Timothy sama sekali tidak bisa menerima hasil pemeriksaan psikiater itu. Namun, dia juga tidak memiliki pilihan dan hanya bisa menyuruh psikiater itu untuk segera mencari cara. Entah dengan terapi psikologis atau cara lainnya, pokoknya dia harus menyembuhkan Zayden.Namun, tidak peduli apa pun yang mereka lakukan, Zayden tetap terlihat putus asa dan tidak memedulikan siapa pun. Dia enggan bereaksi dengan urusan apa pun, sehingga proses terapi psikologis menjadi sangat sulit.Melihat penampilan Zayden yang makin kusam, Timothy merasa ingin memberi tahu kebenarannya, tetapi dia tetap menahan diri. Kelihatannya, perasaan Zayden terhadap wanita itu sudah cukup dalam sekarang. Jika tahu Audrey sebenarnya masih belum mati, Zayden mungkin akan pergi mencarinya lagi. Pada saat itu, tidak tahu seberapa besar kekacauan yang akan terjadi. Dia merasa tidak berdaya dan hanya bisa memerintahkan orang untuk terus menjaga Zayden sembari dia mencari cara lain.Timothy segera teringat seseorang yaitu ib
Zayden berpikir mungkin Audrey sangat membencinya, sehingga Audrey tidak bersedia untuk masuk ke mimpinya.Saat Zayden sedang berpikir dan menghina dirinya, terdengar suara langkah kaki di luar pintu. Kemudian, seorang pria berjubah putih masuk. Begitu masuk ke dalam kamar, pria itu tidak seperti psikiater lainnya yang menjaga jarak aman terlebih dahulu. Pria itu malah langsung mendekati Zayden dan mondar-mandir di depannya. Saat menyadari Zayden sama sekali tidak bereaksi dengan kehadirannya, mata pria itu berbinar.Saat tidak ada yang memperhatikan, pria itu mengeluarkan botol semprotan kecil di tangannya dan menyemprotkan cairan berbau aneh di sekitar Zayden. Beberapa saat kemudian, pria itu mengeluarkan liontin kristal lagi dan mengayunkannya di depan Zayden. Beberapa hari ini, ada yang mencoba terapi hipnotis kepada Zayden, tetapi selalu tidak berhasil karena pertahanan psikologis Zayden terlalu kuat. Namun kali ini, Zayden terhipnotis karena efek cairan itu dan tatapannya tertuju
"Tentu saja berhasil. Dengan kemampuan hipnotisku ditambah dengan obat bius yang kuat, pria itu malam ini pasti akan mengikuti isyaratku untuk lompat dari gedung."Begitu mendengar Zayden malam ini akan mati, tatapan Vivi terlihat sangat gembira. Lagi pula, keadaan Zayden saat ini terlihat tidak bersemangat. Jika Zayden benar-benar sudah mati, orang lain juga akan menganggapnya bunuh diri demi cinta dan tidak akan ada orang yang mencurigainya. Pada saat itu, semua aset Keluarga Moore akan jatuh di tangan mereka sebagai keluarga anak pertama. Mereka bisa melakukan apa pun yang diinginkan dan tidak perlu dikendalikan siapa pun lagi.Saat membayangkan kehidupan berkuasanya, Vivi sangat tidak sabar menunggu jam 12 malam ini dan melihat kejadian Zayden yang mati mengenaskan karena melompat dari gedung."Tenang saja, Pak. Asalkan masalah hari ini berjalan lancar, aku akan memberikan tambahan setengah dari harga yang sudah kita sepakati sebelumnya.""Sepakat."Saat mendengar ada begitu banyak
Sebelum Zayden menyelesaikan perkataannya, Felya tiba-tiba melayangkan tamparan dengan kuat dan memaki, "Omong kosong apa yang kamu katakan! Sadarlah sedikit!"Zayden termangu karena tamparan ini, tetapi rasa sakit di wajahnya membuat pikirannya menjadi lebih jernih. Dia memegang pipinya sambil menatap Felya. Tebersit keheranan pada sorot matanya. "Ibu?""Ya, ini aku." Ketika melihat ekspresi terkejut Zayden, Felya merasa agak sedih. Dia melanjutkan, "Aku datang untuk melihatmu, tapi malah terkejut setengah mati dibuatmu. Gimana? Masih ingin lompat? Kalau iya, aku akan menemanimu."Zayden sudah lebih tenang sekarang. Dia tidak mungkin mengorbankan nyawa ibu kandungnya. Jadi, Zayden pelan-pelan mundur dari jendela.Ketika melihat Zayden sudah benar-benar tenang, Felya menghela napas dan berucap, "Mudah saja kalau ingin mati. Tapi, apa dia akan senang kalau melihatmu begini? Kalau memang merasa bersalah, kamu seharusnya berpikir apa yang bisa kamu lakukan demi dia dan orang-orang yang di
Ketika mendengar perkataan Felya ini, Timothy merasa senang sekaligus sedih. Dia senang karena Zayden akhirnya bisa mendapatkan kasih sayang seorang ibu setelah bertahun-tahun. Dia sedih karena tidak tahu kapan Felya akan melupakan kebencian dalam hatinya.....Di dalam kamar yang gelap gulita, Audrey berbaring di ranjang dengan mata terpejam. Tangan wanita ini tampak mencengkeram seprai dengan erat.Audrey tidak bisa tidur nyenyak selama beberapa hari ini. Setiap kali memejamkan matanya, dia akan teringat pada kejadian di ruang operasi pada hari itu. Peristiwa itu bagaikan potongan film yang terus diputar di benaknya.Meskipun tahu dirinya sudah aman, Audrey masih tidak bisa terlepas dari mimpi buruk itu. Perasaan putus asa itu membuatnya tidak berani tertidur lelap. Sekarang, dia bisa tertidur juga karena tubuhnya sudah terlalu lelah.Akan tetapi, Audrey malah bermimpi dirinya kembali ke ruang operasi yang menakutkan itu. Dia pun mengernyit dan tubuhnya yang rileks menjadi tegang.Ha
Christian bukan orang yang suka mencari tahu isi hati seseorang. Hanya saja, dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya sekarang. Dia tidak ingin Audrey tahu Zayden mogok makan selama beberapa hari ini. Dia khawatir hati Audrey melunak, lalu pulang untuk menjenguk pria itu.Mendengar pertanyaan ini, Audrey tersenyum tipis seraya menjawab, "Nggak akan. Kesempatan hanya datang sekali. Dia bersikeras ingin menggugurkan kandunganku dan nggak peduli pada nyawaku. Jadi, untuk apa dia berpura-pura sedih setelah aku mati?"Ketika mengatakan itu, Audrey tak kuasa mengepalkan tangannya dengan geram. Dia menambahkan, "Meskipun dia ingin bunuh diri karena kematianku, aku hanya akan merasa tindakannya konyol."Setelah melihat kebencian Audrey, Christian seketika merasa lega. Asalkan Audrey tidak luluh, hatinya akan tenang. Christian telah bertekad akan menjaga wanita ini dengan baik, membantunya melupakan kebencian di hatinya.....Di bawah pengawasan Felya, kondisi Zayden akhirnya membaik. Ketika
Pada akhirnya, Zayden hanya bisa menyuruh Caleb mencari orang yang dekat dengan Audrey. Caleb sebenarnya ingin sekali menasihati bosnya bahwa Audrey telah tiada, untuk apa menyelidikinya lagi? Sebaiknya dilupakan saja.Akan tetapi, Caleb tidak mengatakan apa pun. Setelah melakukan penyelidikan, dia menemukan satu-satunya sahabat Audrey, yaitu Emilia.Zayden segera menelepon Emilia. Permintaannya tidak banyak, dia hanya menginginkan selembar foto Audrey, cukup selembar.Sayangnya, begitu Zayden menelepon dan memperkenalkan diri sendiri, Emilia langsung mengakhiri panggilan tanpa rasa sungkan sedikit pun.Emilia tahu bahwa Audrey baik-baik saja. Namun, ketika teringat sahabatnya hanya bisa tinggal di luar negeri dan mereka akan sulit untuk bertemu, kekesalan langsung menyelimuti hatinya.Seandainya Zayden bisa berpikir sedikit saja dan memercayai Audrey, hasilnya mungkin akan berbeda. Mereka berdua mungkin sudah melewati kehidupan bahagia dengan anak mereka.Makin dipikirkan, amarah Emil
Mungkin, Audrey tidak pernah menduga bahwa kehidupannya akan berakhir di usia muda seperti ini.Sorot mata Zayden tampak sedih. Dia merasa senyuman Audrey adalah ejekan terbesar untuknya. Dia mengalihkan pandangannya, tidak berani menatap foto tersebut.Ketika menundukkan kepala, Zayden baru mendapati nama pada batu nisan itu. Tidak disebutkan siapa orang tuanya, juga tidak ditulis bahwa Audrey adalah istrinya. Hanya ada nama Audrey Conner, seolah-olah wanita ini tidak punya hubungan dengannya.Zayden tiba-tiba merasa sekujur tubuhnya dingin. Dia berkata, "Tidak, Audrey tidak boleh dikuburkan begitu saja. Dia istriku."Hanya suami istri yang mengikat benang merah di tangan mereka. Tanpa benang tersebut, bagaimana Zayden bisa menemukan Audrey kelak?Emilia terkekeh-kekeh sinis sambil menyahut, "Istri? Bukannya kalian sudah bercerai sejak dulu?""Aku tidak pernah menyetujui perceraian itu!" teriak Zayden dengan murka.Emilia sama sekali tidak terkejut mendengarnya. Dia membalas, "Masa? K
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis