Zayden tidak bisa menahan tawa saat melihat sorot mata Audrey. Wanita ini mengira dirinya akan menghentikan operasi hanya karena ancamannya?"Tenang saja. Tanpa izin dariku, kamu tidak akan mati," sahut Zayden dengan nada datar. Akan tetapi, Audrey justru ketakutan mendengarnya."Kalau kamu menolak untuk makan, aku bisa membuatmu diinfus seumur hidup. Silakan dicoba kalau tidak takut," lanjut Zayden sambil memicingkan matanya yang tampak kejam.Tiba-tiba, Audrey merasa pria di hadapannya sangatlah asing. Dia sepertinya belum mengenal Zayden yang seperti ini, lugas dan ingin mendapatkan segala yang diinginkan. Hanya dengan satu kata darinya, pria ini sudah bisa membuat orang setengah mati.Sesudah melontarkan kalimat itu, Zayden langsung berbalik dan pergi. Di sisi lain, Audrey memandang sosok belakangnya dengan sangat tenang. Sepertinya, dia tidak bisa melarikan diri lagi sekarang."Zayden, jika suatu hari kamu tahu anak di kandunganku adalah anakmu dan dibunuh olehmu sendiri, apa kamu
Zayden berdiri di depan pintu ruang operasi dan mendengar suara di dalam yang awalnya sangat kacau, tetapi perlahan-lahan menjadi tenang. Dia bisa membayangkan adegan di dalam, sebuah operasi yang berjalan dengan lancar. Namun, adegan yang dibayangkan itu tidak membuatnya senang sesuai yang diharapkannya. Dadanya malah tiba-tiba merasa sesak.Waktu berlalu dengan lambat dan terasa sangat lama. Zayden merasa tidak tahan dan mengeluarkan sebungkus rokok dari sakunya. Dia ingin menyalakan rokoknya, tetapi teringat tidak boleh merokok di tempat itu. Saat dia perlahan-lahan meremas bungkusan rokoknya, dia mendengar suara langkah kaki yang panik dari belakangnya. Dia menoleh dan melihat Christian bergegas mendekat.Christian hanya bisa meminta bantuan Timothy karena khawatir dengan keselamatan Audrey. Timothy awalnya tidak ingin ikut campur, tetapi terpaksa membantunya karena Christian mengancam Timothy dengan nyawanya sendiri. Setelah mengetahui posisi Audrey, dia segera bergegas ke sana, t
Mendengar perkataan dokter, kedua pria itu langsung menghentikan pertengkaran mereka. Zayden langsung mendekat dengan ekspresi tidak percaya. "Apa yang terjadi? Kenapa bisa pendarahan parah? Ini hanya operasi kecil!"Christian bangkit dan menatap Zayden dengan tatapan yang penuh kebencian. "Nggak ada operasi yang jamin akan berhasil. Kamu ini sedang bermain-main dengan nyawa Audrey!"Saat ini, Zayden sudah tidak bisa mendengar perkataan apa pun. Dia buru-buru ingin masuk ke ruang operasi. Melihat kejadian itu, beberapa dokter dan perawat segera menghalanginya. "Tuan Zayden, ini adalah wilayah steril, kamu tidak boleh masuk!"Takut Zayden akan memaksa untuk masuk ke ruang operasi dan menyebabkan konsekuensi yang lebih serius, beberapa pengawal segera mendekat dan menariknya.Zayden ditarik keluar dari ruang operasi dengan paksa. Meskipun belum sempat melihat apa pun, dia bisa mencium bau darah yang sangat kuat. Baunya sangat kuat seolah-olah semua darah Audrey telah mengalir habis di te
Melihat Zayden, dokter menundukkan kepalanya dengan malu. "Maaf, Tuan Zayden. Nona Audrey sudah ...."Begitu mendengar perkataan dokter, Zayden tertegun. Dia mendengar semua kata-katanya dengan sangat jelas, tetapi tidak berniat untuk meresponsnya. Beberapa saat kemudian, dia tiba-tiba meraung dan meraih kerah baju dokter. "Ini bukan dia, tidak mungkin ini adalah dia. Dia tidak akan mati!"Melihat mata Zayden yang memerah, dokter menjelaskan dengan ekspresi sedih, "Tuan Zayden, tolong tenang. Kami juga tidak ingin situasinya menjadi seperti ini, tapi kami sudah berusaha keras."Sendi tangan Zayden berderak karena meraih kerah baju dokter terlalu kuat. Melihat kejadian itu, dokter buru-buru menyuruh orang menarik Zayden karena takut Zayden akan kehilangan kendali. Namun, orang-orang itu belum sempat menyentuhnya, Zayden sudah mendorong semua orang.Zayden berjalan ke samping ranjang itu dengan terhuyung-huyung dan kedua tangannya yang bergetar membuka kain putih itu. Dia bahkan mencoba
Audrey merasa dirinya seolah-olah tenggelam di lautan yang terus menariknya. Terdengar suara orang yang menyuruhnya jangan mati dan ada juga yang sedang menangis. Suara-suara yang kacau itu membuatnya tidak bisa tidur dengan tenang. Dia tiba-tiba membuka matanya dan menyadari dirinya sedang berbaring di sebuah tempat tidur besar yang sangat empuk. Seluruh tubuhnya terasa ringan, seolah-olah tidak memiliki beban sedikit pun.Setelah tertegun sejenak, pikirannya baru mulai berfungsi kembali dan kejadian sebelum pingsan, semuanya muncul kembali di pikirannya. Dia ingat kejadian Zayden memaksanya masuk ke dalam ruang operasi dan menyuruhnya melakukan aborsi. Dia juga ingat Zayden bilang wanita sepertinya tidak pantas untuk melahirkan anak Zayden. Saat terpikir perkataan Zayden yang menyakitkan dan punggung Zayden yang tanpa belas kasihan, membuat hatinya merasa sakit.Audrey mengulur tangannya dan mengelus perutnya untuk merasakan apakah anaknya benar-benar sudah tiada. Namun, tubuhnya sam
Bagi Zayden, Audrey adalah seorang wanita yang penuh motif tersembunyi dan tidak tahu malu. Zayden bahkan merasa jijik dengan anak di perutnya dan memaksanya untuk melakukan aborsi. Namun, untuk apa Audrey melakukan hal yang begitu kejam demi seorang pria yang tidak pernah memercayainya ini? Audrey tidak punya kenangan baik di tempat ini, malah meninggalkan luka kepadanya seumur hidup. Bisa melarikan diri dari tempat itu adalah hal terbaik."Aku tentu saja bersedia pergi, tapi aku harus tanya pendapat ibuku .... Bolehkah aku bertemu ibuku?"Audrey tidak tahu apakah ibunya bersedia meninggalkan tempat yang selama ini sudah menjadi tempat tinggalnya. Apalagi, ibunya juga melihat kejadian saat Zayden menariknya pergi dan pasti merasa sangat khawatir, sehingga dia ingin memberi tahu ibunya bahwa dia aman.Melihat situasi itu, Christian berkata, "Bibi seharusnya nggak keberatan atau kamu hubungi saja dia dulu." Mendengar perkataan itu, Audrey langsung menganggukkan kepalanya.Christian meng
Zayden terlelap di tempat tidur karena pengaruh obat penenang, tetapi hatinya sama sekali tidak merasa tenang. Hanya ada mimpi-mimpi yang kacau di pikirannya. Dia sepertinya kembali ke ruang operasi itu. Namun kali ini, dia tidak menunggu di luar, melainkan berada di dalam dan menyaksikan di samping dengan dingin.Zayden melihat Audrey menangis dan berteriak. Audrey memohon mereka untuk jangan menyakiti anaknya dengan suara yang putus asa dan menyedihkan. Hatinya merasa sangat sakit dan terus berusaha mengulurkan tangannya. "Jangan operasi lagi. Semuanya hentikan dan keluar dari sini!"Zayden berteriak dengan putus asa ingin menghentikan orang-orang itu, tetapi semua itu tidak berarti. Orang-orang di ruang operasi terlihat tanpa ekspresi apa pun dan tetap memulai prosedur operasi dengan kejam. Zayden hanya bisa melihat semuanya dalam diam.Zayden melihat orang-orang itu menyuntikkan obat bius kepada Audrey yang menangis tersedu-sedu dan memasukkan alat operasi yang dingin ke dalam tubu
Begitu mendengar perkataan Caleb, Zayden yang awalnya memberontak dengan keras langsung tertegun. Dia mengedipkan matanya, lalu melihat ke arah Caleb yang sedang berbicara. "Apa katamu? Apa kata-kata ini boleh sembarangan diucapkan?"Caleb baru pertama kali melihat ekspresi Zayden yang memohon seperti itu. Pria yang selalu terlihat sangat berkuasa, ternyata ada saatnya tidak berani menghadapi kenyataan juga. Namun, dia tidak bisa membohongi Zayden. Jika terus berbohong, hal itu hanya akan membuat Zayden makin enggan menghadapi kenyataan. "Dia benar-benar sudah mati. Tuan Zayden, kamu sudah pingsan selama tiga hari, mayatnya sudah dikremasi ...."Caleb memalingkan wajahnya dan berbicara dengan sedih. Dia memang tidak puas dengan beberapa tindakan Audrey, tetapi bagaimanapun juga, Audrey adalah seseorang yang hidup dan pernah mengenalnya. Dia juga tidak berani percaya Audrey sudah mati. Namun, saat mayat Audrey dikremasi, dia juga berada di sana dan melihat dengan matanya sendiri Audrey
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis