"Salam kenal. Namaku Felya, ibunya Zayden." Meskipun Felya tidak menyukai Audrey, dia tetap menjaga etiket dasarnya.Ibunya Zayden? Audrey mengernyitkan alisnya. Saat dia masuk ke Keluarga Moore lima tahun yang lalu, dia tidak pernah melihat orang ini. Saat ini, orang ini malah mencarinya, Audrey bisa merasakan niat buruk orang ini. Dia tersenyum dingin. "Halo, Bibi. Tapi, hubunganku dan Zayden sudah lama berakhir. Aku masih ada urusan, maaf tidak bisa menemanimu mengobrol terlalu lama."Audrey tidak ingin menambah masalahnya lagi dan berencana untuk pergi.Melihat sikap Audrey yang tidak menghargainya, ekspresi Felya menjadi muram. "Nona Audrey, aku hanya ingin membahas sesuatu denganmu, tidak akan mengganggumu terlalu lama. Kalau kamu sedang sibuk sekarang, aku akan menemuimu di perusahaanmu nanti sore."Mendengar perkataan Felya yang akan menemuinya di perusahaan, Audrey menghentikan langkahnya. Dia baru saja masuk ke perusahaan beberapa hari saja sudah begitu terkenal, apa dia masi
"Maaf, aku sangat sibuk, nggak bisa menemanimu mengobrol lagi." Setelah mengatakan itu, Audrey pergi dari kedai kopi itu.Felya tidak menyangka Audrey akan berbalik mempermalukannya. Dia marah dan melemparkan cangkirnya dengan keras ke meja. Dia berpikir apa maksud Audrey yang mengatakan tidak tertarik dengan Zayden, tetapi malah putranya sendiri yang terus mendekatinya? Dia menjadi makin sebal dengan Audrey. Benar-benar wanita yang tidak tahu diri dan tidak sopan.....Audrey keluar dari ruangan. Meskipun dia berhasil mengembalikan serangan finansial Felya dengan kejam, hatinya masih tetap merasa kesal. Dia juga tidak berselera untuk makan lagi dan hanya membeli roti. Setelah selesai makan, dia kembali ke kantornya lagi.Pada sore harinya, departemen logistik di perusahaan mengirimkan camilan sore untuk semua karyawan. Audrey juga mendapat bagian. Dia melihat sebentar dan menyadari camilan itu adalah beberapa kudapan kesukaannya. Namun, dia tidak ingat ada karyawan perusahaan yang per
Saat Dash sedang memikirkan sesuatu, Emilia mendekat sambil membawa makanan. Melihat ekspresi Dash, dia berkata sambil bercanda, "Kenapa Dash? Ekspresimu ini terlihat sangat mengerikan.""Ah, nggak apa-apa. Tadi aku kalah dalam permainan." Dash tersadar kembali dan memperlihatkan ekspresi jahil. Emilia tersenyum dan berpikir Dash memang masih kecil.Setelah makan, keduanya pulang ke rumah. Dash langsung masuk ke ruang belajar dan segera menyusun program yang dia tulis di tangannya. Sekitar satu jam kemudian, terlihat senyuman puas di wajahnya. Dia berpikir akan ada pertunjukan menarik kali ini.....Keesokan harinya, Dash pergi ke taman kanak-kanak seperti biasanya. Saat waktunya belajar sendiri, dia mengangkat tangannya. "Guru, kepalaku sakit, aku ingin pergi istirahat sebentar."Pengetahuan dasar Dash sangat baik dan sudah menguasai semua materi yang diajarkan di TK. Gurunya juga sangat menyukainya, sehingga mereka tidak banyak bertanya. "Pergilah."Dash segera keluar dari kelas, tet
Zayden memicingkan matanya dan berkata, "Perusahaan menghabiskan banyak uang untuk mempekerjakan kalian untuk keamanan jaringan, apa kalian bahkan nggak bisa menangani hal seperti ini? Apa guna kalian?"Zayden menahan keinginan untuk memukul laptopnya ke kepala manajer departemen itu. Manajer itu berkeringat dingin, tetapi dia tidak berani melawan dan hanya bisa tersenyum getir. Dia takut Zayden akan makin kesal dan langsung memecat mereka semua."Tuan Zayden, kami juga sedang berusaha menyelamatkannya. Hanya saja, IP yang kami lacak itu adalah pengguna umum. Pemakainya terlalu banyak orang dan kacau, jadi kami susah mendapat lokasinya. Khawatirnya, peretas ini sudah mempersiapkan sejak awal untuk menghadapimu."Mendengar ucapannya, tatapan Zayden memicing. Seberkas cahaya dingin melintas di matanya. Memang benar, dengan posisi dan kekuasaan Keluarga Moore, peretas itu tidak akan mungkin bisa nekat berbuat demikian tanpa persiapan terlebih dulu.Zayden terus memikirkan kemungkinan oran
Setelah pesan itu muncul, komputer Dash langsung tidak berfungsi lagi. Wajah Dash yang tadinya gembira, kini tampak serius. Sepertinya dia terlalu antusias tadi sehingga meninggalkan celah. Tak disangka orang-orang di Grup Moore tidak semuanya bodoh. Ternyata mereka masih punya cara seperti ini?....Setelah berhasil mengunci posisi komputer lawan, ekspresi Zayden yang buruk pun kini mulai membaik. Semua informasi tadi adalah umpan yang sengaja dipasangnya. Sesuai dugaan, peretas ini langsung lengah saat melihat nominal uang yang begitu besar dan menunjukkan kelemahannya.Pada saat ini, Zayden langsung mengunci posisi lawan agar dia tidak bisa lagi menyerang sistem keamanan Grup Moore. Selain itu, dia juga menyebarkan virus Trojan yang dapat memberikan umpan balik langsung tentang lokasi dan tipe perangkat tersebut.Zayden segera memasukkan satu baris kode lagi, mengubah data yang dikembalikan menjadi lokasi yang konkret."Alun-alun Sky?" Zayden memicingkan matanya dan berdiri. "Bawa o
Saat mengetahui orang yang ditabraknya adalah Zayden, Dash langsung merasa bersalah. "Maaf, Paman. Aku nggak perhatikan jalan." Dash meminta maaf, lalu hendak melarikan diri.Merasa agak kesal karena ditabrak, Zayden melirik orang itu dengan sekilas. Dia melihat bahwa orang yang menabraknya adalah anak kecil berusia 5 tahun. Mungkin karena benturan tadi terlalu keras, noda darah dari hidung anak itu menempel pada celana Zayden. Warnanya merah cerah dan sangat mencolok.Zayden tidak terlalu tertarik dengan anak kecil. Tidak memperpanjang masalah ini saja sudah termasuk berbaik hati baginya. Namun, melihat anak yang terus memegangi hidungnya dan tak berani menatapnya, Zayden tiba-tiba merasa tidak tega. "Tunggu, kau berdarah. Aku suruh orang untuk mengobatimu."Dash sama sekali tidak ingin berlama-lama di sini. Jadi, dia berkata, "Nggak usah, Paman. Aku bisa obati sendiri di rumah." Usai bicara, Dash langsung berbalik dan melarikan diri. Zayden mengerutkan alisnya dan menarik tas anak ke
Dash takut Zayden akan menangkapnya, lalu diam-diam membunuhnya. Dia mengerahkan seluruh tenaganya untuk berteriak minta tolong, "Tolong! Seseorang tolong aku!"Alun-Alun Sky adalah pusat Kota Slastin sehingga sangat ramai. Ketika mendengar ada anak kecil yang meminta pertolongan, sekelompok orang-orang sontak menoleh untuk melihat.Zayden baru sadar sekarang. Dia mengernyit sembari menghardik, "Hei, jangan sembarangan!" Kapan dirinya menjadi penculik? Jelas-jelas bocah ini yang terlihat mencurigakan, bahkan kemungkinan besar adalah hacker yang menyerang Grup Moore. Benar-benar pintar membalikkan situasi!"Apa yang anak itu katakan tadi? Ada orang yang ingin menculiknya, ya?""Serius? Kalau begitu, cepat lapor polisi!"Ketika melihat wajah mungil Dash yang berlinang air mata, kerumunan mulai bersimpati dan bersiap-siap untuk menelepon polisi.Melihat ini, Zayden tahu bahwa dirinya yang akan repot kalau situasi seperti ini terus berlanjut. Akan tetapi, ada beberapa hal yang harus ditany
Apa? Dash hilang? Kabar ini seketika membuat pikiran Audrey menjadi hampa. Audrey bangkit dari kursinya, bahkan barang-barang di meja terjatuh ke kakinya karena tenaganya terlalu besar. Meskipun begitu, Audrey tetap tidak merasa sakit.Kekhawatiran terhadap Dash telah menguasai pikirannya. Audrey benar-benar gelisah sekarang. Dash memang anak yang pintar, tetapi dia baru berusia 5 tahun. Apalagi anak ini tinggal di luar negeri sejak kecil, jadi tidak tahu apa-apa tentang Slastin. Jika dia diculik ....Audrey makin takut saat memikirkannya. Setelah tersadar kembali, dia baru memberi tahu guru bahwa dirinya akan segera tiba.Sesudah mengakhiri panggilan, Audrey memberi tahu pemimpinnya tentang kejadian ini, lalu segera mengemudikan mobil ke sekolah.Sepanjang perjalanan, Audrey menginjak pedal gasnya hingga kandas, tanpa peduli dirinya melanggar aturan lalu lintas atau tidak.Sesampainya di sekolah, terlihat guru telah menunggunya di pintu masuk. Guru itu pun menceritakan semua yang terj