Zayden menyipitkan matanya, lalu menatap Shania dengan tatapan yang menginterogasi seakan-akan mencoba untuk melihat isi hati Shania. Shania sontak merasa bergidik karena ini pertama kalinya Zayden menunjukkan kecurigaan kepada dirinya.Dia pun berpikir, apa mungkin Zayden telah mengetahui sesuatu?Shania hendak mengatakan sesuatu, tetapi sikap Zayden yang begitu mendominasi membuat pikiran Shania seketika menjadi kosong. Bibirnya sedikit bergetar, tetapi dia tidak bisa mengatakan apa pun.Reaksinya ini membuat Zayden semakin merasa bahwa ada yang tidak beres. Namun, pada saat ini suara Timothy terdengar, "Zayden, Shania, apa yang sedang kalian lakukan? Tuangkan segelas air untukku."Shania merasa bahwa dirinya baru saja mendapatkan pertolongan yang besar. Dia pun bergegas bangkit untuk menuangkan segelas air kepada Timothy. Namun, Zayden juga mendekat dan tentu tidak akan membiarkan Shania melewatkan hal ini dengan begitu mudah."Aku tidak tahu apa yang sudah kamu lakukan, tapi aku bi
Zayden awalnya ingin segera mencari Audrey dan meminta penjelasannya tentang hal ini. Namun, saat dia naik ke mobil dan hendak pergi ke rumah sakit tempat Audrey dirawat, Zayden mendadak mencabut kunci mobilnya kembali.Audrey hanya menerima sebuah pesan dan langsung memblokirnya dengan tegas. Kalau begitu, untuk apa dia harus pergi menjelaskannya? Mungkin saja, Audrey sama sekali tidak berharap mendengar penjelasan darinya.Bagaimanapun juga, Zayden pernah meminta Audrey untuk menjauh dari Christian, lalu berada di sisinya dengan patuh dan jangan sembarangan pergi. Akan tetapi, wanita terkutuk ini sama sekali tidak pernah bersikap patuh. Sebaliknya, Audrey justru bersikap sangat tegas saat memutuskan hubungan dengannya.Semakin dipikirkan, Zayden merasa semakin kesal. Dia pun melemparkan kunci mobilnya di samping dan kembali menyalakan sepuntung rokok sambil duduk di dalam mobil.…Audrey yang telah tiba di rumah Emilia mulai membersihkan kamar dengan sederhana dan memasak makan malam
Demi mengalihkan perhatiannya, Audrey membuka ponselnya dan menekan tombol musik. Tidak butuh waktu yang lama, Audrey telah tiba di bawah gedung perusahaan tempat dia akan menghadiri wawancara kerja. Pewawancara telah menanyakan beberapa pertanyaan dan Audrey juga menjawabnya dengan sangat mudah. Kemudian, pewawancara itu menyuruh Audrey untuk menunggu hasil di luar. Tepat saat Audrey merasa bahwa dia akan mendapatkan pekerjaan ini, seseorang berjalan keluar dari dalam dan berkata, "Maaf, Nona Audrey. Kriteriamu ini memang sangat bagus, tapi kamu sedang hamil sekarang. Perusahaan kami nggak bisa mempekerjakanmu."Audrey membuka mulutnya dan hendak menjelaskan bahwa gejala kehamilannya tidak begitu parah sehingga tidak akan memengaruhinya. Dia juga tidak berniat mencari perusahaan untuk membiayai kehamilannya dan akan melakukan segala pekerjaan yang harus dia lakukan.Namun, pewawancara itu tidak memberikannya kesempatan untuk menjelaskan dan langsung menyuruh Audrey untuk pergi. Hasil
Audrey mendongak, lalu sontak mengernyitkan alisnya saat melihat wajah wanita itu. Ternyata orang itu adalah Maria?Audrey sama sekali tidak menyangka bahwa dia akan bertemu Maria di sini, mengingat pertemuan mereka beberapa kali sebelumnya tidak pernah menyenangkan. Audrey benar-benar tidak ingin terlibat dalam konfrontasi lebih lanjut dengan wanita seperti ini."Kalau nggak ada urusan lain, aku pergi dulu," kata Audrey sambil mengangguk dengan sopan sebelum berbalik dan pergi.Nada bicara Audrey terdengar sangat dingin, tetapi Maria sama sekali tidak emosi. Dia melangkah maju untuk menghalangi jalan Audrey, lalu menatap Audrey sambil tersenyum dengan sangat aneh. Bahkan, Audrey merasa senyumannya jauh lebih aneh dibandingkan semua ekspresi dingin yang dia jumpai hari ini. Dalam ingatan Audrey, Maria bukanlah orang yang mudah bergaul. Audrey pun merasa takut ketika melihat Maria menatapnya seperti itu."Audrey, bagaimanapun kita sudah kenal sangat lama, kita juga temenan saat kuliah
Mendengar hal itu, Audrey langsung berdiri dengan penuh semangat. Namun, dia tetap bersikap waspada sambil berkata, "Bagaimana aku bisa percaya kamu akan memenuhi janjimu?""Aku bisa menyuruh orang untuk menuliskan persyaratan ini," ucap Maria yang langsung memanggil pengacara dan memintanya untuk menambahkan perkataannya barusan ke dalam kontrak.Kali ini, Audrey memastikannya dengan cermat, lalu memutuskan untuk pergi setelah berpikir sejenak. Meskipun masalah ini pasti tidak akan mudah, Audrey juga hanya bisa memberanikan diri untuk pergi. Jika tidak, dia kemungkinan hanya bisa bersabar ketika dipersulit oleh Maria. Dengan kegilaan dari wanita ini, Audrey tidak tahu apa yang akan Maria lakukan di masa depan.Setelah Audrey membulatkan tekadnya, dia pun menaiki taksi dan pergi ke tempat yang dikatakan oleh Maria. Sementara itu, Maria hanya menatap punggung Audrey sambil mencibir.Hans memiliki metode yang bisa dibilang sangat tercela. Sesuci apa pun wanita yang keras kepala, mereka t
Rencana Hans berjalan lancar. Yang lainnya juga sangat pandai menilai situasinya dan langsung membiarkan Hans untuk menggunakan ruangan itu. Audrey merasa makin terkejut saat melihat orang-orang itu pergi. Dia tidak menyangka mereka berani melakukan hal segila ini."Pak Hans, maaf. Aku baru bekerja di perusahaan itu hari ini. Aku nggak tahu apa pun tentang transaksi kalian, tolong lepaskan aku."Perkataan Audrey bukan hanya tidak membuat Hans melepaskannya, malah membangkitkan semangatnya. "Cantik, kamu adalah hadiah yang mereka kirimkan khusus untukku. Mana mungkin aku membiarkanmu pergi? Patuhlah padaku, aku jamin kamu akan hidup mewah kelak."Hans segera mendekat dan ingin mencium bibir Audrey. Kedua tangannya juga sibuk merabanya dan ingin membuka pakaian Audrey.Audrey langsung merasa semuanya menjadi gelap. Pikirannya seakan-akan kembali ke hari itu saat dia dijebak oleh Vivi. Pakaiannya dirobek oleh sekumpulan orang itu dan dipermalukan. Memikirkan adegan itu, emosinya langsung
Awalnya, Hans ingin marah karena mendengar ada seseorang yang berani menghentikannya. Namun, dia langsung menenangkan dirinya begitu melihat pria yang berbicara itu adalah Zayden. Hans juga termasuk tokoh terkenal di Slastin, tetapi dia tidak bisa menandingi reputasi Keluarga Moore. Sikapnya langsung berubah menjadi waspada dan rendah hati karena takut membuat pria di hadapannya itu marah."Tuan Zayden, kebetulan sekali Anda juga datang ke sini untuk makan. Saya tidak ada urusan apa-apa. Hanya saja wanita ini mengambil uang saya, tapi tidak ingin bekerja sama. Dia ingin kabur, jadi saya hanya ingin memberinya pelajaran saja."Hans adalah orang yang cukup berpengalaman. Dia langsung melemparkan semua kesalahan kepada Audrey. Masalah seperti ini tidak jarang terjadi, biasanya Zayden tidak akan repot-repot mengurus hal sepele seperti ini.Menghadapi tuduhan dari Hans, Audrey mengepalkan tinjunya dengan erat. Namun, tangannya sama sekali tidak merasa sakit. Audrey merasa prasangka Hans aka
"Kukira kamu bakal sehebat apa setelah bercerai, ternyata malah terpuruk seperti ini," kata Zayden dengan nada meremehkan.Audrey tidak merasa terkejut dengan sindiran Zayden. Bagaimanapun juga, jika dia berada di posisi pria ini, Audrey juga akan merasa sangat senang melihat wanita yang bersikeras meninggalkannya malah hidup menderita seperti ini. Hanya saja, hatinya tetap merasa sakit.Namun, Audrey tetap mempertahankan ekspresinya yang cuek. Dia tidak ingin memperlihatkan kelemahannya. "Tuan Zayden, kamu senggang sekali, ya? Kalau kamu nggak kenal dengan wanita rendahan sepertiku ini, kenapa masih nggak melepaskanku dan malah bersikap menyebalkan seperti ini?"Mendengar penolakan tegas dari Audrey, Zayden merasa amarah di hatinya mulai meledak. Wanita ini selalu saja bersikap seperti ini saat berhadapan dengannya. Jika bukan karena Zayden tidak sengaja mendengar suara yang familier tadi dan datang untuk memeriksanya, mungkin Audrey sudah jatuh di tangan pria tua itu. Namun, Audrey b