Ketika melihat orang yang membawa Dash adalah Zayden, Audrey awalnya merasa lega. Setidaknya, dia telah menemukan keberadaan putranya, tidak perlu mencari ke mana-mana lagi. Namun, mengapa Zayden mencari Dash, bahkan membawanya pergi?Audrey tidak bisa menemukan jawabannya. Dia buru-buru mengucapkan terima kasih dan berangkat ke Grup Moore untuk menjemput Dash kembali.Audrey mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Perasaannya benar-benar kacau sekarang. Dia selalu berhati-hati setelah Dash pulang, bahkan tidak ada orang luar yang tahu di mana putranya bersekolah. Lantas, bagaimana Zayden bisa menemukannya? Apa yang sebenarnya dilakukan pria ini?Begitu teringat Dash berada di ruangan yang sama dengan Zayden, Audrey merasa makin gelisah. Dia ingin tiba di Grup Moore secepat mungkin, lalu membawa putranya pergi supaya tidak terjadi hal-hal di luar dugaan.....Di Grup Moore, Zayden membawa Dash ke ruang kantornya. Karena tahu Zayden berkuasa di sini, Dash pun tidak melakukan perl
Setelah memanggil, Zayden tidak tahu harus bagaimana melanjutkan perkataannya. Sementara itu, Audrey baru menyadari bahwa tempat ini adalah wilayah kekuasaan Zayden. Dia harus berhati-hati.Begitu berbalik, Audrey mendapati Zayden sedang menatap Dash dengan sungguh-sungguh. Seketika, jantung Audrey seolah-olah berhenti berdetak. Dia tanpa sadar menggigit bibirnya, lalu bangkit untuk berdiri di depan Dash. Perlindungan yang diberikan Audrey ini pun membuat Zayden tidak bisa melihat wajah anak itu lagi."Tuan Zayden, kamu seharusnya memberiku penjelasan, 'kan? Putraku seharusnya berada di sekolah, kenapa kamu membawanya sampai kemari? Tindakanmu ini nggak ada bedanya dengan penculikan. Aku bisa saja melaporkanmu ke polisi," ucap Audrey dengan dingin.Zayden seketika tersadar saat mendengar perkataan Audrey. Ketika melihat ketidakpercayaan Audrey, dia pun merasa sangat getir. Zayden ingin menjelaskan, tetapi tahu wanita ini tidak akan percaya. Akan tetapi, Zayden tidak sempat menghiraukan
Begitu melontarkan pertanyaan ini, jantung Zayden langsung berdetak kencang. Jika tidak bertemu Dash hari ini, dia tidak mungkin menanyakan hal seperti ini. Ketika melihat wajah Dash yang agak mirip dengannya, bahkan merasa dekat dengan anak ini, sebuah harapan tiba-tiba muncul dalam hati Zayden. Bagaimana kalau Dash adalah anaknya?Audrey tidak menduga Zayden akan bertanya secara terus terang begini. Setelah panik sesaat, Audrey mengepalkan tangannya dengan erat. Rasa sakit ini pun membuatnya menjadi lebih tenang. Akhirnya, dia membalas, "Apa maksudmu? Apa hubungan anak itu denganmu? Apa hakmu untuk menanyakan hal seperti ini? Apa aku harus mengingatkanmu perbuatanmu di masa lalu lagi?"Tebersit kebencian pada sorot mata Audrey. Dia tidak akan melupakan saat dirinya ingin menjelaskan, tetapi pria ini malah menghinanya. Dulu, pria ini begitu yakin bahwa anak di kandungan Audrey adalah anak haram. Lantas, atas dasar apa dia ikut campur setelah Audrey melahirkan dan membesarkan Dash send
Ekspresi Zayden tampak suram. Ketika melihat Christian dan Dash yang begitu akrab, kesedihan pun menyelimuti hatinya. Dia baru menyadari bahwa anak ini bukan hanya mirip dengannya, tetapi juga mirip Christian.Zayden dan Christian sama-sama mewarisi mata besar Timothy. Kebetulan sekali, Dash juga bermata besar. Hanya dengan aspek ini, Zayden sudah yakin bahwa Dash adalah anak Christian.Setelah menenangkan Dash yang cemas, Christian menatap Zayden sambil berkata dengan murung, "Om nggak perlu melakukan tes DNA dengan anakku. Kalau sampai tersebar, orang-orang malah akan mentertawakan kita."Nada bicara Christian tetap lembut seperti biasanya. Namun, dia jelas tidak ingin mengalah. Sesudah itu, dia meneruskan, "Kalau Dash buat masalah, Om bisa memberitahuku. Jangan menyulitkannya.""Ya, benar!" Begitu mendengar Christian membelanya, Dash segera memeluk kakinya dengan makin erat.Zayden merasa sangat sedih saat melihat anak kecil yang begitu berwaspada padanya malah begitu mengandalkan C
Begitu mendengar Audrey membahas tentang dirinya, Dash seketika menggaruk kepalanya dengan canggung. Kemudian, dia menatap Christian dengan sorot mata memohon.Christian tidak berbicara karena tahu Dash memiliki posisi yang sangat penting di hati Audrey. Tingkah Dash yang kabur dari sekolah hari ini bukanlah masalah sepele. Jadi, dia tidak boleh menoleransinya.Melihat Christian tidak berniat untuk membantu, Dash hanya bisa menatap Audrey dan mengejapkan matanya dengan ekspresi lugu. Dia membalas, "Aku hanya nggak ingin dia menindas Mama."Audrey termangu mendengarnya. Dia tidak pernah membahas tentang Zayden, bagaimana Dash tahu tentang pria ini? Apa lagi yang diketahui oleh Dash?Audrey merasa sangat curiga. Dia bergegas membawa Dash pulang karena ingin menginterogasi anak ini. Sementara itu, Christian yang semula ingin ikut malah ditelepon oleh pihak rumah sakit karena ada pasien gawat darurat yang membutuhkan perawatannya.Meskipun Christian tidak mengatur pekerjaan apa pun pada ke
Audrey tidak merasakan ada keanehan di tempat parkir. Kini, yang ada di pikirannya hanya masalah Dash dengan Zayden. Dia tahu bahwa Dash adalah anak yang cerdas, bahkan IQ-nya jauh lebih tinggi dari anak seusianya. Terkadang, Audrey pun bukan lawannya.Setelah masuk ke mobil, Audrey menyuruh Dash duduk dengan patuh. Kemudian, dia mengemudikan mobilnya ke sebuah taman kosong.Audrey bertanya dengan tegas, "Dash, apa saja yang kamu ketahui tentang Zayden? Sebenarnya, apa yang terjadi hari ini?"Dash tahu bahwa dia tidak bisa mengelabui ibunya. Dia menghela napas, lalu menjawab, "Mama, aku mendengar kamu bertengkar dengan pria itu hari itu. Aku menyelidiki identitasnya dan tahu namanya Zayden. Seingatku, kamu sering mimpi buruk dulu. Kamu terus menyebut nama Zayden. Aku yakin dia pernah menindasmu, jadi aku harus membalas dendam."Audrey membelalakkan matanya. Dulu dia memang sering bermimpi buruk, tetapi tidak menyangka Dash yang masih begitu kecil akan mengingat semua itu. Bahkan, anak
Pada akhirnya, Dash terpaksa mengangguk melihat ekspresi Audrey yang begitu tegas. Dia tidak lagi menentang. Ibunya sudah mencarinya dengan susah payah hari ini, dia tidak ingin membuatnya susah lagi.Begitu memikirkan ini, Dash bersandar di pelukan Audrey dan berucap, "Nggak peduli apa yang Mama lakukan, aku akan selalu menjadi pendukung nomor satu. Pokoknya, Mama harus tahu aku yang paling mencintaimu. Aku nggak akan membuatmu khawatir lagi lain kali."Suara Dash terdengar lembut, membuat hati Audrey menghangat. Dia menepuk ringan tubuh anaknya dan mencium aroma tubuhnya yang wangi. Seketika, Audrey merasa sangat tenang. Dia benar-benar puas melihat putranya yang begitu cerdas dan pengertian. Selama Dash menemaninya, kesulitan apa pun bisa dilewatinya dengan mudah.Dengan demikian, anak dan ibu itu menikmati waktu mereka bersama. Tiba-tiba, ponsel Audrey berdering.Begitu melihatnya, Audrey mendapati itu adalah panggilan dari guru sekolah. Dia seketika merasa agak bersalah. Karena te
Setelah presdir itu berbicara demikian, Audrey menoleh untuk melihat, tetapi tidak ada orang yang berniat untuk menolak. Jadi, dia hanya bisa mengurungkan niatnya.Bagaimanapun, Audrey hanya akan terkesan aneh kalau mencari alasan untuk tidak menghadiri acara yang diadakan oleh atasannya.Setelah berpikir sesaat, Audrey merasa Zayden tidak akan hadir karena terlalu sibuk. Mungkin, pria ini juga tidak punya waktu untuk memedulikannya. Dia tidak perlu khawatir berlebihan.Atasan pun mengumumkan bahwa rapat berakhir. Audrey memeriksa jam, lalu merapikan dokumen-dokumennya dan meletakkannya kembali ke ruang kantor. Kemudian, dia pergi menjemput Dash.Setelah kejadian hari ini, Audrey harus berangkat lebih awal untuk menjemput putranya supaya bisa merasa tenang.Sesampainya di sekolah, Audrey turun dari mobil dan melihat banyak orang yang telah menunggu. Dia berdiri di belakang kerumunan sambil bermain ponsel untuk menunggu Dash pulang.Setelah menunggu sesaat, bel pulang sekolah akhirnya b
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis