Hotel yang tidak pernah sepi sama sekali dari tamu, membuat beberapa karyawan harus bekerja ekstra. Leo bisa melihat beberapa karyawannya bekerja ekstra agar para tamu puas dengan pelayanannya, terkadang jika tidak terlalu sibuk Leo akan turun membantu.
“Terima kasih dan semoga anda nyaman berada di hotel ini.” Putik berkata dengan memberikan senyuman terbaiknya.
“Siang, Pak.”
Leo hanya tersenyum ketika beberapa karyawan menyapa dan menundukkan kepalanya, tatapan Leo tidak lepas dari Putik. Mengantarkan dia pulang kemarin memberikan sesuatu berbeda pada perasaan Leo, tepukan ringan di bahu membuat Leo menatap kearahnya dan seketika beranjak dari tempatnya berada.
“Jangan bicara.” Leo menghentikan Endi untuk berbicara di tempat umum.
Leo melangkah ke tempat dimana Putik berada, tidak tahu apa yang membuatnya berjalan ke tempat Putik, satu hal yang pasti Leo ingin berbicara mengenai putrinya. Leo tidak tahu apa yang ada dalam otaknya saat ini, mengenai keberadaan anak Putik yang berada di lingkungan hotel.
“Putik, temui saya di ruangan lima belas menit lagi.” Leo berkata dengan nada datar saat sudah berada dekat dengan Putik berada.
“Baik, Pak.” Putik hanya menganggukkan kepala.
Leo langsung meninggalkan tempat dimana Putik berada dengan berjalan ke arah lift, tujuannya pasti ruangannya. Leo tidak menyadari Endi daritadi mengikutinya, bahkan masih tidak menyadari jika Endi berada dalam lift yang sama dengannya.
“Kamu mau ngapain?” tanya Endi tepat saat pintu lift tertutup.
Leo mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Endi “Oh...manggil Putik? Aku ingin tahu kenapa dia harus membawa anaknya kesini, kalau memang ada solusi akan lebih baik jika ditaruh di tempat penitipan anak.”
“Uang darimana?” tanya Endi langsung membuat Leo terdiam “Jangan ambil keputusan kalau belum tahu harus gimana?”
“Kamu sendiri ngapain disini?” tanya Leo menatap penuh selidik.
Endi mencibir perkataan Leo “Lucas memperlakukan aku sama kaya Om Rifat.” Leo tersenyum mendengar perkataan Endi “Kadang bosan harus kesana kesini, enak kalian punya tempat tetap.”
Leo mengangguk pelan “Mas Boy masih mengurus perusahaan Mas Tian, kan?” Endi mengangguk “Perusahaan itu juga masuk ke pusat, kan?”
“Ya, setelah perdebatan panjang.” Endi menjawabnya dengan malas “Om Tian butuh waktu lama untuk gabung sama H&D Group, pemikirannya nggak bisa sistematis.”
“Perusahaan Om Tian sudah punya nama, jadi perlu pemikiran panjang. Om Rifat aja paham.”
Pintu lift terbuka tepat saat Leo berkata demikian, mereka langsung melangkah ke ruangan Leo. Pintu terbuka menampilkan Irwan dalam keadaan kacau, mereka berdua hanya saling memandang satu sama lain.
“Kenapa?” tanya Leo duduk dihadapan Irwan.
“Saudara kalian si Dona.” Leo dan Endi saling menatap satu sama lain “Aku sudah bilang kalau nggak mungkin sama dia, aku mencintai wanita lain tapi tetap aja pada pendiriannya.”
“Kalian cocok, jadi kenapa nggak?” Endi membuka suaranya.
“Cinta, aku nggak mencintai Dona. Kalian mau kita berdua menikah tapi aku nggak cinta sama dia?” Irwan menatap mereka berdua bergantian “Terus karena nggak cinta akhirnya selingkuh, mau Dona aku begitukan.”
“Jangan sampai selingkuh lah.” Leo membuka suara “Kayaknya kalian memang harus bicara baik-baik.”
“Makanya aku butuh kalian berdua.” Irwan menatap Leo dan Endi bergantian.
Endi mengangkat tangannya “Aku nggak bisa kasih tahu Dona, sejarah kami nggak bagus.” Leo mengangguk seakan dirinya sama dengan Endi “Jangan berharap dari Azka, mereka berdua nggak terlalu dekat.”
“Anggi dan Zee.” Leo membuka suaranya membuat Irwan dan Endi menatapnya “Aku nanti bicara sama mereka berdua.”
“Akhirnya.” Irwan bernafas lega “Kalau gitu aku bisa menikah dengan tenang.”
“Jadi menikah?” tanya Endi memastikan yang diangguki Irwan.
“Kalian berdua lebih baik keluar, waktunya Putik kesini.” Leo membuka suaranya menghentikan pembicaraan mereka berdua.
Kedua pria itu memilih keluar dari ruangan Leo, mereka berdua paham jika Leo membutuhkan untuk berbicara dengan Putik masalah keberadaan putrinya di tempat kerja. Menunggu sambil membaca berkas yang disiapkan Agus dan berada dihadapannya, menatap jam dimana sepertinya Putik akan terlambat. Ketukan pintu membuat Leo langsung memintanya untuk masuk, menatap Putik yang ragu-ragu dengan segera Leo memberikan perintah masuk dan menutup pintu.
“Anda tahu alasan dipanggil?” tanya Leo langsung yang membuat Putik menggelengkan kepala “Saya memanggil anda terkait Risa.”
“Kenapa dengan anak saya Risa, Pak?” tanya Putik langsung dengan wajah ketakutannya “Apa sudah tidak boleh berada disini?”
Leo menghembuskan nafas panjang “Ya.” Putik membelalakkan matanya “Saya tahu kalau Ibu Tania yang memberikan kemudahan ini semua, tapi saya sendiri tidak yakin anda bisa melalui ini semua.”
“Selama ini Risa tidak pernah mengganggu pekerjaan saya.” Putik mencoba mempertahankan putirnya tersebut.
Leo hanya diam menatap Putik yang memberikan tatapan memohon “Dimana suami anda?” Putik bingung dengan pertanyaan Leo “Suami anda berada dimana? Saudara anda?”
“Saya sudah diusir dari rumah karena hamil, suami? Saya tidak tahu dimana dia karena setelah saya melahirkan dia pergi begitu saja.”
“Orang tua kamu?” tanya Leo sedikit penasaran.
Putik mengubah ekspresinya menjadi sedih “Setelah perceraian itu ibu saya meninggal dunia dan ayah saya menikah kembali.”
“Saudara?”
“Saya anak tunggal.”
Leo terdiam dan membaca berkas yang ada dihadapannya, beberapa kali tatapannya mengarah di kertas dan Putik untuk memastikan apa yang dikatakan benar. Hembusan nafas panjang dilakukan Leo saat mendengar jawaban Putik, setelah mengantarkan Putik semalam Leo berbicara pada kedua orangtuanya akan melamar salah satu pegawai hotel dan sukses membuat mereka berdua terkejut, Leo memutuskannya ketika meminta salah satu pengawal memeriksa latar belakang Putik setelah berbicara dengan Agus.
Putik yang ada dihadapan Leo semakin bingung dengan sikap atasannya itu, tatapan takut dan tidak nyaman membuat. Leo sendiri beberapa kali menatap Putik, memikirkan apa keputusannya ini sudah benar atau tidak. Leo tidak tahu apakah menyukai Putik disaat pertama kali melihatnya atau hanya perasaan kagum semata, tapi satu hal Leo ingin menikahi wanita dihadapannya untuk membuat Risa putrinya mendapatkan kasih sayang seorang pria.
“Pak, maaf apakah tidak ada lagi yang ingin dibicarakan?” tanya Putik memberanikan diri.
“Apa kamu memiliki teman pria yang lagi dekat?” tanya Leo langsung yang membuat Putik semakin bingung dengan pertanyaan Leo “Apa ada pria yang dekat dengan kamu?”
Leo tahu jika panggilan yang digunakan ke Putik bukan lagi bahasa formal layaknya atasan dan bawahan, Leo hanya ingin mencoba dekat dengan wanita yang berada dihadapannya. Satu lagi perbedaan mereka adalah usia, dimana mereka berbeda delapan tahun lebih tua Putik.
“Saya berniat serius dengan kamu, jadi saya ingin melamar kamu.” Leo berkata dengan tegas.
Putik membuka mulutnya tidak percaya dengan apa yang di dengarnya “Anda melamar saya?”
Leo tahu bahwa apa yang dilakukannya saat ini diluar akal sehat, melihat ekspresi dari Putik pastinya tidak salah. Leo sendiri tidak tahu perkataannya bisa dipertanggungjawabkan atau tidak, menatap Putik yang masih diam setelah pertanyaannya membuat suasana diantara mereka menjadi sunyi. Leo menatap dengan teliti apa yang membuatnya mengambil keputusan gila dengan mengajak wanita dihadapannya, banyak hal berbeda diantara mereka dan tidak yakin semua berjalan dengan sangat lancar.“Saya menolak permintaan anda.” Putik mengatakan dengan tegas setelah cukup lama.Leo terkejut dengan jawaban Putik “Apa alasan kamu menolak?”“Banyak hal yang berbeda dari kita berdua dan saya tidak yakin semua akan berjalan lancar.” Putik menjawab dengan sangat masuk akal.“Menikah pastinya akan ada perbedaan.” Leo mencoba memberikan alasan masuk akal.Putik tersenyum membuat Leo mengangkat alisnya “Anda belum mengena
Memijat kepalanya perlahan, menatap sekitar tempat dimana Leo menghabiskan waktunya dengan Endi kemarin. Berharap malamnya akan tenang tanpa masalah seperti semalam, memikirkan perkataan Putik yang menolaknya semakin membuat sesuatu dalam dirinya tertantang untuk mendapatkan wanita itu.Suara sekitarnya membuat Leo mengalihkan pandangan, sekali lagi pandangan yang sama seperti semalam terlihat dengan jelas. Kali ini bukan wanita yang semalam dan itu membuat Leo hanya diam melihatnya, dari kejauhan Leo bisa melihat ketidaknyamanan dari wanita itu. Tidak lama wanita itu lagi-lagi ke kamar mandi, Leo menghembuskan nafas panjang karena harus lagi-lagi berurusan dengan hal gila macam ini.Leo hanya diam sampai akhirnya wanita itu kembali dan tampak pria itu mengajak keluar, dengan segera Leo beranjak dari tempatnya dan langsung mengambil kendaraannya. Langkahnya terhenti saat mendengar suara wanita, menatap mereka dan menemukan wanita yang semalam dan Leo tidak tahu namanya
“Putik masih menolak?” tanya Irwan yang diangguki Leo “Kamu kemarin kemana?”“Maksudnya?” tanya Leo menatap Irwan bingung.“Aku lihat kamu sama dua cewek.” Irwan menjawab dengan memberikan tatapan penuh selidik.“Aku ketemu salah satu dari mereka dua hari lalu, dijual sama agencynya untuk melayani pria.” Leo menjawab dengan menatap lurus seakan mencoba mengingat apa yang terjadi, termasuk didalamnya perkataan Fransiska.“Kamu bertemu mereka lagi? Itu artinya mereka yang mau bukan karena paksaan.” Leo menatap Irwan yang seketika langsung mengangguk. “Bukannya agency Azka sempat ngalamin hal itu?”Leo terdiam mencoba mengingat permasalahan agency yang Azka bangun, bukan Azka bangun tapi didapat dari papinya, Wijaya. Banyak masalah yang timbul, mulai dari bisa dibayar saat masuk dalam agency sampai menjual artis mereka pada pria-pria berduit. Itu semua untuk mengembali
Menata barang-barang Wulan untuk dibawa pulang, tidak terlalu banyak barang yang dibawa karena memang Azka tidak membawa apapun. Wulan sendiri masih dalam kamar mandi, setelah pertemuannya dengan Dona membuat mereka menjadi akrab.“Kamu terima tawaran Dona?” tanya Azka yang entah sudah ke berapa kalinya.“Belum dipikirkan, lagian aku malu kalau harus kembali ke agency.” Wulan menjawabnya dengan nada sedih.“Mereka nggak ada yang tahu siapa wanita itu.” Azka menenangkan Wulan dengan membelai lembut lengannya.Wulan menggelengkan kepalanya “Agency kamu juga dalam keadaan tidak baik-baik saja.”“Semua sudah selesai, berkat uang.” Wulan mencibir perkataan Azka.Azka tidak berbohong, tidak tahu apa yang mereka lakukan sampai akhirnya berita mengenai dirinya hilang. Wartawan juga tidak ada yang mendatanginya, kasus itu seakan berhenti begitu saja. Azka tahu jika Josh tidak akan tinggal di
Gulungan kertas mengenai lengannya dengan keras, Leo menatap tajam pada Irwan yang melakukan hal gila itu. Menggerakkan tangannya membelai bekas pukulan Irwan perlahan, Leo masih memberikan tatapan tajam, Irwan sendiri memberikan tatapan tajam juga pada Leo.“Kamu melamar Putik, seharusnya kamu mendekatkan diri sama dia. Bukan mendekati wanita lain untuk memastikan perasaan.” Irwan menggelengkan kepalanya.“Putik sudah menolak aku.” Leo memberikan alasan masuk akal.“Kamu menyerah? Mana Hadinata yang tidak pantang menyerah.” Irwan memberikan tatapan meremehkan.“Aku bukan menyerah, hanya saja....”“Perasaan kamu sama Putik bukan benar-benar cinta?” Irwan memotong kata-kata Leo dan langsung membuatnya terdiam “Lalu kenapa kamu melamar dia? Kasihan? Wanita yang berstatus janda itu nggak mau dikasihani, image mereka sudah jelek dan nggak mau di pandang sebelah mata sama orang lain.&rdqu
Memilih pulang ke rumah bersama dengan Endi, kedatangannya yang tiba-tiba membuat Leo harus pulang bersama. Langkah Leo terhenti saat melihat Putik bersama Risa berjalan bersama, melihat jam di tangan sepertinya Putik telah selesai jam kerjanya.“Kita ketemuan di tempat kemarin.” Leo berkata dengan menepuk bahu Endi sebelum benar-benar meninggalkannya.Mengambil mobilnya dan langsung mengikuti langkah Putik dan Risa, mereka pastinya berada di halte. Perkataan Leo benar adanya, melihat mereka berdua berada disana dengan kondisi Risa yang sudah mulai lelah, menepikan mobilnya depan Putik yang langsung menyadarinya, menekan klakson sekali agar segera naik dan tampaknya Putik tidak memiliki keinginan untuk melawan.Leo memilih keluar dari mobilnya, menggendong Risa yang sudah terlalu lelah dan meletakkannya di kursi belakang, membuka pintu depan dan memberikan kode agar Putik segera masuk. Memastikan Putik masuk kedalam dengan nyaman, Leo memilih memasuk
Mata Leo tidak melepaskan tatapan pada keenam wanita yang berada diatas panggung, penampilan mereka tidak bisa dianggap remeh dengan memandang sebelah mata. Mereka group wanita yang mempunyai gerakan dan suara bagus, lantas kenapa kedua wanita diantara mereka berada dalam kondisi seperti kemarin mereka bertemu.“Kalau mereka sebagus ini, kenapa ada yang bersama pria itu kemarin?” bisik Leo pada Endi.“Dunia mereka seperti itu,” jawab Endi membuat Leo menatap kearah mereka “Tapi bukan berarti mereka juga melakukannya, Larissa itu anak salah satu pengusaha dan pernah menjabat di negeri ini.”Leo mengangkat alisnya “Dia menjadi penyanyi begitu?”Endi mengerutkan keningnya “Setiap orang mempunyai keinginan berbeda, bukan? Azka dan Zee mengambil jalan berbeda dengan kita.”Leo membenarkan perkataan Endi, memilih kembali melihat penampilan mereka. Ada sedikit keanehan dimana Fransiska tida
“KENCAN? FRANSISKA?”Leo menggosok telinganya mendengar teriakan Endi, mereka pulang tidak lama setelah sesi foto selesai. Leo sudah membuat janji dengan Fransiska untuk kencan, tidak tahu akan membawa kemana bisa jadi tempat yang sangat aman dari media. Media bukankah H&D Group juga mengendalikan media yang berarti juga wartawan yang bekerja didalam sana, jadi untuk apa takut dengan gangguan media.Leo memberitahukan Endi saat sudah berada di apartemennya, Endi beberapa kali menatap tidak percaya dengan apa yang Leo katakan. Dari tadi yang dilakukannya adalah menatap Leo dari atas ke bawah, tidak lama kemudian mondar-mandir dihadapannya membuat Leo menatap malas pada Endi.“Putik? Bagaimana dengan dia?” Endi menatap penuh selidik.“Kita hanya pergi berdua yang berarti kencan, bukan berarti memiliki hubungan.” Leo menjelaskan pada Endi.Endi menggelengkan kepalanya “Bagi kita para pria memang begi
Kehidupan Leo banyak berubah setelah menikah, Fransiska melakukan pekerjaannya dengan sangat baik menjadi istri. Kesibukan Fransiska di dunia hiburan tidak membuat dirinya melupakan tanggung jawabnya sebagai istri, Leo sendiri tidak pernah meminta Fransiska melakukan pekerjaan rumah. Beberapa hal masih dilakukan Fransiska untuk dirinya, seperti menyiapkan pakaian ganti dan makan.“Menu baru lagi?” tanya Leo menatap hidangan diatas meja “Naila yang ajarin?”Fransiska menganggukkan kepalanya “Mbak Naila kasih resepnya terus aku coba ini.”Leo menganggukkan kepalanya dan mulai menikmati makanan yang ada dihadapannya, menatap Fransiska yang menunggu komentar darinya setiap kali Leo mencoba merasakan masakan yang dibuatnya.“Nggak pernah mengecewakan dan selalu enak.” Leo mengatakan tepat setelah menelannya. “Kapan kita periksa kehamilanmu itu?”“Minggu depan, bukan?” ta
Kekesalan masih terlihat di wajah Leo setelah keluar dari ruangan tempat wartawan berada, Fransiska menghentikan langkah mereka membuat Leo melakukan hal yang sama. Tangan Fransiska merapikan pakaian Leo dengan pelan dan lembut, menatap apa yang Fransiska lakukan dalam diam sambil mengendalikan dirinya.“Mas kesal?” pertanyaan pertama yang Fransiska berikan pada Leo setelah keluar dari tempat wartawan berada.“Ya.” Leo menjawab singkat.“Jangan pernah menunjukkan ekspresi apapun saat kamera menyala, kita harus menyembunyikan kekesalan pada orang lain dan termasuk dengan pertanyaan wartawan.”Fransiska menjelaskan dengan sangat santai.Leo menghembuskan nafas panjang, “Aku nggak suka kalau mereka memandang sebelah kalian.”Fransiaka tersenyum “Semua sudah menjadi pekerjaan yang aku tekuni.”Fransiska langsung mengambil ponselnya ketika mereka memasuki kamar yang telah dise
Persiapan pernikahan berjalan sangat cepat, Leo dan Fransiska tidak bisa bertemu sejak pertemuan terakhir mereka dengan WO. Semuanya sudah direncanakan dengan sangat baik, membuat mereka berakhir duduk diam dan tidak melakukan kegiatan apapun.Mereka sudah berada di Bali, hotel yang sama hanya saja tidak bertemu. Leo sendiri sudah menyiapkan malam pernikahan mereka di villa yang di bangun beberapa tahun lalu, villa yang berada diluar hotel yang dijalaninya. Villa ini juga masuk kedalam bagian dari H&D group, tempat yang menjadi pembuktian Leo bisa lepas dari nama besar keluarga dan tempat ini pula yang menjadi saksi malam pertama untuk dirinya.“Gaya banget pakai villa itu.” Endi menyindir secara terbuka.“Fransiska tahu?” tanya Lucas dengan tatapan menggoda.“Nggak usah rese’ kalian berdua.” Leo memberikan tatapan tajam pada mereka berdua.“Udah berapa lama nganggur? Terakhir sama Putik, ka
Berita yang keluar di media sosial tidak berhenti, Leo menatap tidak percaya dengan berita-berita yang dibacanya. Menatap Fransiska yang tampak tenang tanpa memberikan reaksi apapun, membuat perasaan Leo menjadi tidak tenang.“Kita memberitahukan pada wartawan?” tanya Riri yang saat ini menemani Fransiska bersama dengan managernya. “Belum saatnya, biarkan mereka melakukan spekulasi siapa orangnya.” Perwakilan agency mengatakan dengan sangat santai “Kamu nggak keberatan?” menatap Fransiska.Fransiska menganggukkan kepala “Lagian kurang beberapa hari lagi pengumuman tentang pernikahan kita.”“Apa kamu nggak takut nama baik kamu menjadi jelek?” tanya Leo membuka suaranya.“Masalah seperti ini adalah hal biasa bagi orang yang bekerja di dunia hiburan, anggap saja ini salah satu cara menaikkan popularitas. Berita heboh akan membuat orang mengenal kita dibandingkan prestasi.” Fransiska menjawab Leo dengan sangat santai. “
Memberikan tatapan datar pada Fransiska, pelaku hanya menundukkan kepalanya tanda bahwa melakukan kesalahan. Melihat reaksi Fransiska membuat Leo tersenyum dalam hati, rasanya ingin mencubit pipinya dan disaat seperti ini jiwa galaknya akan hilang. Leo menggelengkan kepala dalam hati dan membantah Fransiska galak, lebih tepatnya tegas dan hanya galak ke Bella, mereka sudah dikenal sebagai Tom dan Jerry.“Jadi nggak ada pembelaan?” Leo membuka suara terlebih dahulu.“Bastian ngajaknya udah lama cuman aku lupa kasih tahu Mas Leo, masalah kita banyak sampai aku lupa kasih tahu masalah konser ini.” Fransiska menjawab pertanyaan Leo setelah kemarahannya yang tiba-tiba.“Masak aku dapat berita dari media sosial bukan kamu secara langsung.” Leo menggelengkan kepalanya saat mengatakan hal itu.Leo terkejut saat membuka media sosial dan langsung muncul dari fanbase group mereka tentang apa yang dilakukan masing-masing member, ma
Kerjaan Leo daritadi adalah membaca berita-berita tentang Fransiska, berita mengenai film yang sedang tayang. Banyak yang memuji kemampuan Fransiska yang masih pemula dalam berakting, lawan mainnya sendiri sudah sangat lama berakting sebelum memutuskan masuk kedalam group. Leo sudah mengenal lawan main Fransiska, beberapa kali datang ke lokasi membuatnya mengenal mereka yang ada disana.Kemampuan akting Fransiska mendapatkan sambutan baik dari pakar.Fransiska menolak mengisi soundtrack, mengajukan Gracia untuk mengisinya.Penggemar tidak sabar melihat akting Fransiska dan mendengarkan suara merdu Gracia.Perpaduan yang pas antara akting Fransiska dengan suara merdu Gracia.Penggemar merasakan terhubung antara lagu dengan film.Dukungan dari member Jobang terlihat melalui media sosial masing-masing.Dukungan tanpa henti diberi
Duduk berdampingan dengan Fransiska yang berada disampingnya, maminya berada di sebelah dengan duduk seorang diri. Mereka bertiga memandang Putik seakan menunggu apa yang akan dibicarakan pada Leo dan Fransiska.“Apa yang mau kamu bicarakan?” tanya Leo membuka suara terlebih dahulu dengan tatapan datarnya.“Keluarkan pria itu dari penjara.” Putik berbicara langsung pada intinya.Leo mengangkat alisnya mendengar perkataan Putik, “Atas dasar apa kamu meminta kita untuk mengeluarkan dia dari penjara? Memang apa yang aku lakukan sama dia?”“Mbak Putik mau menjebak kita?” tanya Fransiska yang membuat Leo mengalihkan pandangan dengan memberikan tatapan penuh selidik “Mbak lagi merekam pembicaraan ini dan akan disebarkan? Mami tadi sudah bicara apa saja sama Mbak Putik?”“Mami belum bicara karena daritadi dia yang berbicara dan mami tahu kalau dia sedang merekam pembicaraan ini.” Tania menjawab dengan santai yang membuat Leo kembali te
Pemutaran perdana film yang dibintangi Fransiska sudah keluar, melakukan pers conference dihadapan banyak wartawan. Leo berada disana bergabung dengan managernya, menggunakan masker dan topi untuk menutupi wajahnya. Senyum bangga tidak lepas dari bibirnya saat melihat Fransiska didepan menjelaskan mengenai karakternya, air mata keluar saat membicarakan mengenai membernya.Leo tahu perjuangan Fransiska selama ini, berjuang keluar dari kesedihan atas pembubaran groupnya dan sampai mendapatkan peran. Fransiska belajar dengan giat agar bisa mendalami peran yang dimainkan, beberapa kali Leo menemaninya ketika latihan. Terlalu sering menemani Fransiska membuat Leo mengenal beberapa orang yang terlibat dalam film, mereka mengenal Leo sebagai kekasih Fransiska bukan anak pengusaha terkenal.“Luar biasa, kamu.” Leo membuka suaranya saat mereka sudah berduaan didalam mobil agency Fransiska.“Masih banyak kekurangan, Mas.” Fransiska merendahkan dirinya membuat
Suasana menjadi hening, tidak ada yang membuka satu sama lain setelah Endi membacakan beritanya. Leo mengalihkan pandangan pada ketiga wanita yang ada disampingnya, mereka juga terkejut seperti dirinya.“Saya pergi,” ucap Endi berdiri yang diikuti Boy keluar dari keluar ruangan.Tidak ada yang menanggapi perkataan Endi, bahkan sampai keluar dari ruangan suasana ruangannyidak berubah sama sekali. Hening, tidak ada yang membuka pembicaraan sama sekali. Leo menatap Fransiska yang masih menenangkan mamanya dan berbicara pelan dengan suami dari Chika.“Sayang,” bisik Leo di telinga Fransiska membuatnya menatap Leo. “Kamu nggak papa?”Tangan lembut Fransiska memegang tangan Leo, dengan senyumnya yang menguatkan dirinya “Aku baik-baik saja, tenang aja.” “Bagaimana ini seharusnya?” perwakilan agency Fransiska membuka suara terlebih dahulu.Pertanyaan itu membuat semua secara otomatis menatap kearah Leo, tatapan mereka membua