“Aku ingin kamu tanggung jawab, tidak bisakah kamu membantu?” Putik kembali menundukkan kepalanya.
Leo tersenyum miring mendengar kata-kata dan perubahan sikap Putik, menggelengkan kepalanya mendengar dan melihat itu semua.“Tanggung jawab? Setelah kamu menghina ibu yang melahirkanku? Kamu waras? Sehat?” Leo berkata dengan nada datar.“Tanggung jawab apa, Sayang?” Fransiska menatap Leo dan Putik bergantian “Aku dengar kalau mbak ini minta kamu bantu tanggung jawab.”“Aku hamil.” Putik berkata langsung membuat Leo menggelengkan kepala saat melihat reaksi Fransiska.Leo berdiri, memegang tangan Fransiska untuk duduk disalah satu sofa panjang. Berhadapan dengan Putik yang diam menatap mereka berdua, tidak peduli dengan apa yang ditatap Putik. Leo hanya fokus pada Fransiska, pandangan mereka bertemu dengan tetap memegang tangan Fransiska membuat Leo menceritakan semua yang baru saja terjadi. Leo tidak mau terjadi kesalahan yang samaSuara tepukan tangan terdengar setelah Putik keluar dari ruangannya beberapa menit yang lalu, Leo menatap Fransiska yang saat ini memandang dirinya dengan senyum menggoda. Melihat semua gerakannya membuat Leo menarik wanita ini kedalam pelukannya, teriakan kecil terdengar dari bibir Fransiska yang langsung dicium oleh Leo.“Siapa yang ngajarin kamu?” Leo merapikan rambut Fransiska yang berantakan.“Rahasia,” jawab Fransiska dengan senyum menggodanya.“Ada apa tiba-tiba datang kesini? Bagaimana kamu tahu kalau aku disini?” pertanyaan ini dari tadi ingin ditanyakan saat melihat Fransiska memasuki ruangannya.“Kebetulan tadi aku sama Kak Naila, bahas menu sehat buat anak-anak. Lihat kamu masuk ruangan ini sama Kak Putik, langsung pamitan sama Kak Naila dan kesini. Aku sempat dengar pembicaraan kalian berdua, tapi nggak terlalu yakin sampai akhirnya Kak Agus menepuk bahuku dan nyuruh masuk.” Fransiska menjelaskan semuanya.“Agus?” L
Menatap kesal membaca berita tentang kedekatan Fransiska dengan salah satu penyanyi pria, sedangkan dengan lawan mainnya tidak ada berita negatif. Leo ingin membanting ponsel yang ada di tangannya, andaikan dirinya tidak ingat harga ponsel sangat mahal dan membuang uang membeli ponsel hanya karena emosi.“Mereka sering dipasangkan,” ucap Jimmy membuat Leo menatap kearahnya “Cocok banget sih mereka, interaksi pas acara musik juga gemesin.”Leo memutar bola matanya malas, perkataan Jimmy bukan sekali di dengarnya. Dulu mungkin Leo tidak peduli tapi sekarang rasanya ingin membuka ke semuanya tentang hubungan mereka berdua, perjanjian mereka setelah filmnya tayang sedangkan belum ada kepastian kapan tayangnya.“Udah pernah ketemu sama ni cowok?” tanya Jimmy membuyarkan lamunan Leo.“Kepo banget lagian kenapa pengen tahu segala sih.” Leo memutar bola matanya malas.“Temen-temen gue banyak yang suka sama mereka terutama ni cowok,” jaw
Berdua duduk di taman belakang, tanpa ada yang memulai pembicaraan, beberapa kali menatap Fransiska yang hanya diam. Leo tahu jika yang dilakukan dan katakan tadi sangat kekanakan, tapi rasa sesak didalam dada ketika mengingat isi berita membuat dirinya tidak bisa mengontrol semuanya.“Jadi?” tanya Leo membuka suara terlebih dahulu.Hembusan nafas terdengar dari Fransiska, memandang Leo dengan tatapan lelah “Kami dekat dan nggak ada hubungan lebih, hampir sama kaya kamu dengan Kak Anggi atau Kak Zee dengan Kak Endi. Dunia hiburan membuatku sulit mendapatkan teman lawan jenis, jadi saat kami dekat semuanya terasa menyenangkan,” jelas Fransiska menatap dalam kedua mata Leo.“Murni berteman?” tanya Leo membuat Fransiska terdiam “Kalian pernah berhubungan lebih dari teman?”“Dulu,” jawab Fransiska menundukkan kepalanya.“Berapa lama dan kenapa berpisah?” tanya Leo lagi mencoba tidak peduli dengan reaksi Fransiska.“Nggak
“Tunggu-tunggu!” seru Leo menatap kedua wanita bergantian terutama Fransiska penuh selidik “Kamu bicara tentang pernikahan sama orang tua? Lalu aku nggak?”“Lo kan tadi ngambek, gimana dia mau ngomong,” ucap Anggi yang membuat Leo menatapnya tajam, “Udah gue masuk dulu bawa anak gue, daripada jadi sasaran Leo.”Memberikan tatapan tajam pada Anggi saat mengambil anaknya dari gendongan Fransiska, wanita itu menatap Anggi sampai benar-benar tidak terlihat. Leo yang melihat itu semakin gatal ingin bertanya lebih jauh dengan perkataan atau keputusan Fransiska dengan kedua orang tua mereka.“Mau tanya apa?” tanya Fransiska dengan tangannya berada di pinggang menatap Leo malas.“Tentang yang kamu katakan tadi.” Leo menjawab singkat.Hembusan nafas dikeluarkan Fransiska, “Bisa kita bahas nanti malam?” menatap penuh memohon “Aku ada ujian.”“Aku antar dan aku tunggu sampai selesai,” ajak Leo yang dijawab gelengan kepala Fransi
Leo menatap Tania saat mengucapkan kata-kata itu, hanya hembusan nafas yang terdengar. Tidak memberikan jawaban pasti mengenai perkataan Leo, meninggalkan mereka dengan Rifat yang entah membahas apa, Leo sendiri memilih ke hotel dibandingkan kantor pusat. Tidak terlalu banyak yang bisa dilakukannya di pusat, lebih baik berada di hotel bersama dengan Agus dan Irwan serta Naila.“Kalau lo kesini yang Agus jadi balik kaya asisten lo bukan pimpinan,” ucap Endi memasuki ruangannya.“Ngapain lo ke hotel?” tanya Leo menatap penuh selidik.Endi memutar bola matanya malas “Ponsel lo mati dan kita ada pembicaraan tentang acara-acara yang akan hotel adakan.”Leo membuka ponselnya dan menggarukkan kepalanya saat melihat ponselnya mati, menatap Endi penuh dengan penyesalan dan Endi hanya menggelengkan kepalanya. Memilih kembali pada laptop yang ada dihadapannya, membahas bersama dengan Endi tentang acara-acara hotel.“Agus sudah tungguin kit
Menatap Risa yang ada dihadapannya, tubuhnya membeku tidak bisa merespon apa yang Risa katakan. Tatapannya beralih pada Putik, wanita itu hanya diam dan tidak melakukan gerakan apapun seakan menunggu jawaban Leo. Menghembuskan nafas panjang, sebelum akhirnya menundukkan wajahnya agar bisa sejajar dengan Risa.“Maaf, Om nggak bisa karena ada kerjaan yang harus dilakukan,” tolak Leo dengan halus.Risa mengerucutkan bibirnya dan menatap Leo dengan tatapan sedih “Aku hanya ingin merasakan keluarga utuh, apa tidak bisa? Om nggak kasihan sama aku dan mama?”Leo secara otomatis menatap Putik, dari tatapan dan penilaiannya badan Putik lebih kurus dibandingkan sebelumnya atau lebih tepat pertemuan terakhir mereka. Sentuhan tangan Risa membuat Leo mengalihkan pandangan kearahnya dan mencoba fokus, tatapan permohonan yang diberikannya membuat Leo terdiam, berbagai macam pikiran terutama Fransiska didalam sana.“Maafkan, aku nggak bisa.” Leo mengatak
Semua menatap Rifat dengan tatapan tanda tanya, tidak mau membuat masalah lebih lanjut Leo berdiri mendatangi Rifat. Mereka memasuki ruang kerja yang biasa digunakan untuk membicarakan masalah pekerjaan atau hal-hal yang berhubungan dengan masalah keluarga. Tidak lama pintu terbuka dimana Wijaya masuk dan langsung mengambil tempat duduk miliknya, menatap Rifat dengan tatapan ingin tahu.“Ceritakan apa yang terjadi tadi di kantor?” buka Rifat tanpa basa-basi.Leo menatap pengawalnya yang duduk di tempat tidak jauh dari mereka semua, hembusan nafas panjang dikeluarkannya. Leo menceritakan semuanya dimulai dari kedatangan mereka yang tiba-tiba, keinginan Risa untuk makan bersama sampai dengan pembicaraan mereka yang di dengar secara tidak sengaja.Rifat memutar rekaman membuat mereka semua mendengarkannya dalam diam, Leo sangat tahu isi pembicaraan mereka. Tidak lama Rifat memutar rekaman yang lain membuat Leo langsung menatap pengawalnya, rekaman yang
“Perjuangan kita belum selesai,” ucap Leo membuat Fransiska terdiam menatap kearahnya “Boleh aku jujur?” “Aku harap bukan hal buruk,” ucap Fransiska langsung.“Mungkin bisa dikatakan akan menjadi masalah hubungan kita atau nggak,” ucap Leo tidak yakin, “Aku sendiri nggak yakin membicarakan masalah ini.”“Wanita bernama Putik?” tembak Fransiska langsung membuat Leo terkejut dan menganggukkan kepala “Dia berbicara denganku beberapa hari setelah pertemuan kita sama dia, dia juga memberikan video hubungan intim kalian di atap.”“APA!” Leo menatap tidak percaya dan penuh emosi “Lalu kamu?”“Dia bilang kalau itu benar anak kamu dan video itu buktinya, kalau kita tetap menikah dia akan menyebarkan video itu.” Fransiska melanjutkan ceritanya tanpa peduli dengan reaksi Leo.“Lalu kamu??” tanya Leo kembali dengan cemas.“Aku jawab langsung datang ke kamu, buat apa datangin aku karena bukan urusanku. Dia terkejut, ak