Alih-alih membuahkan hasil, tindakan Audrey justru semakin membangkitkan keinginan Zayden untuk menyiksanya."Kenapa? Kamu juga mau memilih tempat? Kalau memang suci, kenapa malah mengandung anak haram saat menikah? Apa mungkin kamu hanya berpura-pura di hadapanku?" tanya Zayden.Perkataan Zayden yang menghina membuat wajah Audrey memerah, lalu dia berteriak, "Pergi! Pergi!"Dari awal hingga sekarang, Audrey hanya pernah melakukannya dengan Zayden. Alih-alih percaya kepadanya, Zayden malah berulang kali menginjak harga dirinya. Audrey berteriak hingga suaranya menjadi serak, bahkan air matanya juga ikut mengalir tanpa sadar dan terlihat sangat menyedihkan.Melihat tampilannya yang seperti itu, Zayden merasa semakin jengkel. Apa wanita ini begitu menolaknya? Akan tetapi, wanita ini tidak bersikap seperti ini di hadapan Christian. Ketika menatap tampilan menyedihkan Audrey, Zayden semakin kesal dan langsung menggendong Audrey yang telah pingsan ke dalam kamar. Setelah menaruh Audrey di
Setelah mobil Zayden pergi, Christian tetap berdiri di tempat untuk waktu yang lama. Kemudian, dia baru berbalik dalam keadaan pincang setelah bayangan mobil itu sudah tidak terlihat. Ini pertama kalinya dia merasa bahwa dirinya begitu tidak berguna. Dia hanya bisa melihat wanita yang dicintainya dibawa pergi oleh orang lain dan tidak bisa melakukan apa pun. Christian merasa sangat sedih saat teringat dengan kejadian yang terjadi barusan. Dia pun membulatkan tekad untuk menolong Audrey dari tangan pamannya. Saat ini, Christian tenggelam dalam pikirannya sendiri dan tidak memperhatikan suara klakson yang keras dari belakangnya. Mobil yang menekan klakson itu tidak lain adalah mobil Vivi.Setelah mengetahui bahwa Christian telah pulang, Vivi langsung bergegas datang. Satu sisi, dia ingin bertemu dengan Christian yang sudah pergi selama bertahun-tahun. Di sisi yang lain, dia ingin menggunakan kesempatan ini untuk membuat Timothy berbelas kasihan kepada mereka dengan memandang kehadiran c
Saat mendengar perkataan Christian, raut wajah Vivi seketika menjadi sangat buruk. Dia merasa bahwa Christian benar-benar sudah gila. Masalah paman dan keponakan memperebutkan satu wanita ini merupakan hal yang sangat memalukan bagi keluarga besar mana pun, tetapi Christian sama sekali tidak mempertimbangkan dampaknya."Christian! Dengarkan aku, selama aku masih hidup, jangan berharap aku akan membiarkanmu menikahi wanita itu! Kamu harus menjauhinya karena sekarang dia adalah istri Zayden, yang kalian lakukan ini sudah melanggar aturan!" teriak Vivi.Saat mendengar ucapan Vivi, Christian langsung menepis tangan Vivi dengan kuat dan berteriak, "Sekalipun melanggar aturan, aku dan Audrey sudah berpacaran lebih dulu. Om Zayden sama sekali nggak menyukainya, kenapa dia nggak bisa melepaskannya? Aku nggak peduli dengan pandangan orang lain, aku bisa membawa Audrey untuk hidup di luar negeri."Christian baru saja selesai berbicara, lalu Vivi langsung menampar wajahnya dengan keras dan berkat
Setelah tidur untuk waktu yang lama, Audrey baru kembali sadar dan membuka matanya dengan perlahan. Ketika melihat lingkungan yang sangat asing itu, Audrey baru mengingat kejadian yang terjadi sebelum dirinya pingsan.Begitu bergerak, Audrey seketika merasakan rasa sakit yang luar biasa besar di setiap tubuhnya dan sama sekali tidak bertenaga. Audrey sontak merasa ketakutan dan berpikir apakah hal yang terjadi padanya telah memengaruhi kandungannya. Ketika sedang memikirkan hal ini, Audrey hendak bangkit, tetapi dia justru terjatuh kembali ke tempat tidur karena lemas dan tidak bertenaga.Saat ini, pelayan yang berjaga di luar mendengar gerakan di dalam kamar. Dia pun berjalan masuk dan merasa sangat bahagia saat melihat Audrey telah sadar. Dia lalu berkata, "Nona Audrey, Anda sudah sadar?""Anakku …," seru Audrey."Tubuh Anda baik-baik saja," jawab pelayan itu dengan jujur.Saat mendengar semuanya baik-baik saja, Audrey pun merasa lega. Audrey lalu melihat sekeliling sekilas dan menya
"Mungkin karena dia ingin keluar hari ini dan aku menolaknya, dia menjadi kesal. Bagaimana ini?" jawab pelayan itu.Raut wajah Zayden seketika menjadi suram. Dia pun berpikir bahwa Audrey menjadi semakin berani sekarang. Setelah melakukan hal seperti itu, bisa-bisanya wanita ini masih berpikir untuk pergi. Apa mungkin Audrey khawatir kepada Christian dan buru-buru ingin menemuinya?"Suruh dokter tunggu di sana, aku akan segera datang," kata Zayden dengan ekspresi suram. Kemudian, dia segera memutar kemudi mobilnya dan melaju ke arah vila tempat Audrey tinggal. Lantaran tidak memiliki cara untuk mendapatkan informasi apa pun, Audrey yang berada sendirian di kamar hanya bisa menonton televisi di hadapannya dengan tatapan kosong. Di layar televisi, sebuah drama sekolah yang sangat populer sedang ditayangkan, tetapi Audrey sama sekali tidak tertarik untuk menontonnya. Jika dia masih seorang gadis yang naif seperti dulu, Audrey mungkin akan merasa terharu dengan cerita gadis malang yang b
Saat Zayden berbicara, Audrey merasakan sorotan yang tajam dan dingin tertuju pada dirinya, lalu berhenti pada perutnya yang kecil. Di sana adalah bayi milik Audrey dengan Christian sehingga tatapan Zayden menjadi sangat tajam. Hal itu pun membuat Audrey seketika menjadi bergidik."Karena kamu tidak mau mengobati lukamu, itu artinya kamu tidak peduli dengan tubuhmu. Kalau begitu, anak haram di perutmu juga tidak bisa hidup lebih lama lagi. Aku akan menjadi orang baik untuk membantumu membereskan beban ini," seru Zayden sambil mengeluarkan ponsel dan hendak menelepon dokternya.Melihat hal itu, Audrey langsung bangkit dari tempat tidur dengan panik dan berkata, "Jangan. Kamu pernah janji nggak akan menggugurkannya!"Zayden menggenggam ponselnya dan menatap Audrey dengan dingin sambil berkata, "Sejak kapan kamu berhak bernegosiasi denganku?"Audrey merasa bulu kuduk di tubuhnya seketika bergidik. Nada bicara Zayden tidak seperti sedang ingin memaksa menggugurkan kandungannya, tetapi seol
Audrey berkata dengan suara dingin dan menolak perhatian dari Zayden. Sebab, Audrey tidak tahu, apakah Zayden akan berubah pikiran dalam sekejap nantinya. Di sisi lain, Zayden baru saja merasa sedikit bersalah, tetapi perasaan itu sontak berkurang ketika dirinya melihat ekspresi dingin Audrey. Kelihatannya, Audrey juga tidak berharap mendapatkan obat jika bukan dari orang yang dicintainya. Kalau begitu, untuk apa dia harus ikut campur?"Kalau begitu, tidak perlu urus dia. Pastikan saja dia tetap hidup," ucap Zayden sebelum berbalik dan pergi.…Zayden pun mengemudi dan meninggalkan vila sambil menatap jalanan yang luas. Ini pertama kalinya Zayden merasakan dirinya tidak tahu harus pergi ke mana. Dia sudah terbiasa melihat sosok Audrey yang muncul di hadapannya, tetapi sekarang….Setelah melamun sejenak, akhirnya Zayden mengemudikan mobilnya ke arah perusahaan. Ini juga merupakan salah satu kebiasaan Zayden. Ketika menghadapi masalah yang menyebalkan, dia akan sepenuhnya tenggelam dalam
Saat ini, Christian berdiri di depan pintu perusahaan. Tidak lama kemudian, hujan mulai turun sehingga dia hanya bisa berdiri di bawah kanopi untuk menghindari hujan sambil memantau apakah Zayden memiliki tanda-tanda untuk keluar.Christian tidak akan pergi sebelum Zayden memberitahunya keberadaan Audrey dan dia yakin bahwa Audrey baik-baik saja. Hujan semakin lebat dan pakaian Christian juga sudah basah akibat terciprat air hujan, tetapi Christian tidak terlihat memiliki tanda-tanda ingin pergi."Tuan Zayden, sekarang Tuan Christian masih menunggu di bawah. Bagaimana kalau …," kata Caleb yang merasa tidak tega ketika melihat tampilan menyedihkan Christian dari atas."Kalau kamu merasa kasihan kepadanya, turun dan temani dia saja," seru Zayden dengan suara dingin.Zayden berdiri di pinggir jendela dan melihat Christian yang tidak kunjung pergi. Hatinya pun menjadi semakin jengkel. Apa Christian berpikir bahwa berbuat seperti ini akan membuat hatinya menjadi lunak? Zayden pun berpikir b
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis