian perlahan-lahan mengepalkan tinjunya dengan erat. Dia akhirnya mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang.....Audrey pergi ke kamar mandi untuk mandi. Setelah keluar, dia mengeringkan rambutnya, tetapi pikirannya masih melayang-layang. Saat dia masih tidak fokus, ponselnya tiba-tiba berdering. Dia melihat sejenak dan segera menerimanya saat melihat itu adalah telepon dari nomor luar negeri Lara."Ibu, ada apa? Kenapa meneleponku di waktu seperti ini?""Nggak apa-apa, aku hanya ingin tanya bagaimana situasimu belakangan ini.""Aku sangat baik, tenang saja." Selama ini, Audrey selalu melaporkan kabar gembira, tetapi tidak menceritakan kekhawatirannya."Baguslah. Tapi, kamu berencana kapan untuk menetapkan hubunganmu dengan Christian?"Lara memikirkan kata-kata yang dikatakan Christian tadi