Selama beberapa tahun ini, Shania tetap berada di samping Zayden dan selalu memanfaatkan kekuasaan Keluarga Moore untuk membuat Keluarga Leonard menjadi makmur. Seorang wanita yang bisa melakukan hal ini tentu saja tidak mungkin tidak mengerti apa pun.Zayden tentu saja mengetahui hal itu, tetapi dia pura-pura tidak mengetahuinya. Di satu sisi, dia sama sekali tidak peduli dengan masalah-masalah ini sejak kematian Audrey. Di sisi lain, bagaimanapun juga, Shania pernah menyelamatkannya dan Zayden juga pernah mengingkari janjinya kepada Shania, sehingga dia merasa tidak apa-apa untuk memberi Shania sedikit kompensasi finansial.Namun kali ini, tindakan Shania sudah melewati toleransi Zayden. Tidak peduli apakah tindakan Shania ini sengaja atau tidak, semuanya sudah terjadi. Jika dia terus membiarkan hal ini, Audrey hanya akan makin menjauhinya."Zayden, aku benar-benar sudah tahu kesalahanku, aku harusnya tidak berbicara sembarangan. Tapi, aku takut kamu akan mengusirku pergi karena Audr
"Ibu, Audrey bukan orang seperti itu, jangan dengar gosip itu." Mendengar penilaian ibunya kepada Audrey, Zayden segera membantahnya.Namun sayangnya, menurut Felya, semua ini membuktikan Zayden sudah tergoda oleh wanita itu dan sama sekali tidak layak dipercaya. Wanita yang bisa berkencan dengan keponakan Zayden lalu menikah dengan pamannya, bahkan mengandung anak yang tidak jelas asal-usulnya dianggap bukan wanita baik-baik dan tidak bisa dipercayai."Aku nggak peduli dia bagaimana. Aku sudah bilang dengan jelas, kamu jangan harap bisa berhubungan dengannya lagi. Mengenai Shania, aku sudah memutuskan dia adalah calon menantuku, kamu urus saja sendiri!"Felya menggenggam tangan Shania dan menunjukkan niatnya untuk mendukung Shania. Bagaimanapun juga, Shania tetap setia dan juga merawat Zayden dengan baik selama beberapa tahun ini. Shania setidaknya tidak akan mengkhianati Zayden.Shania yang awalnya sudah merasa putus asa, tiba-tiba merasa masih ada harapan dan diam-diam bersembunyi d
"Salam kenal. Namaku Felya, ibunya Zayden." Meskipun Felya tidak menyukai Audrey, dia tetap menjaga etiket dasarnya.Ibunya Zayden? Audrey mengernyitkan alisnya. Saat dia masuk ke Keluarga Moore lima tahun yang lalu, dia tidak pernah melihat orang ini. Saat ini, orang ini malah mencarinya, Audrey bisa merasakan niat buruk orang ini. Dia tersenyum dingin. "Halo, Bibi. Tapi, hubunganku dan Zayden sudah lama berakhir. Aku masih ada urusan, maaf tidak bisa menemanimu mengobrol terlalu lama."Audrey tidak ingin menambah masalahnya lagi dan berencana untuk pergi.Melihat sikap Audrey yang tidak menghargainya, ekspresi Felya menjadi muram. "Nona Audrey, aku hanya ingin membahas sesuatu denganmu, tidak akan mengganggumu terlalu lama. Kalau kamu sedang sibuk sekarang, aku akan menemuimu di perusahaanmu nanti sore."Mendengar perkataan Felya yang akan menemuinya di perusahaan, Audrey menghentikan langkahnya. Dia baru saja masuk ke perusahaan beberapa hari saja sudah begitu terkenal, apa dia masi
"Maaf, aku sangat sibuk, nggak bisa menemanimu mengobrol lagi." Setelah mengatakan itu, Audrey pergi dari kedai kopi itu.Felya tidak menyangka Audrey akan berbalik mempermalukannya. Dia marah dan melemparkan cangkirnya dengan keras ke meja. Dia berpikir apa maksud Audrey yang mengatakan tidak tertarik dengan Zayden, tetapi malah putranya sendiri yang terus mendekatinya? Dia menjadi makin sebal dengan Audrey. Benar-benar wanita yang tidak tahu diri dan tidak sopan.....Audrey keluar dari ruangan. Meskipun dia berhasil mengembalikan serangan finansial Felya dengan kejam, hatinya masih tetap merasa kesal. Dia juga tidak berselera untuk makan lagi dan hanya membeli roti. Setelah selesai makan, dia kembali ke kantornya lagi.Pada sore harinya, departemen logistik di perusahaan mengirimkan camilan sore untuk semua karyawan. Audrey juga mendapat bagian. Dia melihat sebentar dan menyadari camilan itu adalah beberapa kudapan kesukaannya. Namun, dia tidak ingat ada karyawan perusahaan yang per
Saat Dash sedang memikirkan sesuatu, Emilia mendekat sambil membawa makanan. Melihat ekspresi Dash, dia berkata sambil bercanda, "Kenapa Dash? Ekspresimu ini terlihat sangat mengerikan.""Ah, nggak apa-apa. Tadi aku kalah dalam permainan." Dash tersadar kembali dan memperlihatkan ekspresi jahil. Emilia tersenyum dan berpikir Dash memang masih kecil.Setelah makan, keduanya pulang ke rumah. Dash langsung masuk ke ruang belajar dan segera menyusun program yang dia tulis di tangannya. Sekitar satu jam kemudian, terlihat senyuman puas di wajahnya. Dia berpikir akan ada pertunjukan menarik kali ini.....Keesokan harinya, Dash pergi ke taman kanak-kanak seperti biasanya. Saat waktunya belajar sendiri, dia mengangkat tangannya. "Guru, kepalaku sakit, aku ingin pergi istirahat sebentar."Pengetahuan dasar Dash sangat baik dan sudah menguasai semua materi yang diajarkan di TK. Gurunya juga sangat menyukainya, sehingga mereka tidak banyak bertanya. "Pergilah."Dash segera keluar dari kelas, tet
Zayden memicingkan matanya dan berkata, "Perusahaan menghabiskan banyak uang untuk mempekerjakan kalian untuk keamanan jaringan, apa kalian bahkan nggak bisa menangani hal seperti ini? Apa guna kalian?"Zayden menahan keinginan untuk memukul laptopnya ke kepala manajer departemen itu. Manajer itu berkeringat dingin, tetapi dia tidak berani melawan dan hanya bisa tersenyum getir. Dia takut Zayden akan makin kesal dan langsung memecat mereka semua."Tuan Zayden, kami juga sedang berusaha menyelamatkannya. Hanya saja, IP yang kami lacak itu adalah pengguna umum. Pemakainya terlalu banyak orang dan kacau, jadi kami susah mendapat lokasinya. Khawatirnya, peretas ini sudah mempersiapkan sejak awal untuk menghadapimu."Mendengar ucapannya, tatapan Zayden memicing. Seberkas cahaya dingin melintas di matanya. Memang benar, dengan posisi dan kekuasaan Keluarga Moore, peretas itu tidak akan mungkin bisa nekat berbuat demikian tanpa persiapan terlebih dulu.Zayden terus memikirkan kemungkinan oran
Setelah pesan itu muncul, komputer Dash langsung tidak berfungsi lagi. Wajah Dash yang tadinya gembira, kini tampak serius. Sepertinya dia terlalu antusias tadi sehingga meninggalkan celah. Tak disangka orang-orang di Grup Moore tidak semuanya bodoh. Ternyata mereka masih punya cara seperti ini?....Setelah berhasil mengunci posisi komputer lawan, ekspresi Zayden yang buruk pun kini mulai membaik. Semua informasi tadi adalah umpan yang sengaja dipasangnya. Sesuai dugaan, peretas ini langsung lengah saat melihat nominal uang yang begitu besar dan menunjukkan kelemahannya.Pada saat ini, Zayden langsung mengunci posisi lawan agar dia tidak bisa lagi menyerang sistem keamanan Grup Moore. Selain itu, dia juga menyebarkan virus Trojan yang dapat memberikan umpan balik langsung tentang lokasi dan tipe perangkat tersebut.Zayden segera memasukkan satu baris kode lagi, mengubah data yang dikembalikan menjadi lokasi yang konkret."Alun-alun Sky?" Zayden memicingkan matanya dan berdiri. "Bawa o
Saat mengetahui orang yang ditabraknya adalah Zayden, Dash langsung merasa bersalah. "Maaf, Paman. Aku nggak perhatikan jalan." Dash meminta maaf, lalu hendak melarikan diri.Merasa agak kesal karena ditabrak, Zayden melirik orang itu dengan sekilas. Dia melihat bahwa orang yang menabraknya adalah anak kecil berusia 5 tahun. Mungkin karena benturan tadi terlalu keras, noda darah dari hidung anak itu menempel pada celana Zayden. Warnanya merah cerah dan sangat mencolok.Zayden tidak terlalu tertarik dengan anak kecil. Tidak memperpanjang masalah ini saja sudah termasuk berbaik hati baginya. Namun, melihat anak yang terus memegangi hidungnya dan tak berani menatapnya, Zayden tiba-tiba merasa tidak tega. "Tunggu, kau berdarah. Aku suruh orang untuk mengobatimu."Dash sama sekali tidak ingin berlama-lama di sini. Jadi, dia berkata, "Nggak usah, Paman. Aku bisa obati sendiri di rumah." Usai bicara, Dash langsung berbalik dan melarikan diri. Zayden mengerutkan alisnya dan menarik tas anak ke
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis