“Kaya orang pertama kali ketemu aja.” Endi memutar bola matanya malas.
Leo menatap sinis kearah Endi, “kamu nggak tahu berapa lama kita nggak ketemu, gue kangen sama dia sampai nggak bisa ngomong.”“Bisu.” Endi berkata dengan nada dan ekspresi datarnya.Leo melemparkan bantal kearahnya “Lo ada apa kesini?” mengalihkan pembicaraan.“Laporan bulanan biasa Fabian,” jawab Endi singkat “Lo mau dekat lagi sama dia?”Leo mengangguk antusias membuat Endi memutar bola matanya malas “lo tahu gue cinta sama dia.”“Lo butuh perjuangan.” Leo mengangkat alisnya “Fabian juga suka sama Fransiska, mereka beberapa kali berbicara serius.”“Bicara apaan?” Leo langsung merasakan panas dihatinya, bagaimana bisa Fransiska melanjutkan hidup dan dekat dengan pria lain.“Mana gue tahu,” jawab Endi sambil mengangkat bahu “Lo tahu kalau Fransiska sangat menyayangi adik-adiknya itu, apalagi yang gabung disini kesayangan diaLeo menjadi pria baik-baik demi mendapatkan kepercayaan dari Fransiska, tidak mau melakukan kesalahan yang sama. Tugas Leo setiap harinya saat ini adalah mengantar jemput Fransiska kuliah, berkenalan dengan beberapa teman-teman dekatnya. Pria baik-baik bukan berarti Leo tidak pernah cemburu dengan kedekatan Fransiska bersama teman-teman prianya, Fransiska memang baik sama siapapun membuat orang-orang senang dekat dengan dirinya.Gosip-gosip atau pria yang dijodohkan fans untuk Fransiska sering membuat Leo kesal. Fransiska selalu mengenalkan dengan pria-pria itu, pastinya Leo tahu siapa saja yang memiliki perasaan dengan Fransiska dan tidak. Setiap pria yang memiliki perasaan dengan Fransiska membuat Leo panas jika mereka berdekatan, beberapa kali mereka sering berdebat mengenai kedekatan Fransiska dengan pria-pria itu.“Dia sahabat aku.” Fransiska menatap malas pada Leo, membahas hal yang sama berulang kali.“Setidaknya kamu menghargai perasaanku.” L
Perasaan Leo saat ini bahagia, pernyataan Fransiska saat itu merupakan angin segar atau berita baik untuk hubungan mereka. Tidak perlu lagi menyembunyikan hubungan mereka lagi dihadapan banyak orang, bahkan rekan bisnis Leo sendiri masih menganggap dirinya berstatus single atau belum mempunyai pasangan dan mereka berusaha mendekatkan dengan saudara atau anaknya yang membuat Leo memutar bola matanya malas.Langkah Leo terhenti saat melangkah ke ruangannya di hotel, kunjungan yang dilakukannya saat ini untuk melihat bagaimana hotel mereka tanpa ada dirinya. Sejauh ini laporan yang didapat dari Agus dan Irwan semua baik-baik saja, tapi tetap saja Leo harus mengadakan kunjungan untuk memastikan semuanya. Pindah posisi di pusat tidak membuat Leo bernafas lega, setidaknya Leo memiliki Naila dalam berdiskusi mengenai hotel dan restoran.“Ada apa datang kesini?” Leo menatap Putik dengan tatapan datar.Putik menatap Leo dengan tatapan takut, membuatnya menger
“Aku ingin kamu tanggung jawab, tidak bisakah kamu membantu?” Putik kembali menundukkan kepalanya.Leo tersenyum miring mendengar kata-kata dan perubahan sikap Putik, menggelengkan kepalanya mendengar dan melihat itu semua.“Tanggung jawab? Setelah kamu menghina ibu yang melahirkanku? Kamu waras? Sehat?” Leo berkata dengan nada datar.“Tanggung jawab apa, Sayang?” Fransiska menatap Leo dan Putik bergantian “Aku dengar kalau mbak ini minta kamu bantu tanggung jawab.”“Aku hamil.” Putik berkata langsung membuat Leo menggelengkan kepala saat melihat reaksi Fransiska.Leo berdiri, memegang tangan Fransiska untuk duduk disalah satu sofa panjang. Berhadapan dengan Putik yang diam menatap mereka berdua, tidak peduli dengan apa yang ditatap Putik. Leo hanya fokus pada Fransiska, pandangan mereka bertemu dengan tetap memegang tangan Fransiska membuat Leo menceritakan semua yang baru saja terjadi. Leo tidak mau terjadi kesalahan yang sama
Suara tepukan tangan terdengar setelah Putik keluar dari ruangannya beberapa menit yang lalu, Leo menatap Fransiska yang saat ini memandang dirinya dengan senyum menggoda. Melihat semua gerakannya membuat Leo menarik wanita ini kedalam pelukannya, teriakan kecil terdengar dari bibir Fransiska yang langsung dicium oleh Leo.“Siapa yang ngajarin kamu?” Leo merapikan rambut Fransiska yang berantakan.“Rahasia,” jawab Fransiska dengan senyum menggodanya.“Ada apa tiba-tiba datang kesini? Bagaimana kamu tahu kalau aku disini?” pertanyaan ini dari tadi ingin ditanyakan saat melihat Fransiska memasuki ruangannya.“Kebetulan tadi aku sama Kak Naila, bahas menu sehat buat anak-anak. Lihat kamu masuk ruangan ini sama Kak Putik, langsung pamitan sama Kak Naila dan kesini. Aku sempat dengar pembicaraan kalian berdua, tapi nggak terlalu yakin sampai akhirnya Kak Agus menepuk bahuku dan nyuruh masuk.” Fransiska menjelaskan semuanya.“Agus?” L
Menatap kesal membaca berita tentang kedekatan Fransiska dengan salah satu penyanyi pria, sedangkan dengan lawan mainnya tidak ada berita negatif. Leo ingin membanting ponsel yang ada di tangannya, andaikan dirinya tidak ingat harga ponsel sangat mahal dan membuang uang membeli ponsel hanya karena emosi.“Mereka sering dipasangkan,” ucap Jimmy membuat Leo menatap kearahnya “Cocok banget sih mereka, interaksi pas acara musik juga gemesin.”Leo memutar bola matanya malas, perkataan Jimmy bukan sekali di dengarnya. Dulu mungkin Leo tidak peduli tapi sekarang rasanya ingin membuka ke semuanya tentang hubungan mereka berdua, perjanjian mereka setelah filmnya tayang sedangkan belum ada kepastian kapan tayangnya.“Udah pernah ketemu sama ni cowok?” tanya Jimmy membuyarkan lamunan Leo.“Kepo banget lagian kenapa pengen tahu segala sih.” Leo memutar bola matanya malas.“Temen-temen gue banyak yang suka sama mereka terutama ni cowok,” jaw
Berdua duduk di taman belakang, tanpa ada yang memulai pembicaraan, beberapa kali menatap Fransiska yang hanya diam. Leo tahu jika yang dilakukan dan katakan tadi sangat kekanakan, tapi rasa sesak didalam dada ketika mengingat isi berita membuat dirinya tidak bisa mengontrol semuanya.“Jadi?” tanya Leo membuka suara terlebih dahulu.Hembusan nafas terdengar dari Fransiska, memandang Leo dengan tatapan lelah “Kami dekat dan nggak ada hubungan lebih, hampir sama kaya kamu dengan Kak Anggi atau Kak Zee dengan Kak Endi. Dunia hiburan membuatku sulit mendapatkan teman lawan jenis, jadi saat kami dekat semuanya terasa menyenangkan,” jelas Fransiska menatap dalam kedua mata Leo.“Murni berteman?” tanya Leo membuat Fransiska terdiam “Kalian pernah berhubungan lebih dari teman?”“Dulu,” jawab Fransiska menundukkan kepalanya.“Berapa lama dan kenapa berpisah?” tanya Leo lagi mencoba tidak peduli dengan reaksi Fransiska.“Nggak
“Tunggu-tunggu!” seru Leo menatap kedua wanita bergantian terutama Fransiska penuh selidik “Kamu bicara tentang pernikahan sama orang tua? Lalu aku nggak?”“Lo kan tadi ngambek, gimana dia mau ngomong,” ucap Anggi yang membuat Leo menatapnya tajam, “Udah gue masuk dulu bawa anak gue, daripada jadi sasaran Leo.”Memberikan tatapan tajam pada Anggi saat mengambil anaknya dari gendongan Fransiska, wanita itu menatap Anggi sampai benar-benar tidak terlihat. Leo yang melihat itu semakin gatal ingin bertanya lebih jauh dengan perkataan atau keputusan Fransiska dengan kedua orang tua mereka.“Mau tanya apa?” tanya Fransiska dengan tangannya berada di pinggang menatap Leo malas.“Tentang yang kamu katakan tadi.” Leo menjawab singkat.Hembusan nafas dikeluarkan Fransiska, “Bisa kita bahas nanti malam?” menatap penuh memohon “Aku ada ujian.”“Aku antar dan aku tunggu sampai selesai,” ajak Leo yang dijawab gelengan kepala Fransi
Leo menatap Tania saat mengucapkan kata-kata itu, hanya hembusan nafas yang terdengar. Tidak memberikan jawaban pasti mengenai perkataan Leo, meninggalkan mereka dengan Rifat yang entah membahas apa, Leo sendiri memilih ke hotel dibandingkan kantor pusat. Tidak terlalu banyak yang bisa dilakukannya di pusat, lebih baik berada di hotel bersama dengan Agus dan Irwan serta Naila.“Kalau lo kesini yang Agus jadi balik kaya asisten lo bukan pimpinan,” ucap Endi memasuki ruangannya.“Ngapain lo ke hotel?” tanya Leo menatap penuh selidik.Endi memutar bola matanya malas “Ponsel lo mati dan kita ada pembicaraan tentang acara-acara yang akan hotel adakan.”Leo membuka ponselnya dan menggarukkan kepalanya saat melihat ponselnya mati, menatap Endi penuh dengan penyesalan dan Endi hanya menggelengkan kepalanya. Memilih kembali pada laptop yang ada dihadapannya, membahas bersama dengan Endi tentang acara-acara hotel.“Agus sudah tungguin kit