Share

Tak tahu malu. 32

Author: Naimatun Niqmah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bab 32

Tak Tahu Malu

"Kamu dong yang nyopir!" pinta Arsilla. Anton memainkan bibirnya sejenak.

"Pinter juga si Arsilla! Dia tahu saja mikir biar aman untuk jalan. Lagian juga memang kerena naik mobil!" ucap Anton dalam hati.

"Terus motorku?" tanya balik Anton. Hanya sekedar tanya, ingin tahu reaksi Arsilla.

"Titipkan aja di warung itu. Nanti diambil kalau kita sudah selesai! Gitu aja kok bingung!" jawab Arsilla seraya menunjuk salah satu warung. Anton tentu saja mengikuti kemana jari telunjuk Arsilla menunjuk. Kemudian Anton mencebikan mulutnya sejenak. Manggut-manggut pelan.

"OK, baiklah! Tunggu bentar, ya! Aku titipkan dulu motor ini. Nggak lama, kok!" ucap Anton. Arsilla menganggukkan kepalanya dengan pelan.

"Iya!" balas Arsilla. Tanpa ba-bi-bu lagi, Anton langsung menuju ke warung yang di tunjuk oleh Arsilla. Mengikuti saran dari Arsilla, untuk menitipkan motornya. Karena dia memang menginginkan pergi naik mobil. Karena memang terasa lebih aman dari pandangan orang.

Arsilla seger
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Kamar hotel No 33.

    Bab 33Kamar Hotel No 33"Kami siap meluncur ke sana!" ucap Adam dalam sambungan telpon."Ok, aku tunggu, ya! Sudah aku share alamat hotelnya," balas Tamam."Sama-sama punya pasangan, kenapa juga mereka di hotel ya!?" tanya balik Adam. Tamam menghela napas panjang. "Tak perlu aku jawab, tapi aku yakin terkaan kita sama," jawab Tamam. Gantian Adam yang menghela napas panjang. "Pasti lagi ena-ena meraka. Astaga ... kan jadi ke sana arah pikiranku," balas Adam sok polos tapi geram. Tamam hanya bisa mengatur napasnya yang sebenarnya sudah sangat memburu. "Semua orang jelas mengarah ke sana. Bukan pasangan halal, tapi sama-sama punya pasangan. Ngapain lagi kalau nggak ena-ena itu yang mereka cari, sampai nyewa hotel segala," ucap Tamam. Adam mengatur napas yang ia ikut rasakan sesak. "Yaudah, aku sudah kabari Bu Laila. Sekarang aku ada di rumah mertua. Itu Pak Luyo juga sudah sampai. Aku kasih tahu mereka dulu!" pamit Adam. "Ok, segera ke sini, ya! Aku yakin kalau mereka mainnya di ho

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Live streaming. 34

    Bab 34Live Streaming"Eh, eh, Mbak Razmi kok tumben live streaming ini!" kata salah satu tetangga mereka. Tetangga satu lorong. Emak-emak lagi pada ngerumpi di bawah pohon jambu. Niatnya mau ngelutis alias buat rujak. "Mana-mana?" tanya yang lainnya. Penasaran dan saling mendekat melihat latar pipih yang sedang di mainkan. "Eh, iya, loh ... nampaknya di hotel, ya? Hotel mana ini?" ucap dan tanya yang lainnya. Semua mengarah ke salah satu orang yang ngomong duluan masalah live streaming Razmi. "Hooh! Kayak mau gerebek orang, ya?" balas yang lainnya tak kalah heboh. "Ah, nggak puas, aku buka lewat hapeku sendiri saja lah, aku juga berteman kok dengan Mbak Razmi," ucap yang lainnya, karena nggak puas melihat hape satu dilihat ramai-ramai. Terasa sumpek dan sesak napas. Pokoknya tak lega. "Hooh, aku juga mau lihat pakai hapeku sendiri, aku juga berteman kok," balas yang lainnya. "Walau tak berteman, Mbak Razmi ini live publik, jadi bisa dilihat siapa saja, walau tak berteman sekali

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Lanjutan Live Streaming. 35

    Bab 35Lanjutan Live Streaming"Apa aku bilang, kamar 33 kan?! Nampak jelas kamar 33 itu di video!" ucap orang yang menerka kamar 33. "Woh, iya ... kamar 33! Ayoo dong cepetan dibuka kamar itu, nunggu apa sih? Kesuwen ...." sahut yang lainnya gemes. "Tadikan keponakan saya bilang minta kunci cadangan, jadi masih nunggu kunci cadangan! Sabar Bestie! Sabar!" jawab yang merasa Adam adalah keponakannya. "Owh, iya ... Lupa Bestie ... habis nggak sabar menunggu kamar 33 dibuka! Penasaran kamar hotel Jelita Asmara itu seperti apa. Belum pernah ke sana soalnya!""Huuuhh ... kelamaan! Langsung dobrak aja kenapa, ya! Guemes aku sama orang-orang di situ. Klemar-klemer!""Hooh ... kelamaan, keburu habis paket kuotaku nanti! Huuh ... mana penasaran udah naik ke ubun-ubun lagi! Eh, entah apa yang mereka pikirkan. Dobrak aja kenapa, sih?""Kalau habis nanti lihat di hapeku. Kuotaku masih banyak! Tenang Bertie! Tenang! Akan tetap bisa melihat live streaming Mbak Razmi. Seru banget!" "Lama banget

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Lanjutan Penggerebekan. 36

    Bab 36Lanjutan Penggerebekan"Tenang Ibu-ibu semuanya! Tenang! Harap tenang! Kalau kalian nggak tenang, gimana saya mau mikir!" pinta Pak Kades Luqman. Karena emak-emak yang tadinya mau ngerujak, pada nggak jadi. Memilih berlalu menuju ke rumah Pak Kades. "Kami nggak bisa tenang, Pak Kades! Kami malu! Mualuuuuu mual dan malu!" balas yang lainnya. Mereka semua ada di halaman depan rumah Pak Kades. Persis orang demo yang sedang meminta haknya. "Hooh! Tenang gimana? Kayak gini nggak bisa tenang! Udah ngalah-ngalain ketemu Bank Titil yang nagih hutang tiap hari!" sahut yang lainnya. "Kami tenang kalau Arsilla dan Anton di usir dari desa ini. Mereka meresahkan! Takut suamiku nanti di goda saam Arsilla!""Setuju! Mereka memang meresahkan! Bukan hanya suami kita woy, tapi yang punya anak gadis juga resah, takut di godain sama Anton!""Iya betul! Dahlah ... nggak usah mikir lama-lama lagi Pak Kades, useeeerrrrrrr! Useeerr! Useeerr!" balas yang lainnya dengan nada suara tak kalah ngegas.

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Dendam Membara. 37

    Bab 37Dendam MembaraDengan di bantu Tamam akhirnya Pak Luyo mengangkat istrinya. Malu tak malu, Pak Luyo meminta bantuan pada Tamam, walau Tamam sudah menjatuhkan talak kepada anaknya. Tamam saat ini memang marah sama Arsilla. Tapi dia sama sekali tak marah dengan orang yang telah melahirkan dan membesarkan perempuan yang telah memberikannya satu anak itu. Sebenarnya malu sekali Pak Luyo meminta bantuan kepada Tamam. Tapi dia tak tahu lagi mau minta tolong sama siapa. Bu Anna digeletakan di sofa hotel ini. Bu Laila dan Razmi mendekat. Ikut cemas juga dengan keadaan Bu Anna. "Adakah yang bawa minyak kayu putih?" tanya Pak Luyo. Dia sangat cemas memikirkan keadaan istrinya itu. "Saya kebetulan bawa minta kayu putih," jawab Bu Laila. Tanpa diminta lagi, Bu Laila segera mengeluarkan minyak kayu putih dari dalam tasnya. "Ini, Pak!" ucap Bu Laila seraya menyerahkan minyak kayu putih itu kepada Pak Luyo. Dengan cepat Pak Luyo menerima minyak kayu putih yang telah disodorkan itu. "Te

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Membabi Buta. 38

    Bab 38Membabi Buta. "Bu, maafkan Arsilla!" ucap Arsilla seraya menundukan kepalanya. Tak berani dia menatap ke arah ibunya. Bu Anna pun juga sama. Tak mau juga menatap ke arah anaknya. Rasa kesal sangat menyelimuti. Bu Anna sudah siuman. Sekarang sudah ada di rumahnya sendiri. Semua yang lain juga sudah pulang. Masih dengan perasaan yang sama, berkemelut hebat. "Kenapa kamu ke sini?" tanya Bu Anna dengan nada suara ketus, kesal dan kecewa. Jadi satu. Arsilla menelan ludah sejenak. Sesak dadanya mendengar ibunya ngomong seperti itu. Pak Luyo memijat tangan istrinya. Diam. Tak mau menatap ke arah anaknya juga. Sama juga, rasa kecewa dan menyesal jadi satu. Melihat wajah anaknya, masih berkelebat bayangan saat penggerebekan tadi. "Tega kamu berbohong sama Ibu, Silla! Kamu bilang mau ke sekolahan Nabilla. Ternyata kamu malah berbuat mesum sama lelaki yang bukan suamimu! Kamu bilang Tamam memilih kerjaan dari pada datang ke sekolah Nabilla, ternyata kamu bohong!" ucap Bu Anna lagi. B

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Kelabakan. 39

    Bab 39Kelabakan"Nduk, makan dulu!" pinta Bu Laila kepada anaknya. Razmi. Sejak kejadian itu, Razmi memang belum makan. Tatapan matanya kosong. Bu Laila sengaja datang ke rumah Razmi. Untuk mengurus cucu-cucunya. Karena dia tahu, kalau Razmi sedang tak fokus pikirannya. "Razmi nggak lapar, Bu!" jawab Razmi pelan. Tapi masih cukup terdengar jelas di telinga Bu Laila. Bu Laila menelan ludah sejenak. Mengatur napas yang ia rasa sesak. "Kamu belum makan, Nduk! Makan dulu, ya! Perutmu itu harus diisi! Jangan sampai kamu sakit, kasihan anak-anakmu!" balas Bu Laila pelan. Memberikan penjelasan dengan pelan ke arah anaknya. Razmi menarik napasnya kuat-kuat, berharap bisa mengeluarkan batu besar, yang ia rasa sedang bersarang di dadanya. "Nggak lapar, Bu!" balas Razmi lirih. Air matanya sesekali masih bergulir. Karena panasnya hati, menyatu ke area mata. "Paksa makan, ya! Ibu ambilkan, walau sedikit harus tetap diisi!" ucap Bu Laila, masih kekeuh memaksa anaknya itu, agar mau makan. "

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Kena Mental. 40

    Bab 40Kena Mental"Mbak Tarfi'ah!" ucap Tamam terlebih dahulu. Tarfi'ah juga makan di luar. Dia pesan mie ayam. "Tante," sapa Nabilla juga. Seketika Tarfi'ah menoleh ke arah Tamam dan Nabilla. Melihat mereka, seketika Tarfi'ah terkejut, kemudian memaksakan mengulas senyum. "Hai, ngapain?" sapa dan tanya balik Tarfi'ah. Hanya basa-basi saja. Walau tahu tujuan mereka ke situ jelas untuk cari makanan. "Laper, Tante, mau makan!" jawab Nabilla. Tarfi'ah mengedarkan pandang. Ingin tahu mereka datang berdua saja atau bertiga. Bersama Arsilla atau tidak tentunya. "Ayah, kita duduk satu meja sama Tante Fiah, ya!" ucap Nabilla. Tamam seketika mengulas senyum. Kemudian dengan pelan Tamam menganggukkan kepalanya. "Boleh, Sayang!" balas Tamam pelan. Ia usap kepala anaknya. Nabilla mengulas senyum dengan polosnya. "Iyes!" balas Nabilla senang. Kemudian dia segera memilih kursi yang ingin dia duduki. Pun Tamam. Juga duduk di sebelah anaknya. Tarfi'ah terdiam sejenak. Hatinya merasa tak enak

Latest chapter

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Extra Part Ending. 40

    Bab 40Ektra Part 2Lamaran berjalan dengan lancar. Selain lamaran, pembahasan pernikahan sekalian sudah di rundingkan. Semuanya setuju, semuanya merestui. Karena mereka sama-sama tahu betul bagaimana perjuangan cinta anak mereka. Dua keluarga sepakat, acara pernikahan akan digelar semeriah mungkin. Kalau Nabilla sendiri, dia menginginkan pernikahan yang sederhana saja. Begitu juga dengan Nando. Tapi, mereka juga tak bisa menolak keinginan keluarga besar. Nabilla anak pertama dan tunggal. Jadi Nathan menginginkan yang terbaik tentunya. Begitu juga dengan Marlina dan Farhan, Nando juga anak tunggal mereka. Tentu saja tak lega, jika pernikahan anak mereka digelar sederhana. Nabilla dan Nando akhirnya nurut saja. Bagi mereka yang penting semuanya merestui. Itu udah lebih dari cukup.*************************"Kamu deg-degan nggak?" tanya Nando lewat sambungan telpon. Mereka sudah tak diijinkan untuk bertemu. Istilah ngomongnya mereka sedang dipingit."Iya. Kamu sendiri gimana? Deg-deg

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Extra Part. 39

    Bab 39Ekstra Part 1"Kalian masih muda. Yakin mau menikah muda?" tanya Nathan kepada anaknya. Cukup terkejut mendengar pengakuan Nabilla. Ya, Nabilla sudah menceritakan semuanya kepada ayahnya. Nathan tentu saja tercengang mendengar itu. Karena dia pikir, masih banyak yang harus Nabilla kejar. Apalagi, Nabilla termasuk siswa berprestasi. Tapi cinta dia kepada satu laki-laki memang tidak main-main. Itu yang Nathan lihat. "Nabilla yakin ayah, tapi ... kalau Ayah tak mengijinkan, maka Nabilla juga nggak akan mungkin melawan Ayah. Karena bagi Nabilla, ayah segalanya! Tak akan mungkin Nabilla temukan, cinta tulus dari laki-laki selain ayah!" jawab Nabilla. Cukup menyentuh hati yang mendengarnya. Nathan menarik napasnya sejenak. Dia tak menyangka kalau anaknya akan berkata seperti itu. Hatinya terenyuh, saat anaknya bicara seperti itu. Meyakinkan kalau anaknya sangat mencintainya, sangat menghormati dan menghargai keputusannya. Walau keputusannya nanti, mungkin bisa dibilang tak sejala

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Ending. 38

    Bab 38Ending"Seperti itulah ceritanya, kenapa mamamu Amelia sampai sekarang, masih di penjara sampai detik ini! Dia merasa bersalah dan dia menyerahkan diri!" ucap Marlina. Dia menjelaskan semuanya. Di situ juga ada Nathan dan William. Tapi tidak ada Nabilla. Ya, kejadian kecelakaan yang dibuat Amelia di masa lalu, membuat ingatan Nando hilang. Vonis dokter mengatakan memori ingatan Nando hilang. Penyembuhan otak tidak mudah, membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih. Walau tidak pulih seutuhnya, seperti sedia kala. Amelia menyerahkan diri, karena terus menerus dihantui rasa bersalah. Apalagi, kalau melihat Nando kesakitan, jika dia ingin mengingat sesuatu. Bukan hanya Amelia yang masuk penjara, tapi Jambrong juga. Polisi berhasil menangkapnya. Amelia sendiri yang melaporkannya. "Jadi Mama kandungku, Mama Marlina?" tanya balik Nando. Marlina menganggukkan kepalanya. Kemudian refleks Nando memeluk perempuan yang telah melahirkannya. "Maafkan aku, jika selama ini aku tak meng

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Akhirnya. 37

    Bab 37Akhirnya."Marlina!" sapa Amelia setelah dia tiba di ruang Nabilla. Tentu saja semua yang ada di ruangan itu menoleh ke arah suara. "Amelia?" balas Marlina. Terkejut dan tak percaya, jika Amelia datang menemuinya.Amelia terkejut melihat Nabilla yang sama dengan Nando. Lemah tak berdaya di pembaringan. "Astaga ... apa yang aku lakukan? Mungkin Nathan perasaannya juga sama yang aku rasakan saat ini. Khawatir dengan keadaan putrinya! Kenapa aku jahat sekali!?" Maki Amelia dalam hati. Ya, dia memaki dirinya sendiri. Dengan langkah pelan dan badan gemetar, Amelia masuk ke ruangan Nabilla. Matanya tak lepas memandang ke arah gadis itu. Gadis yang selama ini dia benci. Gadis yang selama ini, ia inginkan celaka. Nathan dan Marlina bingung melihat tingkah Amelia. Ada rasa was-was juga. Was-was jika Amelia menyerang Nabilla. Ya, pikirkan mereka masih negatif thinking dengannya. "Ada apa, Amelia?" tanya Marlina. Ditanya seperti itu, Amelia terkejut. Dia baru sadar kalau dia datang k

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Detik-detik Akhir. 36

    Bab 36Detik-detik Akhir"Sejak kapan kamu di sini?" tanya Amelia kepada Marlina. Yang ditanya masih terus mengontrol emosinya."Tak penting kamu tahu sejak kapan aku di sini. Kenapa kamu menghilang?" jawab dan tanya balik Marlina. Amelia membuang muka begitu saja. Tak langsung menjawabnya."Bukan urusanmu!" balas Amelia ketus. Cukup membuat Marlina terkejut tentunya."Bukan urusanku kamu bilang? Kamu pergi membawa anakku! Dan kamu bilang itu bukan urusanku? Ternyata kamu tega sekali. Bukan hanya tega tapi juga kejam!" sungut Marlina. Amelia masih membuang muka. Dia tak berani menatap wajah Marlina. "Dia sekarang anakku! Bahkan secara negara dia sudah sah menjadi anakku! Kamu tak ada hak atas dia!" balas Amelia. Mendengar itu tentu saja membuat Marlina sakit hati. "Dia tetap batal jika menyentuhmu Amelia! Karena secara agama dia putraku! Kamu sangat jahat!" Marlina mengingatkan akan takdir yang sesungguhnya. "Persetan! Nando anakku, sampai kapan pun dia anakku! Jangan harap kamu bi

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Keadaan. 35

    Bab 35Keadaan"Nak, bangun! Nabilla bangun! Ayah mohon!" ucap Nathan. Dia sudah sampai di rumah sakit. Nabilla tak sadarkan diri. Air mata terus berjatuhan. Dadanya sangat sesak. Napasnya seolah tersumbat. Yang ia pikirkan hanyalah keselamatan Nabilla. Hanya itu. Tak ada yang lain lagi.Panggilan telpon dari segala penjuru tak ia respon. Sekarang fokusnya hanya ke Nabilla. Nabilla segalanya baginya. Marlina sudah sampai di rumah sakit. Dia saat ini ada di ruangan Nabilla. Dia baru saja dari ruangan Nando. Nando masih sama keadaannya. Belum sadarkan diri juga. Amelia belum sampai di rumah sakit. Dia masih syok di rumahnya. Syok mendengar Nando kecelakaan. Padahal dia berharap, kabar seperti ini, tidak untuknya. Tapi untuk Nathan dan William. "Nak, bangun!" ucap Marlina lirih di dekat telinga Nabilla. Nathan menoleh ke arah Marlina. Melihat Nabilla melakukan itu, hatinya terasa terenyuh. "Bagaimana keadaan Nando?" tanya Nathan. Yang ditanya menoleh ke arah Nathan. Dia menarik napa

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Hanya Rencana. 34

    Bab 34Hanya Rencana?"Astagfirullah ...." ucap Nathan saat dia kepleset. Nggak tahu kenapa, tiba-tiba Nathan terpleset. Cukup membuat rasa nyeri di kaki ia rasakan. Dengan perlahan Nathan bangkit. Seketika degub jantungnya berdegub kencang sekali. "Kok, perasaan aku jadi nggak enak gini, ya?" tanya Nathan pada diri sendiri. Ya, dia merasa hatinya sedang tidak baik-baik saja. "Nabilla dan Nando sudah sampai rumah Bu Marlina belum, ya?" tanya Nathan, dia jadi kepikiran dengan mereka. Nathan segera melangkah menuju ke ruang TV dengan sangat pelan-pelan, karena kakinya masih nyeri, belum nyaman. Dia duduk di sana terlebih dahulu. Menenangkan hatinya sejenak, sambil sedikit menekan-nekan kaki yang terasa nyeri itu. "Aku telpon Bu Marlina saja. Tanya mereka sudah sampai apa belum. Kalau aku telpon Nabilla itu terlalu berbahaya. Dia sedang di jalan," gumam Nathan ngomong sendiri. Setelah hatinya sedikit bisa dia kendalikan, Nathan meraih gawainya. Dia segera mencari nomor Bu Marlina.

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Lanjutan Rencana. 33

    Bab 33Lanjutan Rencana"Ayah, hari ini Nabilla mau ke rumah Bu Marlina. Ibu yang menolong Nabilla itu. Boleh?" tanya Nabilla kepada ayahnya. Nathan sendiri baru saja selesai bertemu dengan Marlina. Kisah hidupnya cukup membuatnya sesak saat mendengarnya. Ya, Marlina sudah menceritakan semuanya kepada Nathan, masalah Nando hingga jatuh ke tangan Amelia. Cukup menyakitkan dan tentunya cukup bodoh. Itulah yang Nathan pikir, karena dia tak habis pikir, dengan jalan pikir Marlina kala itu. "Mau ayah antar?" tanya Nathan. Nabilla mengulas senyum tipis. Kemudian dia menggelengkan kepalanya. Nathan melipat keningnya sejenak."Nggak usah, Ayah! Nabilla nanti dijemput Nando. Boleh, kan?" jawab dan tanya lagi Nabilla. Nada tanya yang ia katakan, cukup membuat Nathan tak kuasa untuk menolaknya. Tak tega lebih tepatnya. Nada suara Nabilla terdengar sangat berharap. Berharap untuk diijinkan. Nathan menarik napasnya sejenak. Sebenarnya dia sangat berat untuk melepas Nabilla pergi tanpa dirinya.

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Menjalankan Rencana. 32

    Bab 32Menjalankan Rencana"Kamu bodoh sekali Jambrong! Bisa-bisanya kamu gagal culik anak kecil!" Maki Amelia. Sorot mata menyalang, ia lemparkan ke arah lelaki berbadan kekar itu. Dia sudah bersama Jambrong hari ini. Sengaja dia meminta Jambrong untuk datang menemuinya. Semalaman dia tak bisa tidur, gara-gara ucapan Nando, yang telah mengetahui nama Nando Perkasa. Cukup menyita perhatiannya. "Anak itu tak selugu yang kita lihat. Dia itu licik!" balas Jambrong. Amelia nyengir begitu saja. "Halah ... alasan!" sungut Amelia, dengan mata menyalang murka dan memerah. Jambrong menundukan kepalanya. Dia menyadari kalau dia salah. Wajar jika Amelia marah, dia sudah memberikan uang banyak kepada lelaki berbadan kekar itu. Tapi hasilnya tak sesuai dengan apa yang diinginkannya. Cukup membuat rasa kecewa dan sesak menjadi satu."Selicik-liciknya dia, dia itu anak kecil ... harusnya malu bisa kalah sama anak kecil? Percuma badan gede, tapi kalah sama anak kecil!" Maki Amelia lagi. Rasanya me

DMCA.com Protection Status