Saat ini, Christian berdiri di depan pintu perusahaan. Tidak lama kemudian, hujan mulai turun sehingga dia hanya bisa berdiri di bawah kanopi untuk menghindari hujan sambil memantau apakah Zayden memiliki tanda-tanda untuk keluar.Christian tidak akan pergi sebelum Zayden memberitahunya keberadaan Audrey dan dia yakin bahwa Audrey baik-baik saja. Hujan semakin lebat dan pakaian Christian juga sudah basah akibat terciprat air hujan, tetapi Christian tidak terlihat memiliki tanda-tanda ingin pergi."Tuan Zayden, sekarang Tuan Christian masih menunggu di bawah. Bagaimana kalau …," kata Caleb yang merasa tidak tega ketika melihat tampilan menyedihkan Christian dari atas."Kalau kamu merasa kasihan kepadanya, turun dan temani dia saja," seru Zayden dengan suara dingin.Zayden berdiri di pinggir jendela dan melihat Christian yang tidak kunjung pergi. Hatinya pun menjadi semakin jengkel. Apa Christian berpikir bahwa berbuat seperti ini akan membuat hatinya menjadi lunak? Zayden pun berpikir b
Setelah berhasil membujuk Christian untuk pergi, Kenny langsung menelepon Zayden dan berkata, "Apa kamu ada waktu sekarang? Aku di bawah perusahaanmu, ayo kita pergi ke bar."Jika itu dulu, Zayden tidak akan pernah setuju untuk pergi minum-minum saat sedang jam kerja. Akan tetapi, situasi sekarang berbeda. Begitu teringat dengan berbagai masalah yang terjadi belakangan ini, Zayden pun mengulurkan tangan dan menekan dahinya sambil berkata, "Aku turun sekarang."Mereka pun bertemu di lantai dasar perusahaan, lalu langsung pergi ke bar terdekat. Zayden meminta sebuah ruang privat yang tenang, lalu langsung memesan belasan anggur. Melihat hal itu, Kenny sontak kaget. Dengan melihat gelagat Zayden saat ini, Kenny menduga bahwa perasaan Zayden bukan hanya buruk, melainkan sudah diambang murka.Anggur diantarkan dengan sangat cepat. Zayden langsung duduk di sofa, lalu membuka penutup anggur, menuangkannya ke dalam gelas anggur dan langsung meneguknya hingga habis. Dia sama sekali tidak menggu
Ini merupakan sebuah kesempatan yang langka. Shania tahu bahwa membuat Zayden menjadi mabuk seperti sekarang ini adalah hal yang sangat sulit. Oleh sebab itu, dia tentu harus menggunakan kesempatan ini dengan baik. Selama dia berhasil hamil, Zayden tidak mungkin bisa terus menunda lagi. Dia bahkan bisa membawa anaknya langsung mencari Timothy di Kediaman Moore dan meminta Timothy untuk menyuruh Zayden segera menikahinya.Saat memikirkan hal ini, Shania menjadi sangat bersemangat. Dia pun bergegas melepaskan seluruh pakaiannya, lalu mendekat ke tempat tidur dan menempel ke tubuh Zayden. Setelah itu, Shania mengulurkan tangannya, menyentuh tubuh Zayden dengan sembarangan, dan membuka satu per satu kancing di pakaian Zayden.Zayden yang awalnya masih merasa pusing sontak menjadi sedikit sadar ketika merasakan sentuhan tersebut. Lantaran sedang mabuk, Zayden tidak melihat jelas orang yang ada di hadapannya dan hanya mengetahui bahwa itu adalah seorang wanita."Au … Audrey?" seru Zayden.T
Saat mendengar perkataan Shania, Zayden tertegun sejenak.Perkataan Shania memang benar. Lantaran dia pada akhirnya akan menikah dengan Shania, kenapa dia masih enggan menyentuh Shania?Melihat Zayden tidak berbicara, Shania memberanikan diri untuk mendekat. Lalu, dia menempelkan tubuhnya yang tidak mengenakan apa pun di dada Zayden dan berkata, "Zayden, kalau kamu benar-benar mau menikahiku, lakukanlah sekarang. Aku nggak percaya, kamu masih akan menolakku seperti sekarang ini setelah kita menikah nanti."Seusai berbicara, Shania kembali meraba-raba tubuh Zayden dengan sekuat tenaga dan sebagian besar kancing di pakaian Zayden juga sudah terbuka. Saat ini, Shania menyentuh dada Zayden yang kekar untuk membuat Zayden ikut tergugah. Sayangnya, Zayden tetap tidak merasakan apa pun setelah Shania berusaha dengan keras. Bahkan, Zayden justru merasa sangat jijik melihat tindakan Shania seperti ini.Saat ini, Zayden sangat yakin bahwa dia sama sekali tidak memiliki perasaan apa pun kepada wa
Zayden menelepon Caleb dan Caleb langsung tiba tidak lama setelahnya. "Kamu urus dia. Awasi dia, jangan biarkan dia melakukan sesuatu yang gegabah. Mengenai kompensasi apa pun yang dia minta, berikan saja," kata Zayden sebelum pergi sendirian.Caleb tampak tertegun dan kebingungan. Akan tetapi, saat melihat Shania meringkuk di dalam selimut sambil menangis tersedu-sedu, dia pun bisa menebak apa yang telah terjadi. Sepertinya, Zayden telah menyadari perasaannya dan tahu bahwa dirinya tidak bisa menikahi Shania dengan sembrono seperti ini."Nona Shania, aku keluar dulu. Anda ganti pakaian ini saja," kata Caleb sambil memberikan tas berisi pakaian bersih kepada Shania. Namun, Shania tidak mengulurkan tangan untuk menerimanya, sebaliknya dia menepis tangan Caleb dengan emosi."Pergi, keluar sekarang! Aku nggak mau kompensasi dari kalian! Apa kalian sedang memberiku sedekah?" seru Shania.Selama beberapa hari ini, Shania sudah menyebarkan berita bahwa dia akan menikah dengan Zayden dan men
Keesokan paginya.Zayden terbangun dalam keadaan pusing akibat efek mabuk semalam. Dia membuka matanya dan mendapati bahwa dirinya berada di Kediaman Moore. Namun, Zayden justru merasa sedikit tidak terbiasa karena tidak ada lagi sosok akrab di dalam kamar yang familier baginya ini. Dengan perasaan yang tertekan, Zayden bangkit dan berencana untuk sarapan seusai membersihkan diri. Saat mencium bau alkohol di tubuh Zayden, lalu melihat matanya yang lebam dan tampangnya yang lesu itu, Timothy sontak mengernyitkan alisnya.Kemudian, Timothy berkata, "Zayden, ada apa? Dilihat dari tampangmu, apa kamu sedang kesal? Oh, ya, ke mana Audrey selama beberapa hari ini? Kenapa aku nggak melihat dia pulang?"Saat mengungkit tentang Audrey, sorot mata Zayden meredup. Dia pun menjawab, "Dia pergi liburan dan akan kembali beberapa hari lagi.""Liburan?" Timothy sedikit meragukan, tetapi dia juga tidak bertanya lebih lanjut karena melihat ekspresi Zayden yang biasa-biasa saja. Kemudian, Timothy lanju
Untuk sesaat, Audrey tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang dipikirkan oleh Zayden. Apa mungkin dia terlihat begitu menarik saat makan? Mengapa Zayden terus-menerus menatapnya seperti itu? Namun, perasaan yang aneh ini malah membuat Audrey yang awalnya tidak begitu berselera menjadi semakin sulit untuk menelan makanannya. Akhirnya, Audrey pun berseru, "Kamu datang mencariku ada urusan apa? Katakan saja.""Kita akan ke rumah sakit untuk pemeriksaan nanti," jawab Zayden.Pernyataan Zayden sontak membuat Audrey menjadi waspada. Dia lalu berkata, "Pemeriksaan apa?""Pemeriksaan kesehatan." Zayden tidak memberikan penjelasan yang lebih lanjut, tetapi ekspresinya membuat Audrey menjadi semakin khawatir. Audrey baru saja menjalani pemeriksaan kehamilan belum lama ini. Sekarang, Zayden tiba-tiba mengungkit hal ini sehingga membuat Audrey merasa ada yang tidak beres.Audrey meletakkan sendok di tangannya, lalu menatap Zayden dengan serius dan berkata, "Tuan Zayden, apa maksudmu? Aku rasa ka
Saat melihat Zayden akan menariknya ke mobil dan membawanya ke rumah sakit, Audrey tidak bisa menahan ketakutan dalam hatinya dan langsung berteriak dengan keras, "Kamu nggak bisa menggugurkan anak ini! Ini anakmu!"Zayden sontak menghentikan langkahnya. Setelah kembali meresponsnya, Zayden langsung menarik Audrey ke hadapannya dan menatapnya dengan tajam sambil berkata, "Apa yang kamu katakan tadi?"Karena sudah mengatakannya, Audrey juga tidak peduli dengan apa pun lagi. Dia tidak bisa membiarkan Zayden menggugurkan anak mereka dengan begitu saja."Ini anakmu, kamu nggak boleh menggugurkannya," sahut Audrey.Setelah tertegun sejenak, Zayden pun tersenyum dengan sinis dan berkata, "Audrey, kamu benar-benar berusaha keras untuk menyelamatkan anak haram ini. Kamu bahkan berani mengatakan kebohongan yang sangat konyol seperti ini. Sejak kapan aku pernah menyentuhmu? Apa kamu bisa hamil sendiri?"Pertanyaan Zayden yang begitu menusuk membuat Audrey menggigit bibirnya dengan kuat. Audrey m
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis