Share

Dendam Membara. 37

Penulis: Naimatun Niqmah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bab 37

Dendam Membara

Dengan di bantu Tamam akhirnya Pak Luyo mengangkat istrinya. Malu tak malu, Pak Luyo meminta bantuan pada Tamam, walau Tamam sudah menjatuhkan talak kepada anaknya.

Tamam saat ini memang marah sama Arsilla. Tapi dia sama sekali tak marah dengan orang yang telah melahirkan dan membesarkan perempuan yang telah memberikannya satu anak itu.

Sebenarnya malu sekali Pak Luyo meminta bantuan kepada Tamam. Tapi dia tak tahu lagi mau minta tolong sama siapa.

Bu Anna digeletakan di sofa hotel ini. Bu Laila dan Razmi mendekat. Ikut cemas juga dengan keadaan Bu Anna.

"Adakah yang bawa minyak kayu putih?" tanya Pak Luyo. Dia sangat cemas memikirkan keadaan istrinya itu.

"Saya kebetulan bawa minta kayu putih," jawab Bu Laila. Tanpa diminta lagi, Bu Laila segera mengeluarkan minyak kayu putih dari dalam tasnya.

"Ini, Pak!" ucap Bu Laila seraya menyerahkan minyak kayu putih itu kepada Pak Luyo. Dengan cepat Pak Luyo menerima minyak kayu putih yang telah disodorkan itu.

"Te
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Membabi Buta. 38

    Bab 38Membabi Buta. "Bu, maafkan Arsilla!" ucap Arsilla seraya menundukan kepalanya. Tak berani dia menatap ke arah ibunya. Bu Anna pun juga sama. Tak mau juga menatap ke arah anaknya. Rasa kesal sangat menyelimuti. Bu Anna sudah siuman. Sekarang sudah ada di rumahnya sendiri. Semua yang lain juga sudah pulang. Masih dengan perasaan yang sama, berkemelut hebat. "Kenapa kamu ke sini?" tanya Bu Anna dengan nada suara ketus, kesal dan kecewa. Jadi satu. Arsilla menelan ludah sejenak. Sesak dadanya mendengar ibunya ngomong seperti itu. Pak Luyo memijat tangan istrinya. Diam. Tak mau menatap ke arah anaknya juga. Sama juga, rasa kecewa dan menyesal jadi satu. Melihat wajah anaknya, masih berkelebat bayangan saat penggerebekan tadi. "Tega kamu berbohong sama Ibu, Silla! Kamu bilang mau ke sekolahan Nabilla. Ternyata kamu malah berbuat mesum sama lelaki yang bukan suamimu! Kamu bilang Tamam memilih kerjaan dari pada datang ke sekolah Nabilla, ternyata kamu bohong!" ucap Bu Anna lagi. B

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Kelabakan. 39

    Bab 39Kelabakan"Nduk, makan dulu!" pinta Bu Laila kepada anaknya. Razmi. Sejak kejadian itu, Razmi memang belum makan. Tatapan matanya kosong. Bu Laila sengaja datang ke rumah Razmi. Untuk mengurus cucu-cucunya. Karena dia tahu, kalau Razmi sedang tak fokus pikirannya. "Razmi nggak lapar, Bu!" jawab Razmi pelan. Tapi masih cukup terdengar jelas di telinga Bu Laila. Bu Laila menelan ludah sejenak. Mengatur napas yang ia rasa sesak. "Kamu belum makan, Nduk! Makan dulu, ya! Perutmu itu harus diisi! Jangan sampai kamu sakit, kasihan anak-anakmu!" balas Bu Laila pelan. Memberikan penjelasan dengan pelan ke arah anaknya. Razmi menarik napasnya kuat-kuat, berharap bisa mengeluarkan batu besar, yang ia rasa sedang bersarang di dadanya. "Nggak lapar, Bu!" balas Razmi lirih. Air matanya sesekali masih bergulir. Karena panasnya hati, menyatu ke area mata. "Paksa makan, ya! Ibu ambilkan, walau sedikit harus tetap diisi!" ucap Bu Laila, masih kekeuh memaksa anaknya itu, agar mau makan. "

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Kena Mental. 40

    Bab 40Kena Mental"Mbak Tarfi'ah!" ucap Tamam terlebih dahulu. Tarfi'ah juga makan di luar. Dia pesan mie ayam. "Tante," sapa Nabilla juga. Seketika Tarfi'ah menoleh ke arah Tamam dan Nabilla. Melihat mereka, seketika Tarfi'ah terkejut, kemudian memaksakan mengulas senyum. "Hai, ngapain?" sapa dan tanya balik Tarfi'ah. Hanya basa-basi saja. Walau tahu tujuan mereka ke situ jelas untuk cari makanan. "Laper, Tante, mau makan!" jawab Nabilla. Tarfi'ah mengedarkan pandang. Ingin tahu mereka datang berdua saja atau bertiga. Bersama Arsilla atau tidak tentunya. "Ayah, kita duduk satu meja sama Tante Fiah, ya!" ucap Nabilla. Tamam seketika mengulas senyum. Kemudian dengan pelan Tamam menganggukkan kepalanya. "Boleh, Sayang!" balas Tamam pelan. Ia usap kepala anaknya. Nabilla mengulas senyum dengan polosnya. "Iyes!" balas Nabilla senang. Kemudian dia segera memilih kursi yang ingin dia duduki. Pun Tamam. Juga duduk di sebelah anaknya. Tarfi'ah terdiam sejenak. Hatinya merasa tak enak

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Rasa Malu Itu. 41

    Bab 41Rasa Malu itu"Arsilla ke mana lagi?" hanya Pak Luyo kepada istrinya. Bu Anna hanya bisa menghela napas panjang. Kemudian menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Entahlah, Pak, Ibu nggak tahu," jawab Bu Anna. Nada suara lirih, tapi masih terdengar jelas di telinga Pak Luyo. Mereka ada di kamar sekarang. Pak Luyo menatap langit-langit kamarnya. Memakai selimut dan jaket. Kejadian itu, cukup membuat ketahanan tubuhnya down. Bu Anna duduk di tepian ranjang. Duduk di sebelah suaminya. Ketahanan tubuh Bu Anna lebih kuat dibandingkan dengan suaminya. Tapi, masalah hati tetap sama. Terluka. "Anak itu semakin hari, semakin menjadi. Bapak kira kejadian pertama dulu itu, membuat dia insyaf, tapi justru menjadi! Ya Allah ... astagfirullah ...." ucap Pak Luyo, sorot matanya masih fokus ke langit-langit kamarnya. Bu Anna hanya bisa menghela napas panjang. Dia pun juga sama, sama berpikiran seperti suaminya itu. "Ibu pikir juga gitu, Pak, ternyata salah. Ternyata malah semakin menjadi! E

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Jalur Hukum. 42

    Bab 42Jalur Hukum"Sayang, agak cepat makannya, ya! Kita pulang!" pinta Tamam kepada anaknya. Nabilla sedikit mengerutkan kening mendengarnya. Menatap ke arah Tamam dengan tatapan yang penuh dengan tanda tanya. "Papa udah selesai, ya?" balas Nabilla. Tamam menganggukkan kepalanya pelan. Nabilla menghela napasnya sejenak. Ya, sengaja Tamam mempercepat makannya. Karena hatinya pun tak enak. Dia juga malas jika Arsilla datang ke tempat dia makan mie ayam ini. Selain malas melihat orangnya, juga malas ribut juga. Karena Tamam tahu, pasti akan terjadi ribut jika ketemu dengan Arsilla, karena hati masih sama-sama panas. Jadi lebih baik menjauhi, seperti itulah pemikiran Tamam. Apalagi ini sedang di tempat ramai. "Agak di cepatkan makannya, ya! Papa ada urusan, nggak apa-apa, kan?" tanya dan pinta Tamam hanya untuk alasan. "Iya, Pa, nggak apa-apa, kok," jawab Nabilla nurut. Dia pun tak banyak tanya juga. Tak mau tahu juga urusan papanya apa. "Walau cepat-cepat, tapi makannya tetap hat

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Tak Merasa. 43

    Bab 43Tak Merasa"Aku kayaknya nggak usah pulang dulu, deh, kalau aku pulang terus Mas Tamam dan Nabilla pulang juga, tiba-tiba Mbak Silla datang bisa bahaya ini. Lebih baik aku ke toko buku ajalah, sekalian beli novel," ucap Tarfi'ah ngomong sendiri. Dia masih di motor sekarang. Dia memang masih ragu mau pulang. Pikiran dan hatinya pun masih belum tenang. Yang ada dibenaknya sekarang, justru wajah Arsilla yang lagi mencak-mencak ngelabrak dia. Akhirnya Tarfi'ah mengambil keputusan untuk pergi ke toko buku. Karena dia benar-benar belum tenang, jika harus pulang ke rumahnya. Pikiran jelek terus melintas. Cukup membuatnya tak nyaman. Dengan santai, Tarfi'ah mengendarai motornya. Menuju ke toko buku. Selain itu, dia juga mau menenangkan diri. Menenangkan hati dan pikirannya. Agar tak berkemelut hebat. "Mudah-mudahan tak ada masalah lagi dengan Mbak Arsilla. Nggak nyaman banget rasanya!" ucap Tarfi'ah dalam hati, dengan mata terus menatap fokus ke jalanan. **************************

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Detik-detik. 44

    Bab 44Detik-detik"Yakin Bu, tak dampingi Arsilla di rumah Pak Kades?" tanya Pak Luyo kepada istrinya. Hanya sekedar ingin memastikan saja. Bu Anna menelan ludah yang ia rasa susah. Tatapan mata Bu Anna kosong. Hatinya masih sakit. Pikirannya pun kacau. Dengan pelan perempuan paruh baya itu menggelengkan kepalanya. Matanya pun tak mengarah ke arah suaminya. Tatapan matanya kosong. Hatinya masih sangat sakit. "Nggak, Pak, Ibu nggak akan sanggup. Ibu malu, ibu sangat malu dengan keadaan ini, Ibu nggak sanggup ketemu dengan orang-orang sini!" jawab Bu Anna. Pak Luyo menarik napasnya kuat dan menghembuskan pelan. Hatinya masih berkemelut hebat. Tapi dia paham betul perasaan istrinya. Karena dirinya sendiri pun juga merasakan. Sakitnya, malunya, memang masih terasa. "Bapak juga malu, tapi Bapak kasihan juga sama Arsilla!" balas Pak Luyo. "Arsilla nggak kasihan sama kita, Pak! Dia melakukan ini semua benar-bener nggak mikir sama sekali, nggak mikirkan perasaan kita," balas Bu Anna. Pak

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Detik Akhir. 45

    Bab 45Detik Akhir"Owh, Mbak Tarfi'ah baru pulang, syukurlah dia baik-baik saja. Berarti tadi dia tadi tak langsung pulang. Tapi memang lebih baik seperti itu, karena kalau tadi dia langsung pulang pasti ketemu sama Arsilla! Nggak tahu lah apa yang terjadi, kalau sampai tadi ketemu sama Arsilla!" ucap Tamam dalam hati. Ya, saat telinganya mendengar suara deru motor, dia langsung mengintip dari jendela. Gendang telinganya hapal betul suara motor tetangganya itu. Sekarang hatinya lega, karena tetangganya itu baik-baik saja. Pulang sampai rumahnya dengan selamat. Tamam sudah siap menuju ke rumah Pak Luqman. Dia masih bingung Nabilla mau dititipkan ke mana. Karena tak mungkin akan dia ajak ke rumah Pak Luqman. Mau dititipkan ke Tarfi'ah lagi, dia tak enak hati. Tak enak sendiri dengan Tarfi'ah, karena tak mau semakin menambah masalah. "Emm, aku telpon Ibu saja. Tapi, apa iya ibu nggak dampingi Arsilla ke rumah Pak Kedes?" ucap Tamam resah. Dia bingung sendiri. Mau meninggalkan Nabilla

Bab terbaru

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Extra Part Ending. 40

    Bab 40Ektra Part 2Lamaran berjalan dengan lancar. Selain lamaran, pembahasan pernikahan sekalian sudah di rundingkan. Semuanya setuju, semuanya merestui. Karena mereka sama-sama tahu betul bagaimana perjuangan cinta anak mereka. Dua keluarga sepakat, acara pernikahan akan digelar semeriah mungkin. Kalau Nabilla sendiri, dia menginginkan pernikahan yang sederhana saja. Begitu juga dengan Nando. Tapi, mereka juga tak bisa menolak keinginan keluarga besar. Nabilla anak pertama dan tunggal. Jadi Nathan menginginkan yang terbaik tentunya. Begitu juga dengan Marlina dan Farhan, Nando juga anak tunggal mereka. Tentu saja tak lega, jika pernikahan anak mereka digelar sederhana. Nabilla dan Nando akhirnya nurut saja. Bagi mereka yang penting semuanya merestui. Itu udah lebih dari cukup.*************************"Kamu deg-degan nggak?" tanya Nando lewat sambungan telpon. Mereka sudah tak diijinkan untuk bertemu. Istilah ngomongnya mereka sedang dipingit."Iya. Kamu sendiri gimana? Deg-deg

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Extra Part. 39

    Bab 39Ekstra Part 1"Kalian masih muda. Yakin mau menikah muda?" tanya Nathan kepada anaknya. Cukup terkejut mendengar pengakuan Nabilla. Ya, Nabilla sudah menceritakan semuanya kepada ayahnya. Nathan tentu saja tercengang mendengar itu. Karena dia pikir, masih banyak yang harus Nabilla kejar. Apalagi, Nabilla termasuk siswa berprestasi. Tapi cinta dia kepada satu laki-laki memang tidak main-main. Itu yang Nathan lihat. "Nabilla yakin ayah, tapi ... kalau Ayah tak mengijinkan, maka Nabilla juga nggak akan mungkin melawan Ayah. Karena bagi Nabilla, ayah segalanya! Tak akan mungkin Nabilla temukan, cinta tulus dari laki-laki selain ayah!" jawab Nabilla. Cukup menyentuh hati yang mendengarnya. Nathan menarik napasnya sejenak. Dia tak menyangka kalau anaknya akan berkata seperti itu. Hatinya terenyuh, saat anaknya bicara seperti itu. Meyakinkan kalau anaknya sangat mencintainya, sangat menghormati dan menghargai keputusannya. Walau keputusannya nanti, mungkin bisa dibilang tak sejala

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Ending. 38

    Bab 38Ending"Seperti itulah ceritanya, kenapa mamamu Amelia sampai sekarang, masih di penjara sampai detik ini! Dia merasa bersalah dan dia menyerahkan diri!" ucap Marlina. Dia menjelaskan semuanya. Di situ juga ada Nathan dan William. Tapi tidak ada Nabilla. Ya, kejadian kecelakaan yang dibuat Amelia di masa lalu, membuat ingatan Nando hilang. Vonis dokter mengatakan memori ingatan Nando hilang. Penyembuhan otak tidak mudah, membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih. Walau tidak pulih seutuhnya, seperti sedia kala. Amelia menyerahkan diri, karena terus menerus dihantui rasa bersalah. Apalagi, kalau melihat Nando kesakitan, jika dia ingin mengingat sesuatu. Bukan hanya Amelia yang masuk penjara, tapi Jambrong juga. Polisi berhasil menangkapnya. Amelia sendiri yang melaporkannya. "Jadi Mama kandungku, Mama Marlina?" tanya balik Nando. Marlina menganggukkan kepalanya. Kemudian refleks Nando memeluk perempuan yang telah melahirkannya. "Maafkan aku, jika selama ini aku tak meng

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Akhirnya. 37

    Bab 37Akhirnya."Marlina!" sapa Amelia setelah dia tiba di ruang Nabilla. Tentu saja semua yang ada di ruangan itu menoleh ke arah suara. "Amelia?" balas Marlina. Terkejut dan tak percaya, jika Amelia datang menemuinya.Amelia terkejut melihat Nabilla yang sama dengan Nando. Lemah tak berdaya di pembaringan. "Astaga ... apa yang aku lakukan? Mungkin Nathan perasaannya juga sama yang aku rasakan saat ini. Khawatir dengan keadaan putrinya! Kenapa aku jahat sekali!?" Maki Amelia dalam hati. Ya, dia memaki dirinya sendiri. Dengan langkah pelan dan badan gemetar, Amelia masuk ke ruangan Nabilla. Matanya tak lepas memandang ke arah gadis itu. Gadis yang selama ini dia benci. Gadis yang selama ini, ia inginkan celaka. Nathan dan Marlina bingung melihat tingkah Amelia. Ada rasa was-was juga. Was-was jika Amelia menyerang Nabilla. Ya, pikirkan mereka masih negatif thinking dengannya. "Ada apa, Amelia?" tanya Marlina. Ditanya seperti itu, Amelia terkejut. Dia baru sadar kalau dia datang k

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Detik-detik Akhir. 36

    Bab 36Detik-detik Akhir"Sejak kapan kamu di sini?" tanya Amelia kepada Marlina. Yang ditanya masih terus mengontrol emosinya."Tak penting kamu tahu sejak kapan aku di sini. Kenapa kamu menghilang?" jawab dan tanya balik Marlina. Amelia membuang muka begitu saja. Tak langsung menjawabnya."Bukan urusanmu!" balas Amelia ketus. Cukup membuat Marlina terkejut tentunya."Bukan urusanku kamu bilang? Kamu pergi membawa anakku! Dan kamu bilang itu bukan urusanku? Ternyata kamu tega sekali. Bukan hanya tega tapi juga kejam!" sungut Marlina. Amelia masih membuang muka. Dia tak berani menatap wajah Marlina. "Dia sekarang anakku! Bahkan secara negara dia sudah sah menjadi anakku! Kamu tak ada hak atas dia!" balas Amelia. Mendengar itu tentu saja membuat Marlina sakit hati. "Dia tetap batal jika menyentuhmu Amelia! Karena secara agama dia putraku! Kamu sangat jahat!" Marlina mengingatkan akan takdir yang sesungguhnya. "Persetan! Nando anakku, sampai kapan pun dia anakku! Jangan harap kamu bi

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Keadaan. 35

    Bab 35Keadaan"Nak, bangun! Nabilla bangun! Ayah mohon!" ucap Nathan. Dia sudah sampai di rumah sakit. Nabilla tak sadarkan diri. Air mata terus berjatuhan. Dadanya sangat sesak. Napasnya seolah tersumbat. Yang ia pikirkan hanyalah keselamatan Nabilla. Hanya itu. Tak ada yang lain lagi.Panggilan telpon dari segala penjuru tak ia respon. Sekarang fokusnya hanya ke Nabilla. Nabilla segalanya baginya. Marlina sudah sampai di rumah sakit. Dia saat ini ada di ruangan Nabilla. Dia baru saja dari ruangan Nando. Nando masih sama keadaannya. Belum sadarkan diri juga. Amelia belum sampai di rumah sakit. Dia masih syok di rumahnya. Syok mendengar Nando kecelakaan. Padahal dia berharap, kabar seperti ini, tidak untuknya. Tapi untuk Nathan dan William. "Nak, bangun!" ucap Marlina lirih di dekat telinga Nabilla. Nathan menoleh ke arah Marlina. Melihat Nabilla melakukan itu, hatinya terasa terenyuh. "Bagaimana keadaan Nando?" tanya Nathan. Yang ditanya menoleh ke arah Nathan. Dia menarik napa

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Hanya Rencana. 34

    Bab 34Hanya Rencana?"Astagfirullah ...." ucap Nathan saat dia kepleset. Nggak tahu kenapa, tiba-tiba Nathan terpleset. Cukup membuat rasa nyeri di kaki ia rasakan. Dengan perlahan Nathan bangkit. Seketika degub jantungnya berdegub kencang sekali. "Kok, perasaan aku jadi nggak enak gini, ya?" tanya Nathan pada diri sendiri. Ya, dia merasa hatinya sedang tidak baik-baik saja. "Nabilla dan Nando sudah sampai rumah Bu Marlina belum, ya?" tanya Nathan, dia jadi kepikiran dengan mereka. Nathan segera melangkah menuju ke ruang TV dengan sangat pelan-pelan, karena kakinya masih nyeri, belum nyaman. Dia duduk di sana terlebih dahulu. Menenangkan hatinya sejenak, sambil sedikit menekan-nekan kaki yang terasa nyeri itu. "Aku telpon Bu Marlina saja. Tanya mereka sudah sampai apa belum. Kalau aku telpon Nabilla itu terlalu berbahaya. Dia sedang di jalan," gumam Nathan ngomong sendiri. Setelah hatinya sedikit bisa dia kendalikan, Nathan meraih gawainya. Dia segera mencari nomor Bu Marlina.

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Lanjutan Rencana. 33

    Bab 33Lanjutan Rencana"Ayah, hari ini Nabilla mau ke rumah Bu Marlina. Ibu yang menolong Nabilla itu. Boleh?" tanya Nabilla kepada ayahnya. Nathan sendiri baru saja selesai bertemu dengan Marlina. Kisah hidupnya cukup membuatnya sesak saat mendengarnya. Ya, Marlina sudah menceritakan semuanya kepada Nathan, masalah Nando hingga jatuh ke tangan Amelia. Cukup menyakitkan dan tentunya cukup bodoh. Itulah yang Nathan pikir, karena dia tak habis pikir, dengan jalan pikir Marlina kala itu. "Mau ayah antar?" tanya Nathan. Nabilla mengulas senyum tipis. Kemudian dia menggelengkan kepalanya. Nathan melipat keningnya sejenak."Nggak usah, Ayah! Nabilla nanti dijemput Nando. Boleh, kan?" jawab dan tanya lagi Nabilla. Nada tanya yang ia katakan, cukup membuat Nathan tak kuasa untuk menolaknya. Tak tega lebih tepatnya. Nada suara Nabilla terdengar sangat berharap. Berharap untuk diijinkan. Nathan menarik napasnya sejenak. Sebenarnya dia sangat berat untuk melepas Nabilla pergi tanpa dirinya.

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Menjalankan Rencana. 32

    Bab 32Menjalankan Rencana"Kamu bodoh sekali Jambrong! Bisa-bisanya kamu gagal culik anak kecil!" Maki Amelia. Sorot mata menyalang, ia lemparkan ke arah lelaki berbadan kekar itu. Dia sudah bersama Jambrong hari ini. Sengaja dia meminta Jambrong untuk datang menemuinya. Semalaman dia tak bisa tidur, gara-gara ucapan Nando, yang telah mengetahui nama Nando Perkasa. Cukup menyita perhatiannya. "Anak itu tak selugu yang kita lihat. Dia itu licik!" balas Jambrong. Amelia nyengir begitu saja. "Halah ... alasan!" sungut Amelia, dengan mata menyalang murka dan memerah. Jambrong menundukan kepalanya. Dia menyadari kalau dia salah. Wajar jika Amelia marah, dia sudah memberikan uang banyak kepada lelaki berbadan kekar itu. Tapi hasilnya tak sesuai dengan apa yang diinginkannya. Cukup membuat rasa kecewa dan sesak menjadi satu."Selicik-liciknya dia, dia itu anak kecil ... harusnya malu bisa kalah sama anak kecil? Percuma badan gede, tapi kalah sama anak kecil!" Maki Amelia lagi. Rasanya me

DMCA.com Protection Status