Senyum bangga terlihat dari wajah Leo saat membaca berita mengenai Fransiska, masih teringat jelas bagaimana belajar akting sebelum akhirnya melakukan shooting, belum lagi teman-teman di membernya memberikan kejutan saat dirinya shooting. Fransiska menangis dalam pelukan Leo ketika menceritakan kejutan yang mereka buat, tidak hanya itu Leo juga menemani Fransiska mendatangi pernikahan salah satu staf yang pernah menangani mereka.
Beberapa tamu undangan untungnya tidak terlalu mengenal Leo, jika dibandingkan Lucas dan Devan jelas Leo bukan apa-apa. Hal itu justru membuat Leo bernafas lega, bisa menemani Fransiska datang ke acara teman-temannya. Hubungan mereka sejauh ini baik-baik saja, tidak banyak masalah.“Pak, rapat akan segera dimulai.” Agus menatap Leo dengan tatapan hormat.“Mereka sudah siap semua?” tanya Leo yang diangguki Agus.Leo berdiri untuk memulai rapat yang biasanya mereka lakukan, kali ini tidak terlalu berat pasalnya LeoLeo menatap dengan tanda tanya apa yang Putik lakukan di ruangannya. Alarm berbahaya keluar di kepalanya saat mengingat apa yang Putik katakan tadi, memilih diam dan menatap tindakan Putik selanjutnya. Putik membuka pakaiannya secara pelan, seakan kejadian lalu akan terjadi kembali jika Leo hanya diam.“Kamu mau melakukan apa?” tanya Leo yang tidak dipedulikan Putik sama sekali. “Kamu melakukan hal yang sama kaya dulu, aku akan benar-benar memecatmu.”Putik tidak menghiraukan perkataan Leo, membuka pakaiannya dan akhirnya benar-benar tanpa busana saat berada dihadapan Leo. Menelan saliva kasar, sudah lama Leo tidak melakukan hal-hal gila seperti ini dan sekarang ada dihadapannya.“Bagaimana masih menarik?” Putik duduk di pangkuan Leo yang membuat bukit kembarnya tepat berada dihadapannya “Rasakanlah.” Putik mendekatkan bukit kembarnya pada Leo, mengambil tangannya untuk berada di bukit kembarnya. Leo secara otomati meremasnya, Putik memej
Tidak berbuat apapun sampai Fransiska keluar dari kamarnya, Leo tidak tahu harus bagaimana dan saat ini perasaan bersalah menghampirinya. Leo memang tidak mengejar Fransiska dengan membiarkannya tenang terlebih dahulu, setidaknya Leo akan mencari waktu yang pas untuk berbicara dengan dia.“Mana Fransiska?” suara Tania membuat Leo menatap kearahnya “Tadi katanya disini.”“Pulang.” Leo menjawab singkat membuat Tania menatap penuh selidik “Dia minta waktu dan aku jangan menemui dia sampai dia sendiri yang datang.”Tania membuka mulutnya mendengar penjelasan Leo “Lalu kamu hanya diam?” Leo menganggukkan kepala “Kamu nggak ngejar atau apapun itu?” sekali lagi Leo menggelengkan kepalanya “Haduh....anak siapa toh kamu tu? Kok bodoh banget jadi orang.” Leo menatap tidak percaya maminya berkata seperti itu “Mami menyelesaikan sama cewek itu, sekarang dia malah bego amat.” Tania menepuk keningnya pelan.“Mami mau kemana?” tanya Leo melihat Tania ber
Hubungan dengan Fransiska tidak baik-baik saja, sudah beberapa hari tidak ada kabar dari Fransiska sama sekali. Kelima sahabatnya juga tutup mulut membuat Leo tidak bisa berbuat apapun, maminya juga tidak banyak membantu dirinya. Leo malah dibuat stres dengan sikap maminya yang tidak mau berbicara dengan dirinya, mengenai Putik memang sudah dibereskan oleh sang mami membuat Leo tidak akan melakukan apapun lagi pada wanita itu.“Pi, bilangin ke mami dong bantuin aku.” Leo menatap Wijaya dengan tatapan memohon.“Papi nggak bisa bantu apapun, kamu mau papi nggak dapat jatah dari mami kamu?” Wijaya menjawab sambil lalu.“Pi, ini sudah beberapa hari nggak bicara sama mami belum lagi Fransiska yang nggak bisa dihubungi. Kalau kerjaku nggak maksimal bagaimana? Kalau ada apa-apa sama hotel bagaimana?” Leo sekali lagi merayu dengan menatap penuh dengan permohonan.“Papi nggak bisa bantu, mami kamu yang megang hal begini.” Wijaya mengalihkan pandang
“Kaya orang pertama kali ketemu aja.” Endi memutar bola matanya malas.Leo menatap sinis kearah Endi, “kamu nggak tahu berapa lama kita nggak ketemu, gue kangen sama dia sampai nggak bisa ngomong.”“Bisu.” Endi berkata dengan nada dan ekspresi datarnya.Leo melemparkan bantal kearahnya “Lo ada apa kesini?” mengalihkan pembicaraan.“Laporan bulanan biasa Fabian,” jawab Endi singkat “Lo mau dekat lagi sama dia?”Leo mengangguk antusias membuat Endi memutar bola matanya malas “lo tahu gue cinta sama dia.”“Lo butuh perjuangan.” Leo mengangkat alisnya “Fabian juga suka sama Fransiska, mereka beberapa kali berbicara serius.”“Bicara apaan?” Leo langsung merasakan panas dihatinya, bagaimana bisa Fransiska melanjutkan hidup dan dekat dengan pria lain.“Mana gue tahu,” jawab Endi sambil mengangkat bahu “Lo tahu kalau Fransiska sangat menyayangi adik-adiknya itu, apalagi yang gabung disini kesayangan dia
Leo menjadi pria baik-baik demi mendapatkan kepercayaan dari Fransiska, tidak mau melakukan kesalahan yang sama. Tugas Leo setiap harinya saat ini adalah mengantar jemput Fransiska kuliah, berkenalan dengan beberapa teman-teman dekatnya. Pria baik-baik bukan berarti Leo tidak pernah cemburu dengan kedekatan Fransiska bersama teman-teman prianya, Fransiska memang baik sama siapapun membuat orang-orang senang dekat dengan dirinya.Gosip-gosip atau pria yang dijodohkan fans untuk Fransiska sering membuat Leo kesal. Fransiska selalu mengenalkan dengan pria-pria itu, pastinya Leo tahu siapa saja yang memiliki perasaan dengan Fransiska dan tidak. Setiap pria yang memiliki perasaan dengan Fransiska membuat Leo panas jika mereka berdekatan, beberapa kali mereka sering berdebat mengenai kedekatan Fransiska dengan pria-pria itu.“Dia sahabat aku.” Fransiska menatap malas pada Leo, membahas hal yang sama berulang kali.“Setidaknya kamu menghargai perasaanku.” L
Perasaan Leo saat ini bahagia, pernyataan Fransiska saat itu merupakan angin segar atau berita baik untuk hubungan mereka. Tidak perlu lagi menyembunyikan hubungan mereka lagi dihadapan banyak orang, bahkan rekan bisnis Leo sendiri masih menganggap dirinya berstatus single atau belum mempunyai pasangan dan mereka berusaha mendekatkan dengan saudara atau anaknya yang membuat Leo memutar bola matanya malas.Langkah Leo terhenti saat melangkah ke ruangannya di hotel, kunjungan yang dilakukannya saat ini untuk melihat bagaimana hotel mereka tanpa ada dirinya. Sejauh ini laporan yang didapat dari Agus dan Irwan semua baik-baik saja, tapi tetap saja Leo harus mengadakan kunjungan untuk memastikan semuanya. Pindah posisi di pusat tidak membuat Leo bernafas lega, setidaknya Leo memiliki Naila dalam berdiskusi mengenai hotel dan restoran.“Ada apa datang kesini?” Leo menatap Putik dengan tatapan datar.Putik menatap Leo dengan tatapan takut, membuatnya menger
“Aku ingin kamu tanggung jawab, tidak bisakah kamu membantu?” Putik kembali menundukkan kepalanya.Leo tersenyum miring mendengar kata-kata dan perubahan sikap Putik, menggelengkan kepalanya mendengar dan melihat itu semua.“Tanggung jawab? Setelah kamu menghina ibu yang melahirkanku? Kamu waras? Sehat?” Leo berkata dengan nada datar.“Tanggung jawab apa, Sayang?” Fransiska menatap Leo dan Putik bergantian “Aku dengar kalau mbak ini minta kamu bantu tanggung jawab.”“Aku hamil.” Putik berkata langsung membuat Leo menggelengkan kepala saat melihat reaksi Fransiska.Leo berdiri, memegang tangan Fransiska untuk duduk disalah satu sofa panjang. Berhadapan dengan Putik yang diam menatap mereka berdua, tidak peduli dengan apa yang ditatap Putik. Leo hanya fokus pada Fransiska, pandangan mereka bertemu dengan tetap memegang tangan Fransiska membuat Leo menceritakan semua yang baru saja terjadi. Leo tidak mau terjadi kesalahan yang sama
Suara tepukan tangan terdengar setelah Putik keluar dari ruangannya beberapa menit yang lalu, Leo menatap Fransiska yang saat ini memandang dirinya dengan senyum menggoda. Melihat semua gerakannya membuat Leo menarik wanita ini kedalam pelukannya, teriakan kecil terdengar dari bibir Fransiska yang langsung dicium oleh Leo.“Siapa yang ngajarin kamu?” Leo merapikan rambut Fransiska yang berantakan.“Rahasia,” jawab Fransiska dengan senyum menggodanya.“Ada apa tiba-tiba datang kesini? Bagaimana kamu tahu kalau aku disini?” pertanyaan ini dari tadi ingin ditanyakan saat melihat Fransiska memasuki ruangannya.“Kebetulan tadi aku sama Kak Naila, bahas menu sehat buat anak-anak. Lihat kamu masuk ruangan ini sama Kak Putik, langsung pamitan sama Kak Naila dan kesini. Aku sempat dengar pembicaraan kalian berdua, tapi nggak terlalu yakin sampai akhirnya Kak Agus menepuk bahuku dan nyuruh masuk.” Fransiska menjelaskan semuanya.“Agus?” L