Pelayan itu sudah berusia 30 tahun dan masih lajang karena tidak punya sebuah pekerjaan yang layak. Sekarang, kebetulan ada seorang gadis muda dengan pakaian yang basah kuyup di hadapannya sehingga membuat hasrat dalam hatinya langsung muncul. Situasi saat ini sedang sepi, sekalipun ada orang di sekitar, mereka juga tidak akan menggubris Audrey. Jadi, pelayan itu tetap bisa berbuat sesuka hati kepada Audrey.Saat memikirkan hal itu, pelayan itu mendekat dengan ekspresi mesum dan hendak merobek pakaian Audrey."Minggir kamu, pergi sana!" Saat melihat ekspresi mesum di sorot mata pria itu, Audrey tentu saja mengerti hal yang ingin pelayan itu lakukan. Dia pun bergegas menggerakkan tubuhnya dan ingin melepaskan diri. Akan tetapi, seorang wanita lemah seperti dirinya sama sekali tidak bisa melepaskan tali itu dengan mudah. Oleh sebab itu, Audrey hanya bisa melihat sepasang tangan cabul itu diulurkan dan mendekat ke dadanya dengan perlahan.Audrey memejamkan matanya dengan putus asa. Dia t
Meskipun wajah Zayden tidak menunjukkan ekspresi apa pun, Audrey justru merasa semakin ketakutan dengan ekspresi Zayden yang begitu tenang. Sekarang, sikap Zayden membuat Audrey merasa bahwa akan terjadi perubahan situasi yang besar."Tu … Tuan Zayden, aku sangat berterima kasih karena kamu sudah menolongku. Tapi, Pak Timothy seharusnya sudah memberitahumu bahwa surat cerai kita sudah selesai diurus. Kelak, kita adalah orang asing yang nggak punya hubungan apa pun. Aku nggak bisa …," sahut Audrey.Sebelum sempat menyelesaikan ucapannya, Audrey sudah disela oleh Zayden dengan penuh emosi. Audrey terkejut sehingga sontak terdiam dan hatinya menjadi semakin cemas.Audrey bahkan merasakan bahwa dia sepertinya telah masuk ke kandang harimau yang lain. Dengan sifat Zayden, Audrey sama sekali tidak berani membayangkan hal yang akan Zayden lakukan ketika dia tahu bahwa Audrey telah bekerja sama dengan Timothy untuk menipunya.Namun, Zayden sama sekali tidak memedulikan keraguan Audrey dan lang
Zayden mengemudi mobilnya sambil merenungkan ke mana dia harus mengatur Audrey untuk mencegahnya agar tidak terus-menerus berpikir melarikan diri. Begitu Zayden berbalik, dia mendapati bahwa Audrey sedang memalingkan wajah menatap ke arah jendela dan tertidur dengan tidak nyaman. Zayden pun mengulurkan tangannya tanpa sadar dan hendak menegakkan kepala Audrey, tetapi gerakan tangannya berhenti di tengah jalan. Kemudian, kekesalan kembali terlihat di wajah Zayden.Tidak peduli sebaik apa pun dia kepada Audrey, Audrey sama sekali tidak akan memandangnya. Hatinya hanya akan memikirkan cinta pertamanya, Christian. Jadi, untuk apa Zayden harus membuang usaha pada diri wanita ini?Ketika berpikir seperti ini, perasaan Zayden mendadak menjadi jengkel dan hendak menarik kembali tangannya. Namun, tangannya tanpa sengaja menyentuh dahi Audrey dan baru merasakan suhu yang terasa sangat panas. Zayden pun mengernyitkan alisnya dan langsung menaruh tangannya di dahi Audrey untuk merasakannya. Saat
Seluruh anggota Keluarga Conner sudah melihat video ketika Audrey hampir ditelanjangi di depan umum pada hari itu. Mereka beranggapan bahwa Zayden tidak mungkin akan menginginkan wanita dengan reputasi yang telah rusak ini lagi. Namun, mereka tidak menyangka bahwa Zayden malah membawa Audrey pergi.Ketika melihat orang itu adalah Zayden, Michael sontak teringat dengan kejadian ketika dia dipukuli oleh Zayden karena mendengar hasutan dari Maggie serta Yasmin terakhir kali itu. Ingatan yang menyakitkan itu benar-benar sulit untuk dilupakan.Kemudian, Michael langsung memelototi Yasmin sambil berkata, "Ada apa ini? Bukankah kamu bilang Zayden sudah mencampakkan Audrey? Sekarang kelihatannya nggak seperti itu!"Yasmin juga merasa sangat sedih dan menyahut, "Ayah, apa maksud perkataanmu? Waktu itu, kamu juga setuju saat kami mengusulkan untuk menyembunyikan ibu Audrey dan membuat Audrey bekerja untuk keluarga kita."Yasmin tentu saja merasa sangat tidak terima dengan sikap Michael yang seol
Zayden telah menghentikan mobilnya di depan pintu rumah sakit, lalu dia segera menggendong Audrey turun dari mobil. Pakaian Audrey yang lembab telah menodai jasnya yang sangat mahal, tetapi Zayden sama sekali tidak memedulikan hal itu. Saat masuk ke rumah sakit, Zayden segera membawa Audrey ke ruang perawatan dokter.Ketika mereka masuk, dokter segera menahan napasnya ketika mencium sebuah bau yang tidak sedap. Namun, karena melihat orang yang datang adalah Zayden, tidak ada ekspresi merasa jijik yang terlihat di wajahnya. Dia juga tidak berani menunjukkan sikap apa pun dan bergegas memeriksa wanita yang pingsan dalam pelukan Zayden."Dia baik-baik saja, hanya sedikit flu dan demam. Dia akan segera membaik setelah disuntik penurun demam," kata dokter itu setelah memeriksa tubuh Audrey dengan hati-hati.Zayden mengiakannya, lalu menggendong Audrey ke kamar pasien dan memanggil perawat untuk membawakan satu set pakaian yang bersih. Seorang perawat lalu datang untuk menggantikan pakaian y
Perawat itu baru saja hendak menjelaskan bahwa Zayden sudah meminta mereka menggunakan obat yang digunakan untuk ibu hamil dan obat penurun demam terbaik ketika sampai di rumah sakit, tetapi suara Zayden yang dingin terdengar dari belakang dan menyela perkataan perawat tersebut.Perawat itu tentu tidak berani melawan Zayden dan berjalan keluar dengan patuh. Saat ini, hanya tersisa Zayden dan Audrey di dalam kamar.Zayden pun mencibir dan berkata, "Kamu malah sangat peduli dengan anak haram dalam kandunganmu itu. Sayangnya, ayah dari anakmu ini bahkan nggak bisa membantumu sedikit pun. Secemas apa pun dirimu, kamu hanya merasakannya sendiri."Awalnya, Audrey merasa sangat berterima kasih kepada Zayden karena telah menolongnya. Namun, begitu mendengar perkataan Zayden, Audrey sontak merasa bahwa dirinya sangatlah bodoh dan konyol. Alasan Zayden bisa muncul di sana dan menolongnya kemungkinan hanya karena Zayden merasa kesal setelah dia meminta cerai lebih dulu. Zayden sedang memikirkan c
Setelah keluar dari rumah sakit, Zayden tidak langsung pergi. Sebaliknya, dia duduk di mobil dan menyalakan sepuntung rokok. Ketika asap rokok mengepul, Zayden hanya menatap ke depan sampai melamun seolah-olah sedang merenungkan sesuatu. Dia baru kembali sadar ketika rokok itu sudah habis terbakar dan apinya menyengat tangannya.Zayden lalu menunduk dan membuang puntung rokok itu ke luar. Saat melihat jarinya yang memerah akibat terkena sengatan api tadi, Zayden mengernyitkan alisnya dengan semakin erat. Saat ini, Audrey bagaikan rokok di tangannya ini. Padahal Zayden tahu bahwa memegangnya dengan erat hanya akan melukai orang lain dan dirinya, tetapi dia malah tidak bersedia melepaskan Audrey.Zayden pun menyunggingkan senyuman yang menunjukkan sedikit sindiran. Barusan dia menyindir Audrey sangat rendahan karena begitu tergila-gila dengan seseorang. Sekarang, Zayden merasa bahwa dirinya sepertinya juga seperti itu. Namun, sebelum Zayden sempat berpikir lebih lanjut, suara deringan p
Setelah menyelesaikan infus di rumah sakit, Audrey pun hendak pergi. Zayden memang telah pergi, tetapi Audrey tidak tahu kapan pria itu akan kembali. Jika Zayden berpikir kebetulan sedang berada di rumah sakit dan ingin melakukan operasi aborsi langsung, Audrey sama sekali tidak bisa melawan. Oleh sebab itu, Audrey berpikir dia hanya bisa menghindar sejauh mungkin lebih dulu.Kebetulan, pada saat ini seorang perawat yang datang memeriksa kamar melihat Audrey hendak pergi. Dia pun bergegas menahan Audrey sambil berkata, "Nona Audrey, tubuhmu masih sangat lemah, jadi jangan asal gerak dulu."Mendengar hal itu, Audrey menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak perlu, aku merasa demamku sudah turun. Aku nggak merepotkan kalian lagi di sini."Seusai berbicara, Audrey hendak melepaskan tangan perawat itu. Namun, karena tubuhnya masih tidak bertenaga, Audrey menjadi berkeringat setelah bergerak untuk sesaat. Pakaiannya kembali basah dan menempel di tubuh. Hal itu membuatnya merasa sangat tid