Timothy juga berpikir bahwa waktu itu Zayden juga sangat menolak Audrey, tetapi setelah mereka menghabiskan waktu bersama, perasaan di antara mereka juga ikut tumbuh. Ditambah lagi, Shania sendiri berjasa karena telah menyelamatkan hidup Zayden. Jadi, Zayden seharusnya juga akan lebih mudah menerimanya.Begitu mendengar perkataan Timothy, Shania merasa sangat bahagia dan dia menyahut, "Baiklah, aku pasti akan berusaha dengan baik dan nggak mengecewakan harapanmu."Tepat saat Shania hendak mengatakan sesuatu untuk menyanjung Timothy, pada saat ini suara ketukan pintu terdengar dari luar.Dia pun bertanya-tanya, apa mungkin Zayden telah kembali?Shania lalu pergi membukakan pintu dengan bahagia. Namun, Shania sama sekali tidak menyangka ternyata yang berdiri di depan pintu adalah seorang wanita muda yang cantik. Ketika melihat orang yang membukakan pintu adalah seorang wanita, Yasmin juga ikut tertegun. Namun, dia hanya melirik Shania sekilas dan berkata, "Kamu pelayan Keluarga Moore, '
Setelah beristirahat selama semalaman di kamar pasien, Audrey merasa sudah jauh lebih bersemangat. Namun, yang mengejutkannya adalah Zayden justru tidak datang sehingga membuat Audrey merasa sangat aneh. Audrey sontak merasa bahwa sikapnya ini sangat sulit dijelaskan. Ketika Zayden datang, Audrey merasa sangat cemas karena takut Zayden akan melakukan hal yang berlebihan.Namun, ketika Zayden tidak datang, Audrey pun merasa khawatir apakah Zayden sedang merencanakan sesuatu.Tepat saat Audrey sedang berpikir, teleponnya sontak berdering. Audrey membuka ponselnya dan raut wajahnya sontak menjadi dingin saat menemukan itu adalah nomor Yasmin. Audrey belum melupakan kejadian ketika wanita ini mengikatnya di pohon dan sengaja menyiksanya kemarin. Audrey sama sekali tidak menyangka bahwa Yasmin masih berani mencarinya.Audrey berpikir sejenak, lalu langsung menolak panggilan itu. Saat melihat Audrey tidak mengangkat, perasaan emosi di dalam hati Yasmin menjadi semakin besar. Dia langsung men
Wanita yang ada dalam foto itu sedang berbaring dengan beragam selang yang terpasang di tubuh untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Orang itu terlihat sangatlah lemah. Kemudian, mata Audrey memerah dan dia langsung menyentuh layar ponselnya. Setelah memperbesar wajah ibunya, Audrey bisa melihat bahwa ibunya sudah semakin kurus meski dibatasi oleh layar. Kondisi ibunya berbeda sangat jauh dari sebelum dia pergi. Hal ini menunjukkan bahwa ibunya tidak mendapatkan perawatan yang baik.Hati Audrey seketika terasa seperti tersayat. Jika dia bisa melepaskan diri lebih awal dan mencari ibunya, mungkin sekarang ibunya tidak perlu merasakan penderitaan itu. Tepat saat Audrey sedang tenggelam dalam perasaan bersalah dan menderita, telepon Yasmin kembali masuk dan dia berkata, "Bagaimana? Barusan aku menyuruh seorang pelayan untuk ke tempat tidur ibumu dan memotretnya. Selama kamu bersedia bekerja sama dengan kesepakatan yang aku ungkit tadi itu, aku akan memberitahumu lokasi spesifik ibumu agar
Audrey pun memutuskan untuk menghubungi Yasmin. Audrey tahu bahwa dia harus bersikap kooperatif lebih dahulu dalam situasi saat ini, lalu memikirkan cara yang lain lagi. Saat melihat Audrey meneleponnya kembali sesuai dengan perkiraannya, Yasmin pun mengangkat panggilan itu dengan puas dan berkata, "Kenapa? Kamu tetap mau membuat kesepakatan denganku, 'kan?""Aku setuju dengan permintaanmu, tapi aku mau menambah satu persyaratan. Ibuku harus menerima pengobatan yang sama baiknya dengan sebelumnya di tangan kalian. Selain itu, kamu harus mengirimkan foto kepadaku setiap hari agar aku tahu apakah ibuku baik-baik saja," seru Audrey.Audrey memang memilih untuk berkompromi, tetapi dia juga tidak akan duduk diam saja. Jika foto itu cukup banyak, mungkin saja salah satu di antaranya akan memberikan detail yang penting baginya untuk menemukan lokasi ibunya yang sesungguhnya.Selain itu, kondisi ibunya sekarang juga harus menerima pengobatan yang terbaik agar bisa bertahan sampai dia berhasil
Meskipun begitu, Audrey tahu bahwa tidak ada gunanya dia menangis. Setelah meluapkan perasaannya sejenak, Audrey pun kembali tenang secara perlahan. Dia berusaha memikirkan permintaan dari Yasmin, tetapi Audrey tetap merasa bahwa itu adalah hal yang mustahil seusai berpikir dengan keras.Audrey tentu mengerti sifat Zayden. Bahkan Timothy sendiri juga kesulitan saat ingin mencoba mengubah keinginan dalam hati Zayden, bagaimana dengan dia yang tidak berdaya ini? Pada akhirnya, Audrey merasa dia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri.Saat pikirannya sedang campur aduk, Audrey mendapat panggilan dari Emilia."Audrey, bagaimana? Apa jawaban dari orang itu? Apa dia bisa membantumu melacak lokasinya?" tanya Emilia."Dia bilang belum bisa melakukan pelacakan lokasi dan hanya tahu bahwa itu berada di luar negeri. Aku masih harus menambah informasi yang berguna," jawab Audrey.Mendengar hal itu, ekspresi wajah Emilia menjadi memberat dan dia berkata, "Apa rencanamu sekarang?"Audrey berpikir s
Audrey mencengkeram ponselnya dengan perlahan. Kelihatannya, dia benar-benar sudah sedikit berpikir berlebihan. Saat membaca kalimat itu, Audrey merasa sangat ironis. Dia pun langsung menghapus percakapan itu, lalu memblokir nomor Zayden untuk menghindari dirinya kembali menghubungi Zayden lagi di masa depan. Setelah melakukan semua itu, Audrey baru menyimpan kembali ponselnya dengan tenang.Saat sedang duduk di bus, Audrey menatap ke luar jendela. Karena Zayden sudah mulai melepaskan masalah ini, mungkin berpisah dengan damai untuk kehidupan yang lebih baik adalah sebuah pilihan yang tepat. Meskipun identitas anaknya telah ditolak berulang kali, Audrey sudah mulai merasa tenang setelah awalnya merasa sangat terluka. Identitasnya yang sangat canggung ini tetap akan membuat anggota Keluarga Moore merasa kesulitan meski dia berhasil membuktikan bahwa anak dalam kandungannya adalah darah daging Zayden. Mungkin saja, jika anaknya diterima oleh Keluarga Moore, dia justru akan diusir, dan d
Zayden menyipitkan matanya, lalu menatap Shania dengan tatapan yang menginterogasi seakan-akan mencoba untuk melihat isi hati Shania. Shania sontak merasa bergidik karena ini pertama kalinya Zayden menunjukkan kecurigaan kepada dirinya.Dia pun berpikir, apa mungkin Zayden telah mengetahui sesuatu?Shania hendak mengatakan sesuatu, tetapi sikap Zayden yang begitu mendominasi membuat pikiran Shania seketika menjadi kosong. Bibirnya sedikit bergetar, tetapi dia tidak bisa mengatakan apa pun.Reaksinya ini membuat Zayden semakin merasa bahwa ada yang tidak beres. Namun, pada saat ini suara Timothy terdengar, "Zayden, Shania, apa yang sedang kalian lakukan? Tuangkan segelas air untukku."Shania merasa bahwa dirinya baru saja mendapatkan pertolongan yang besar. Dia pun bergegas bangkit untuk menuangkan segelas air kepada Timothy. Namun, Zayden juga mendekat dan tentu tidak akan membiarkan Shania melewatkan hal ini dengan begitu mudah."Aku tidak tahu apa yang sudah kamu lakukan, tapi aku bi
Zayden awalnya ingin segera mencari Audrey dan meminta penjelasannya tentang hal ini. Namun, saat dia naik ke mobil dan hendak pergi ke rumah sakit tempat Audrey dirawat, Zayden mendadak mencabut kunci mobilnya kembali.Audrey hanya menerima sebuah pesan dan langsung memblokirnya dengan tegas. Kalau begitu, untuk apa dia harus pergi menjelaskannya? Mungkin saja, Audrey sama sekali tidak berharap mendengar penjelasan darinya.Bagaimanapun juga, Zayden pernah meminta Audrey untuk menjauh dari Christian, lalu berada di sisinya dengan patuh dan jangan sembarangan pergi. Akan tetapi, wanita terkutuk ini sama sekali tidak pernah bersikap patuh. Sebaliknya, Audrey justru bersikap sangat tegas saat memutuskan hubungan dengannya.Semakin dipikirkan, Zayden merasa semakin kesal. Dia pun melemparkan kunci mobilnya di samping dan kembali menyalakan sepuntung rokok sambil duduk di dalam mobil.…Audrey yang telah tiba di rumah Emilia mulai membersihkan kamar dengan sederhana dan memasak makan malam