Setelah presdir itu berbicara demikian, Audrey menoleh untuk melihat, tetapi tidak ada orang yang berniat untuk menolak. Jadi, dia hanya bisa mengurungkan niatnya.Bagaimanapun, Audrey hanya akan terkesan aneh kalau mencari alasan untuk tidak menghadiri acara yang diadakan oleh atasannya.Setelah berpikir sesaat, Audrey merasa Zayden tidak akan hadir karena terlalu sibuk. Mungkin, pria ini juga tidak punya waktu untuk memedulikannya. Dia tidak perlu khawatir berlebihan.Atasan pun mengumumkan bahwa rapat berakhir. Audrey memeriksa jam, lalu merapikan dokumen-dokumennya dan meletakkannya kembali ke ruang kantor. Kemudian, dia pergi menjemput Dash.Setelah kejadian hari ini, Audrey harus berangkat lebih awal untuk menjemput putranya supaya bisa merasa tenang.Sesampainya di sekolah, Audrey turun dari mobil dan melihat banyak orang yang telah menunggu. Dia berdiri di belakang kerumunan sambil bermain ponsel untuk menunggu Dash pulang.Setelah menunggu sesaat, bel pulang sekolah akhirnya b
Audrey duduk di sudut sambil menyesap minumannya sedikit demi sedikit. Dia memang tidak suka bergaul dengan orang, apalagi mencuri pusat perhatian. Tujuannya memang hanya untuk setor muka.Tidak berselang lama, seorang bule bermata biru menghampiri Audrey sambil menyapa, "Audrey, lama nggak jumpa.""Seth," sapa Audrey balik. Proyek kali ini sangat penting sehingga kantor pusat ikut mengutus orang ke sini. Seth adalah atasan Audrey dulu. Dia sangat mengagumi kinerja Audrey. Jadi, keduanya mengobrol panjang lebar karena sudah lama tidak bertemu.Tiba-tiba, terdengar suara musik yang elegan di aula. Sepertinya, sudah tiba waktunya untuk berdansa. Audrey tentu tidak tertarik dengan hal ini, tetapi Seth ingin mencobanya. Dia maju untuk mengundang. "Audrey, ayo berdansa denganku."Audrey tertegun sejenak. Dia ingin menolak, tetapi Seth tampak dipenuhi antusiasme. Pria ini bahkan langsung menarik Audrey, membawanya ke lantai dansa.Audrey tentu tidak bisa menolak lagi. Sayangnya, karena sudah
Hanya saja, meskipun berpikir demikian, Audrey tetap tidak bereaksi secara berlebihan karena ada banyak orang di lantai dansa. Bagaimanapun, dia tidak ingin menjadi pusat perhatian karena masalah kecil seperti ini. Saat ini, Audrey memelototi Zayden dan berkata dengan suara rendah, "Lepaskan tanganmu."Akan tetapi, pria itu malah menatap ekspresi kesal Audrey dengan antusias. Zayden sudah lama tidak melihatnya sedekat ini. Berhubung memiliki kesempatan untuk menikmati rasanya memeluk Audrey, bagaimana mungkin dia akan melepaskannya begitu saja? Itu sebabnya, Zayden berpura-pura tidak mendengar protes wanita itu dan sebaliknya memeluk pinggangnya dengan makin erat.Begitu merasakan kehangatan tangan Zayden yang menembus kain pakaiannya, wajah Audrey pun makin memerah. Sementara itu, lagu dansa juga telah diputar. Orang-orang di sekitar mulai berdansa dengan mengikuti irama musik."Lagunya sudah diputar, jadi jangan mengganggu orang lain," bisik Zayden di telinga Audrey. Setelah itu, dia
Wanita ini bukanlah orang lain, melainkan Yasmin yang telah lama menghilang. Dia menatap Audrey lekat-lekat untuk waktu yang lama. Setelah orang di belakangnya mengajaknya berbicara, Yasmin baru tersadar kembali dan menenangkan diri.Hanya saja, Yasmin masih merasa sangat terkejut. Barusan, dia melihat jelas bahwa orang yang tengah menari bersama Zayden di tengah lantai dansa itu adalah Audrey. Yasmin tidak akan pernah melupakan paras wanita itu.Akan tetapi, bukannya Audrey telah meninggal? Bagaimana dia bisa muncul di acara seperti ini dalam keadaan baik-baik saja dan menjadi pusat perhatian semua orang?Yasmin meremas erat gelas anggur di tangannya. Di masa lalu, ketika Keluarga Conner hancur karena dibalas dendam oleh Zayden, Yasmin seketika berubah dari seorang nona muda yang dihormati menjadi pembawa sial yang diabaikan oleh semua orang.Pada akhirnya, Yasmin hanya bisa melarikan diri dari Slastin dalam keadaan menyedihkan. Namun, Yasmin sudah terbiasa hidup nyaman sepanjang hidu
Yasmin menunggu sebentar di samping, lalu berjalan mendekat dengan membawa segelas anggur. Ketika tiba di samping Audrey, dia berpura-pura berdiri dengan tidak stabil dan akhirnya tersandung. Alhasil, anggur di gelasnya langsung tumpah ke gaun Audrey.Lantaran tubuhnya tiba-tiba basah karena anggur, Audrey yang duduk di sana pun terperanjat. Yasmin segera meminta maaf sembari mencoba membersihkan gaunnya dengan saputangan, "Maaf, Nona. Tadi, aku berdirinya nggak stabil, jadi anggurnya tumpah ke gaunmu. Mohon maaf sekali.""Nggak apa-apa," jawab Audrey. Dia awalnya lumayan kesal, tetapi setelah mendengar bahwa orang ini tidak sengaja dan bahkan meminta maaf secara tulus, dia tidak dapat berkata apa-apa. Dia hanya bisa menganggap dirinya sial.Segera setelah itu, Audrey hendak membersihkan noda anggur yang membekas. Akan tetapi, gaun yang dikenakannya memang berwarna terang. Setelah terkena anggur, warna merahnya terlihat sangat jelas. Tak peduli dibersihkan dengan cara apa pun, nodanya
Mata pria itu sontak berbinar-binar. Awalnya, dia mengira bahwa Yasmin pasti membayarnya untuk melecehkan wanita yang sangat jelek. Tidak disangka, dia ternyata begitu cantik. Pria itu perlahan mendekat dan tersenyum makin cabul.Audrey yang mendengar suara langkah kaki pun membuka matanya dengan susah payah. Segera setelah itu, dia melihat seorang pria cabul mendekatinya dengan senyuman mesum. Kini, dia sontak memahami bahwa dirinya telah dijebak. Dia ingin berdiri dan melarikan diri, tetapi tubuhnya sangat lemas sekarang.Melihat situasi ini, pria itu langsung mendekat sembari berkata, "Cantik, jangan mengekang lagi. Dari penampilanmu ini, pasti sangat merindukan kasih sayang pria, 'kan? Biarkan aku memuaskanmu. Aku jamin kamu pasti akan ketagihan ...."Audrey merasa sangat panas di seluruh tubuhnya, tetapi dia masih berusaha untuk menjaga sedikit akal sehatnya. Tak lama kemudian, dia berkata, "Aku nggak mengenalmu, jadi cepat pergi dari sini. Kalau nggak, aku nggak akan melepaskanmu
Audrey merasa napasnya hampir berhenti. Pada saat ini, benaknya hanya memikirkan sebuah nama. Zayden ....Telepon barusan adalah dari pria itu. Zayden ada di tempat ini. Jika dia tidak datang, Audrey akan celaka. Di saat Audrey merasa putus asa, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dan seseorang yang bertanya, "Di sini tempatnya?"Zayden menatap pintu yang tertutup rapat itu dan bertanya. Mendengar suara Zayden, Audrey ingin langsung bersuara untuk memberi tahu Zayden lokasinya. Namun, sebelum Audrey sempat bersuara, mulutnya telah dibungkam oleh pria itu."Umph! Umph!"Tangan kotor pria itu menutup mulutnya, membuat Audrey hampir saja muntah. Audrey berusaha meronta-ronta, tetapi perjuanganku sia-sia. Pada saat ini, tidak ada lagi terdengar suara dari luar pintu. Sepertinya Zayden telah pergi.Sorot mata Audrey menggelap. Namun detik berikutnya, pintu itu tiba-tiba ditendang hingga terbuka oleh seseorang. Audrey langsung membelalakkan matanya melihat Zayden berjalan masuk. Hatinya y
Zayden hanya bisa menarik napas dalam-dalam untuk menekan niat buruk dalam hatinya. "Jangan bercanda lagi, aku bawa ke rumah sakit." Namun, Audrey tentu saja tidak bisa berpikir lagi, dia hanya terkulai lemas dalam pelukan Zayden.Zayden tak kuasa menelan air liurnya. Matanya memandang Audrey dengan tatapan berkobar saat bertanya, "Apa kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan?"Audrey menggelengkan kepalanya. Di bawah pengaruh obat, Audrey tidak bisa lagi berpikir jernih. Melihat Zayden yang berdiri kaku, Audrey hanya menarik pakaiannya dengan erat dan menggigit bibir Zayden dengan kuat.Rasa sakit di bibirnya membuat udara di dalam mobil semakin panas. Tubuh Zayden terasa makin kaku dan napasnya juga makin memburu. Dalam beberapa tahun ini, bukannya tidak ada wanita yang pernah mencoba mendekatinya. Namun, tak ada seorang pun yang bisa membuat Zayden merasa seperti ini.Namun, di hadapan Audrey, akal sehat Zayden yang selama ini dibangga-banggakannya malah tidak bisa bereaksi normal. Di