"Begini, aku sedang di rumah sakit sekarang. Aku dengar kamu punya hubungan yang baik dengan Zayden, jadi aku ingin bertemu denganmu untuk membicarakan tentang masa depan kalian," kata Timothy dari ujung telepon.Saat mendengar perkataan ini, Shania juga tidak mengerti maksud perkataan Timothy. Namun, karena Timothy sudah bicara lebih dulu, dia tentu akan pergi. Bagaimanapun juga, sekarang Zayden sudah tidak bersedia bertemu dengannya lagi. Mungkin saja dia masih bisa memiliki kesempatan setelah bertemu dengan Timothy. Oleh sebab itu, Shania bergegas memanggil sopir untuk membawa dia pergi membeli suplemen mahal dengan jumlah yang banyak lebih dahulu sebelum berangkat ke rumah sakit tempat Timothy dirawat. Setelah masuk ke kamar pasien, Shania bergegas menaruh barang itu di samping ranjang pasien dan berkata, "Paman, salam kenal. Namaku Shania."Shania berbicara dengan sangat hati-hati. Dia takut dirinya akan salah berbicara sehingga membuat ayah Zayden marah. Kemudian, Timothy meliha
Timothy juga berpikir bahwa waktu itu Zayden juga sangat menolak Audrey, tetapi setelah mereka menghabiskan waktu bersama, perasaan di antara mereka juga ikut tumbuh. Ditambah lagi, Shania sendiri berjasa karena telah menyelamatkan hidup Zayden. Jadi, Zayden seharusnya juga akan lebih mudah menerimanya.Begitu mendengar perkataan Timothy, Shania merasa sangat bahagia dan dia menyahut, "Baiklah, aku pasti akan berusaha dengan baik dan nggak mengecewakan harapanmu."Tepat saat Shania hendak mengatakan sesuatu untuk menyanjung Timothy, pada saat ini suara ketukan pintu terdengar dari luar.Dia pun bertanya-tanya, apa mungkin Zayden telah kembali?Shania lalu pergi membukakan pintu dengan bahagia. Namun, Shania sama sekali tidak menyangka ternyata yang berdiri di depan pintu adalah seorang wanita muda yang cantik. Ketika melihat orang yang membukakan pintu adalah seorang wanita, Yasmin juga ikut tertegun. Namun, dia hanya melirik Shania sekilas dan berkata, "Kamu pelayan Keluarga Moore, '
Setelah beristirahat selama semalaman di kamar pasien, Audrey merasa sudah jauh lebih bersemangat. Namun, yang mengejutkannya adalah Zayden justru tidak datang sehingga membuat Audrey merasa sangat aneh. Audrey sontak merasa bahwa sikapnya ini sangat sulit dijelaskan. Ketika Zayden datang, Audrey merasa sangat cemas karena takut Zayden akan melakukan hal yang berlebihan.Namun, ketika Zayden tidak datang, Audrey pun merasa khawatir apakah Zayden sedang merencanakan sesuatu.Tepat saat Audrey sedang berpikir, teleponnya sontak berdering. Audrey membuka ponselnya dan raut wajahnya sontak menjadi dingin saat menemukan itu adalah nomor Yasmin. Audrey belum melupakan kejadian ketika wanita ini mengikatnya di pohon dan sengaja menyiksanya kemarin. Audrey sama sekali tidak menyangka bahwa Yasmin masih berani mencarinya.Audrey berpikir sejenak, lalu langsung menolak panggilan itu. Saat melihat Audrey tidak mengangkat, perasaan emosi di dalam hati Yasmin menjadi semakin besar. Dia langsung men
Wanita yang ada dalam foto itu sedang berbaring dengan beragam selang yang terpasang di tubuh untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Orang itu terlihat sangatlah lemah. Kemudian, mata Audrey memerah dan dia langsung menyentuh layar ponselnya. Setelah memperbesar wajah ibunya, Audrey bisa melihat bahwa ibunya sudah semakin kurus meski dibatasi oleh layar. Kondisi ibunya berbeda sangat jauh dari sebelum dia pergi. Hal ini menunjukkan bahwa ibunya tidak mendapatkan perawatan yang baik.Hati Audrey seketika terasa seperti tersayat. Jika dia bisa melepaskan diri lebih awal dan mencari ibunya, mungkin sekarang ibunya tidak perlu merasakan penderitaan itu. Tepat saat Audrey sedang tenggelam dalam perasaan bersalah dan menderita, telepon Yasmin kembali masuk dan dia berkata, "Bagaimana? Barusan aku menyuruh seorang pelayan untuk ke tempat tidur ibumu dan memotretnya. Selama kamu bersedia bekerja sama dengan kesepakatan yang aku ungkit tadi itu, aku akan memberitahumu lokasi spesifik ibumu agar
Audrey pun memutuskan untuk menghubungi Yasmin. Audrey tahu bahwa dia harus bersikap kooperatif lebih dahulu dalam situasi saat ini, lalu memikirkan cara yang lain lagi. Saat melihat Audrey meneleponnya kembali sesuai dengan perkiraannya, Yasmin pun mengangkat panggilan itu dengan puas dan berkata, "Kenapa? Kamu tetap mau membuat kesepakatan denganku, 'kan?""Aku setuju dengan permintaanmu, tapi aku mau menambah satu persyaratan. Ibuku harus menerima pengobatan yang sama baiknya dengan sebelumnya di tangan kalian. Selain itu, kamu harus mengirimkan foto kepadaku setiap hari agar aku tahu apakah ibuku baik-baik saja," seru Audrey.Audrey memang memilih untuk berkompromi, tetapi dia juga tidak akan duduk diam saja. Jika foto itu cukup banyak, mungkin saja salah satu di antaranya akan memberikan detail yang penting baginya untuk menemukan lokasi ibunya yang sesungguhnya.Selain itu, kondisi ibunya sekarang juga harus menerima pengobatan yang terbaik agar bisa bertahan sampai dia berhasil
Meskipun begitu, Audrey tahu bahwa tidak ada gunanya dia menangis. Setelah meluapkan perasaannya sejenak, Audrey pun kembali tenang secara perlahan. Dia berusaha memikirkan permintaan dari Yasmin, tetapi Audrey tetap merasa bahwa itu adalah hal yang mustahil seusai berpikir dengan keras.Audrey tentu mengerti sifat Zayden. Bahkan Timothy sendiri juga kesulitan saat ingin mencoba mengubah keinginan dalam hati Zayden, bagaimana dengan dia yang tidak berdaya ini? Pada akhirnya, Audrey merasa dia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri.Saat pikirannya sedang campur aduk, Audrey mendapat panggilan dari Emilia."Audrey, bagaimana? Apa jawaban dari orang itu? Apa dia bisa membantumu melacak lokasinya?" tanya Emilia."Dia bilang belum bisa melakukan pelacakan lokasi dan hanya tahu bahwa itu berada di luar negeri. Aku masih harus menambah informasi yang berguna," jawab Audrey.Mendengar hal itu, ekspresi wajah Emilia menjadi memberat dan dia berkata, "Apa rencanamu sekarang?"Audrey berpikir s
Audrey mencengkeram ponselnya dengan perlahan. Kelihatannya, dia benar-benar sudah sedikit berpikir berlebihan. Saat membaca kalimat itu, Audrey merasa sangat ironis. Dia pun langsung menghapus percakapan itu, lalu memblokir nomor Zayden untuk menghindari dirinya kembali menghubungi Zayden lagi di masa depan. Setelah melakukan semua itu, Audrey baru menyimpan kembali ponselnya dengan tenang.Saat sedang duduk di bus, Audrey menatap ke luar jendela. Karena Zayden sudah mulai melepaskan masalah ini, mungkin berpisah dengan damai untuk kehidupan yang lebih baik adalah sebuah pilihan yang tepat. Meskipun identitas anaknya telah ditolak berulang kali, Audrey sudah mulai merasa tenang setelah awalnya merasa sangat terluka. Identitasnya yang sangat canggung ini tetap akan membuat anggota Keluarga Moore merasa kesulitan meski dia berhasil membuktikan bahwa anak dalam kandungannya adalah darah daging Zayden. Mungkin saja, jika anaknya diterima oleh Keluarga Moore, dia justru akan diusir, dan d
Zayden menyipitkan matanya, lalu menatap Shania dengan tatapan yang menginterogasi seakan-akan mencoba untuk melihat isi hati Shania. Shania sontak merasa bergidik karena ini pertama kalinya Zayden menunjukkan kecurigaan kepada dirinya.Dia pun berpikir, apa mungkin Zayden telah mengetahui sesuatu?Shania hendak mengatakan sesuatu, tetapi sikap Zayden yang begitu mendominasi membuat pikiran Shania seketika menjadi kosong. Bibirnya sedikit bergetar, tetapi dia tidak bisa mengatakan apa pun.Reaksinya ini membuat Zayden semakin merasa bahwa ada yang tidak beres. Namun, pada saat ini suara Timothy terdengar, "Zayden, Shania, apa yang sedang kalian lakukan? Tuangkan segelas air untukku."Shania merasa bahwa dirinya baru saja mendapatkan pertolongan yang besar. Dia pun bergegas bangkit untuk menuangkan segelas air kepada Timothy. Namun, Zayden juga mendekat dan tentu tidak akan membiarkan Shania melewatkan hal ini dengan begitu mudah."Aku tidak tahu apa yang sudah kamu lakukan, tapi aku bi
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis