Setelah duduk di taman untuk waktu yang lama, Audrey pun bangkit. Matanya dipenuhi oleh keteguhan untuk mempertahankan anaknya. Audrey tidak ingin mempertaruhkan nyawa demi keberhasilan operasi, juga tidak ingin kehilangan hak untuk menjadi seorang ibu. Seusai mengambil keputusan, Audrey pun kembali ke Kediaman Moore.Begitu sampai di kamar, Audrey melihat Zayden sedang duduk di sofa sambil menatapnya dengan tatapan yang dingin. Tatapan mereka saling bertemu sejenak, lalu Audrey yang merasa panik segera mengalihkan pandangannya.Tatapan Zayden terlalu mengerikan, seolah-olah dia bisa melihat isi hati Audrey. Jika Zayden tahu hal sesungguhnya yang dipikirkan oleh Audrey, dia pasti akan murka. Audrey yang merasa sedikit gelisah bergegas melangkah pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya dan menenangkan diri."Berhenti," ucap Zayden dengan suara yang berat.Audrey menghentikan langkah kakinya, lalu keringat dingin seketika mengalir di punggungnya."Sudah beres?" tanya Zayden sambil me
Saat mendengar Audrey meminta uang sebesar empat miliar, Michael merasa luar biasa emosi.Dasar anak tidak tahu diri ini! Apa dia pikir uang bisa didapatkan dengan mudah?Melihat Michael merasa ragu, Audrey mendengus dingin dan lanjut berkata, "Lagi pula, kamu yang putuskan mau beri atau nggak. Kalau nggak mau, aku akan memberi tahu itu kepada Zayden. Menurutmu, apa yang akan terjadi?"Begitu mendengar ancaman itu, Michael seketika merasa lemas. Dengan sifat Zayden, Zayden telah berbelas kasihan kepadanya dengan hanya memukulinya hingga mengalami cedera serius saat berada di Kediaman Conner kemarin. Jika Zayden sampai turun tangan pada kerja sama Keluarga Moore dan Keluarga Conner ….Saat memikirkan konsekuensi ini, Michael juga tidak berani bersikap angkuh. Meskipun dia tidak terima, dia tetap menyetujui permintaan Audrey dengan enggan.Setelah itu, Audrey segera mengirimkan nomor rekening kepadanya. Tak lama kemudian, Audrey menerima sebuah pesan dari bank yang memberi tahu bahwa dia
Namun, yang lebih menyakitkan adalah hati Audrey. Pada akhirnya, dia tetap menjadi wanita nakal yang memiliki reputasi buruk di mata semua orang. Sekalipun kenyataannya tidak seperti itu, tetap tidak ada orang yang akan percaya pada dirinya.Meskipun begitu, Audrey tetap menahan kesedihannya dan berkata, "Tuan Zayden, kamu sepertinya sudah terlalu peduli dengan kehidupan pribadiku. Kamu pikirkan baik-baik, hubungan kita hanya sebatas kontrak. Kalau keberadaanku membuatmu nggak puas, aku bersedia menjelaskannya kepada Pak Timothy dan menyerahkan status ini kapan pun."Audrey mengatakan hal ini dengan sangat jujur. Baginya, berada di sisi Zayden sekarang ini bagaikan menaruh sebuah bom waktu di sampingnya. Mungkin saja, itu akan membuatnya mati dengan tragis kapan saja.Namun, perkataan ini malah memiliki makna yang berbeda di telinga Zayden. Saat melihat tampang Audrey yang terlihat tidak peduli, amarah dalam hati Zayden menjadi semakin tidak terbendung tanpa alasan.Audrey adalah wanit
Zayden mengemudi di jalan raya dengan kecepatan tinggi. Angin yang berembus masuk melalui jendela yang terbuka, tetapi hal itu tidak mengurangi ekspresi suram di wajah Zayden. Saat teringat dengan reaksi penolakan dan juga ekspresi jijik Audrey barusan, Zayden langsung menginjak rem dengan kuat dan menghantam setir kemudi.Setelah berlalu beberapa saat, Zayden mengeluarkan ponselnya dan menelepon teman baiknya, Kenny Spencer. Dia berkata, "Ayo keluar, aku traktir."Kenny sontak terkejut. Zayden memiliki sifat yang dingin dan angkuh, dia sangat jarang mengikuti kegiatan hiburan seperti ini. Bahkan jika Kenny membuat acara dan mengajaknya dulu, Zayden biasanya juga akan menolak.Ada apa dengannya hari ini?Firasat Kenny memberitahunya bahwa pasti telah terjadi sesuatu. Dia pun bergegas mengemas barangnya dan berangkat.…Setibanya di bar, Zayden langsung mencari ruang VIP yang kosong. Kemudian, dia memesan sejumlah bir dan meminumnya sendirian. Zayden memang bukan seseorang yang senang
Awalnya Zayden hanya sekadar mengobrol dengan Kenny. Namun, ketika mendengar Kenny mendadak mengungkit hal ini, ekspresinya sontak berubah.Jam tangan itu adalah pemberian Timothy kepada dirinya dari sebuah pelelangan sebagai hadiah sambutan. Zayden tidak pernah mencari tahu dengan jelas tentang benda itu. Jika benar ada sistem pelacakan di dalamnya, bukankah dia bisa menemukan keberadaan wanita itu?Begitu teringat dengan hal ini, Zayden pun tidak ingin menghabiskan waktunya lagi di sana. Dia sontak bangkit dan berkata, "Aku masih ada urusan, kamu minum saja pelan-pelan."Seusai berbicara, Zayden pun langsung pergi. Melihat sikap Zayden yang datang dan pergi dengan sesuka hati, Kenny hanya bisa tercengang.Apa yang telah terjadi?Yang membuat Kenny lebih merasa sedih lagi adalah Zayden baru saja pergi, lalu pelayan bar datang untuk meminta tagihan kepadanya. Saat melihat tagihan itu sekilas, Kenny seketika merasa kesal. Dasar Zayden sialan! Apa dia sengaja mengerjainya karena sedang k
Timothy menatap mobil yang dinaiki Audrey pergi sambil mengangguk dengan puas.Tak lama kemudian, dia teringat akan sesuatu. Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Zayden.Di sisi lain, Zayden sudah tidak pulang semalaman dan berada di kantor. Lantaran minum terlalu banyak alkohol, dia masih merasa sedikit pusing. Begitu mendengar suara dering ponsel, Zayden pun mengernyitkan alisnya dengan kesal. Namun, saat melihat itu adalah panggilan dari Timothy, dia tetap mengangkatnya dan menjawab, "Ayah, ada apa?""Nggak ada apa-apa. Aku hanya mau mengingatkanmu. Jarang-jarang kamu berbulan madu dengan Audrey, jadi ingat untuk bersikap lembut dan perhatian kepadanya. Lakukan hal-hal yang romantis, jangan hanya mengurus pekerjaan sepanjang hari," pesan Timothy yang khawatir Zayden akan melewatkan kesempatan bagus ini.Mendengar hal itu, Zayden mengernyitkan alisnya. Membawa Audrey bulan madu? Sejak kapan dia punya rencana gila seperti itu? Akan tetapi, mendengar Timothy berbicara
Suara yang akrab terdengar sehingga langsung membuat Audrey terhuyung-huyung ke belakang. Dia mendongak, lalu bertatapan dengan mata Zayden yang hitam dan dingin.Pikiran Audrey tiba-tiba menjadi kosong. Kenapa Zayden bisa menemukannya secepat ini?Audrey berniat untuk melepaskan diri dari cengkraman Zayden, tetapi kekuatannya sama sekali bukan apa-apa jika dibandingkan dengan kekuatan pria.Saat menyadari bahwa dirinya tidak bisa melarikan diri lagi, Audrey memaksa dirinya untuk tetap tenang. Dia pun tersenyum dan berkata, "Tuan Zayden, aku hanya ditugaskan untuk dinas oleh perusahaan. Kenapa Anda datang kemari?"Melihat senyuman palsu Audrey itu, Zayden pun mencibir dan berkata, "Dinas? Pagi tadi kamu bilang pada Ayah mau bulan madu denganku. Sekarang malah menjadi dinas dari kantor. Apa tidak ada sepatah kata pun yang benar dari ucapanmu?"Kebohongan Audrey dibongkar dalam sekejap sehingga membuat wajahnya memerah. Melihat tatapan Zayden yang seperti akan membunuh orang, Audrey mera
Seusai berbicara, Zayden membuka pintu mobil dari luar. Dia pun memerintah beberapa dokter yang tampak tinggi dan besar itu, "Bawa wanita ini untuk aborsi. Awasi dia dengan baik. Sebelum operasi berakhir, jangan biarkan dia meninggalkan kamar satu langkah pun. Kalau ada kesalahan, kalian harus bertanggung jawab!"Tentu saja, tidak ada yang berani melawan ucapan Zayden.Beberapa orang itu segera maju, lalu menangkap Audrey dan membawanya ke dalam rumah sakit. Audrey terus meronta, tetapi bagaimana mungkin wanita lemah sepertinya bisa melawan beberapa pria yang muda dan kuat?Saat melihat dirinya akan dibawa masuk ke ruang operasi, Audrey sudah sangat putus asa. Dia pun berteriak dengan emosi, "Apa kalian semua masih pantas menjadi dokter? Aku nggak mau aborsi, atas dasar apa kalian berbuat seperti itu?"Namun, teriakan Audrey tidak mendapatkan rasa kasihan atau perasaan iba dari siapa pun. Sebaliknya, dia justru diabaikan. Para dokter ini memiliki keluarga yang harus dibiayai. Tidak ada
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis