“Sendiri di sini?” tanya Andre lalu menarik kursi duduk di hadapan Rendra.
“Barusan kekasihku pulang. Kau sendiri sedang apa disini, Bang?”“Biasa, urusan bisnis. Tidak lama, sebentar lagi juga balik.”Andre dan Rendra saling mengenal karena mereka bertetangga. Setelah ditinggal menikah oleh Livia, Rendra memang pindah ke rumah tantenya dan rumahnya berdampingan dengan rumah Andre. Di sana juga Rendra bisa tahu soal Livia yang sudah menikah dengan Zayn. Karena Zayn dan Livia pernah datang saat istrinya Andre melahirkan.Dunia memang sangat sempit. Dari situ Rendra mulai merencanakan semuanya sampai sekarang ada di titik ini. Sepertinya memang takdir menginginkan Rendra untuk kembali ke dalam kehidupan sang mantan.Untuk saat ini Rendra tidak langsung membongkar semuanya pada Andre yang pasti akan langsung menyampaikan pada Zayn. Rendra tahu siapa sosok Zayn yang dihadapinya, takutnya jika Zayn murka malah nyawa Rendra yang melayang.<Tok! Tok! Tok!"Om, Om Zayn."Zayn yang baru saja akan terlelap langsung membuka matanya mendengar ketukan pintu. Ia mengenal pemilik suara itu. Buru-buru turun dari ranjang untuk membuka pintu. Hanya ada ia sendiri di rumah karena Andre disuruh ke kota untuk menyelesaikan masalah di sana dan diperkirakan akan kembali paling cepat seminggu lagi.Wajah Davin yang terlihat cemas membuat Zayn mengernyitkan kening, "Ada apa?"Sudah pasti ada sesuatu apalagi jika malam-malam begini datang mengetuk pintu rumah. "Ibu ... Ibu sakit, Om.""Apa?" Zayn terbelalak.Tanpa memperdulikan pintu rumah yang tidak ditutupi, ia bersama dengan Davin bergegas untuk melihat Mila yang ditemani Devan.Jam sudah menunjukkan sebelas malam, anak-anak itu tahu Mila sakit saat Mila yang merasa kehausan tidak sengaja menyenggol gelas dan membuat si kembar bangun. Mereka sangat mudah terbangun jika mendengar sesuatu begitu apalagi di malam hari.Benar saja. Saat sampai di kamar Mila, wanita itu terbaring dengan waja
"Kau pulanglah. Aku bisa sendiri di sini," ujar Mila yang merasa risih dengan keberadaan Zayn.Lelaki itu tergelak mendengar penuturan Mila, "Mungkin belum terbiasa jadi lupa ya. Aku ini suamimu jadi dimanapun kau berada aku akan selalu di sampingmu.""Pernikahan ini ...." Mila menggantung ucapannya."Pernikahan ini bukan pernikahan kontrak, tidak ada perjanjian tertulis diantara kita. Jadi kau tidak bisa mengelak, saat ini kau sudah sah menjadi istri dari Zayn Niskala Hartanto. Ingat itu, kau bukan lagi wanita biasa."Sesal yang dirasakan sudah tidak berguna sekarang. Pilihan yang diambil dalam kondisi genting, tidak dipikirkan matang-matang karena fokusnya hanya tidak ingin sampai anak-anak menjadi korban dari masalah yang sebenarnya tidak benar adanya ini. Yang ada dalam bayangan Mila hanya anak-anak yang akan malu jika sampai dirinya diarak keliling kampung. Mila tahu betul seperti apa warga kampungnya.Diantara mereka memang tidak ada perjanjian sebelumnya dan hal itu yang sangat
Mata Mila membulat sempurna, ia bukan anak kemarin sore yang tidak tahu apa maksud Zayn.“Kita terpaksa menikah ya, jadi jangan main-main!” Mila memberi peringatan pada Zayn yang terus berjalan mendekat.“Siapa yang main-main hm? Aku hanya ingin memberikan hakmu sebagai istriku.”“Jangan mendekat atau aku teriak!” ancamnya.Melihat itu Zayn terkekeh, wajah Mila yang merah padam terlihat begitu menggemaskan di matanya. Zayn merasakan kebahagiaannya sudah begitu lengkap, apalagi ditambah jika nanti Mila sudah mulai ada rasa.“Aku akan kembali lagi.” Zayn mendekat hanya untuk mengelus puncak kepala sang istri sebelum keluar dari rumah itu.Mila masih mematung sambil merasakan detak jantung yang tidak karuan.“Kenapa aku seperti ini?” gumamnya dengan tangan yang menyentuh dada.Ia mencoba menepis apa yang dirasakannya, beranjak membawa barang-barangnya ke kamar. Kondisinya sudah sangat sehat jadi sudah bisa melakukan pekerjaan seperti sebelumnya tapi memang dokter mengatakan pada Mila unt
"Aku melakukan itu padanya?" Zayn terperangah mendengar semua penuturan Andre."Iya, Bos.""Tunggu, tunggu."Zayn mencoba mengingat kejadian belasan tahun lalu. Tidak akan mudah bagi orang mengingat kejadian apalagi hanya sekilas lewat dalam hidupnya. Tidak hanya ada satu atau dua wanita yang pernah singgah dalam kehidupan Zayn, saking banyaknya bahkan sampai tidak terhitung.Lelaki itu tampak menghela napas saat sebuah ingatan sudah tersusun sempurna setelah sebelumnya berantakan seperti puzzle yang tak berurutan. Kalau tidak mendapatkan informasi tambahan dari Andre mungkin Zayn akan benar-benar melupakan kejadian itu.Belasan tahun lalu ada salah satu orang yang memasukkan obat perangsang ke dalam minuman Zayn berniat untuk menjebak Zayn agar bisa tidur dengan adiknya, berharap bisa menikmati kekayaan keluarga Zayn tapi rencana itu sama sekali tidak berhasil malah Zayn berakhir merenggut kesucian Mila yang kala itu bekerja membantu bibinya di sebuah penginapan. Zayn pikir akan sel
“Bu, ini dari Om Zayn.” Dengan gembiranya Davin memberitahu dan menaruh barang-barang itu di meja.Mila menatap Davin dengan kening berkerut, “Bukan Davin yang minta?”Davin langsung menggeleng, “Bukan, Bu. Mana pernah Davin minta-minta,” sangkalnya.Memang benar tidak mungkin. Mila tidak pernah mengajarkan anaknya untuk meminta sesuatu pada orang lain, meski Zayn bukanlah orang lain sekarang, lelaki itu sudah menjadi suami Mila dan ayah untuk anak-anak wanita itu.“Boleh dibuka ya, Bu? Aku penasaran.” Davin lebih dulu meminta izin, jika sang ibu tidak mengizinkan maka ia tidak akan membukanya.“Tapi benar Om Zayn yang memberikannya?” Mila mengulang pertanyaan.“Iya, Ibu. Coba lihat isinya, pasti untukku dan Devan.” Davin mengerucutkan bibirnya kesal.“Sini, biar Ibu lihat dulu.” Mila mengambil satu paper bag untuk melihat isinya.Mata wanita itu terbelalak.“Itu jaring-jaring apa, Bu?” tanya Devan.Buru-buru Mila kembali memasukan ke dalam paper bag, “Oh, ini mungkin untuk Ibu. Bukan
Mila terbelalak mendengar tuduhan yang dilayangkan padanya.“Lihat saja nanti, Bu. Kalau sembilan bulan saya masih belum melahirkan berarti Ibu fitnah,” ujar Mila lalu beranjak menghampiri Nita yang sibuk menyiangi kangkung.Terkadang Mila tidak nyaman juga jika ada ibu-ibu macma Bu Dini yang bicaranya seenak jidat tanpa memikirkan perasaan orang. Masalahnya bicara di depan banyak orang bukan di depan Mila sendiri.“Kenapa mukamu ditekut begitu, Mil? Kemana pangeranmu,” goda Nita.“Tidak usah bahas itu, Nit. Aku ingin pergi ke sini agar bisa liburan sejenak, membuat adem pikiran bukan malah jadi tidak nyaman begini.” Mila mencebik kesal.“Aish! Ibu-ibu itu memang minta dijahit mulutnya, Mil. Sudahlah, tidak usah didengarkan. Mereka hanya iri karena kau mendapatkan suami tampan, panas dan tajir melintir sementara mereka tidak.”Setidaknya ada Nita yang satu jalan pikiran dengan Mila dan tidak pernah ikut menyudutkan seperti yang lain. Meskipun tidak semua ibu-ibu seperti itu, hanya beb
Tanpa membalas pesan itu, Zayn memasukkan kembali ponsel ke dalam saku celana.“Sampai mana tadi?” Ia beralih menatap sang istri.“Hah? Apa?” Mila langsung gelagapan, diam-diam memperhatikan wajah Zayn dari dekat dan takut ketahuan.Mungkin ia baru menyadari jika suaminya memang tampan, meski sudah tidak muda lagi. Zayn itu juara jika dinilai dari fisiknya, hanya saja minus lelaki itu sikapnya yang kasar dan dingin. Namun semenjak jatuh hati pada Mila dan menemukan anak-anaknya. Zayn mencoba untuk merubah dirinya lebih lembut lagi agar bisa mendekatkan diri pada mereka.“Apa kau begitu terpesona padaku?” goda Zayn sambil mengulum senyum.“Hanya dalam mimpimu! Cepat lepaskan aku.”“Kau harus tepati janjimu untuk membiarkanku berusaha agar membuatmu cinta padaku. Jangan curang!”“Tapi aku tidak ingin ada pemaksaan! Kalau aku tidak mau jangan memaksa.”“Oke. Aku tidak akan memaksa.” Zayn melepaskan tangannya membuat Mila bisa bangkit.Wanita itu tampak mengatur napasnya yang memburu, jan
“Sudah kub-” Mila langsung mengatupkan mulutnya saat menyadari ada Tito di sana.Tadinya ingin mengomeli Zayn tapi diurungkan niatnya.“Sudah belum? Kita harus segera berangkat.” Dengan santainya Zayn merangkul mesra pinggang Mila.Andai saja tidak ada Tito sudah pasti dengan cepat Mila menghempaskan tangan Zayn.“Sudah,” jawab Mila dengan senyum lebar, ia beralih menatap Tito, “ada apa, Mas?”“Kalian ....” Tito menggantung ucapannya saking tidak percayanya dengan apa yang saat ini dilihatnya.“Suamiku mengajakku dan anak-anak liburan. Apa Mas Tito ada urusan penting ke sini?” tanya Mila dengan penuh penekanan, ia merasa ada untungnya juga Tito datang dan tahu jika sekarang Mila sudah menjadi istri orang, dengan itu Tito tidak akan lagi mengusik Mila.Tito terbelalak, “Su-suami?”“Tadi aku bilang tidak percaya sih,” celetuk Zayn dengan senyum puas.“Kalau tidak ada yang dibicarakan kami harus pergi.” Mila kembali buka suara lalu dengan cepat mengunci rumahnya.Tito masih terdiam di te
Waktu bergulir begitu cepat. Usia kehamilan Mila kini memasuki bulannya, tinggal menghitung hari sampai bayi yang dikandungnya lahir ke dunia.Seluruh keluarga Hartanto jelas sangat bahagia menantikan kehadiran bayi yang sudah lama dinantikan. Tanpa mereka tahu jika sebenarnya sebelum bayi itu lahir, Zayn sudah menjadi seorang ayah untuk dua anak kembarnya. Sebuah takdir yang tidak pernah disangka oleh siapapun termasuk Zayn sendiri.Nyonya Diva bahkan kini sudah tinggal di rumah sebelah. Bukan lagi disewa tapi dibeli dan sudah direnovasi. Nyonya Diva tidak mau berjauhan dari menantu dan juga cucunya.Livia dan juga Tito tidak pernah muncul lagi. Mereka tidak akan menang jika melawan Zayn jadi lebih memilih mundur daripada dibuat babak belur lebih parah.“Kamu belum makan juga, Mila?”Mila tersenyum lebar, “Sebentar lagi, Mam. Masih kenyang.”“Ini sudah jam makan siang, bahkan lewat lima menit. Jangan sepelekan makan.”“Iya, Mam. Sebentar lagi, aku mau selesaikan ini dulu.” Mila tenga
Livia resah karena Tito tidak bisa dihubungi padahal mereka sudah memiliki kesepakatan yang belum usai. Livia menggantungkan harapannya pada Tito karena dirinya sudah tidak bisa melakukan apa-apa karena jika selangkah lagi Livia maju Zayn yang akan langsung memberikan pelajaran.Jelas saja Tito tidak bisa dihubungi karena ia sudah mendapakan pelajaran dan tidak akan pernah berani lagi memperlihatkan batang hidungnya. Tito sudah kembali ke kampung halaman orang tuanya. Anak buah Zayn sudah menangani Tito yang diduga akan berencana untuk membuat onar lagi, jadi harus antisipasi sebelum ada hal-hal buruk terjadi."Bagaimana ini?""Tidak ada harapan lagi, untukmu, Vi. Kau memang ceroboh, kita kehilangan semua harta yang seharusnya ada di tangan.""Bukannya membantu memecahkan masalah mama malah memojokkan aku, ini semua juga ide mama. Jadi kita sama-sama salah, Ma." Livia tidak mau kalah."Kalau Zayn masih mengincarmu, Mama tidak mau ikut campur." Wanita paruh baya itu meninggalkan Livia
"Boleh 'kan aku tidur di sini?" tanya Zayn sedikit ragu.Sebelumnya ia tidur di bawah demi membiarkan istrinya nyaman.Mila tidak menjawab tapi ia menggeser tubuhnya memberikan ruang lebih untuk Zayn.Lelaki itu mengulum senyum melihat tingkah sang istri, meski belum seperti biasa lagi tingkahnya tapi setidaknya Mila sudah sedikit luluh.Dengan hati yang plong, Zayn naik ke atas kasur, berbaring di sebelah Mila yang sudah lebih dulu memejamkan mata."Apa aku juga harus minta izin untuk memeluknya?" batin Zayn frustasi.Tangannya sudah gatal, ingin sekali ia menggeser tubuhnya mendekat untuk bisa mendekap tubuh sang istri. Ia sangat merindukan hangatnya tubuh Mila dan wangi tubuh wanita itu.Saat ini hanya bisa memandang punggung Mila, tapi itu saja sudah membuatnya senang karena Mila menerima maaf Zayn.Jika urusan perceraian bisa diselesaikan satu hari, sudah dari kemarin ia melakukannya. Tapi sayang, Zayn harus harus bisa mengikuti proses yang berjalan seperti semestinya.Satu jam b
Mata Mila terbelalak saat tahu ternyata yang mengirimkan pesan adalah ibu mertuanya, ibunya Zayn.Ingin menolak tapi Mila merasa tidak enak apalagi nyonya Diva mengatakan jika ia saat ini sedang di jalan menuju tempat Mila. Jika sampai Mila menolak untuk bertemu bukankah tidak sopan, apalagi pada orang tua.[Bisa, Bu. Nanti saya akan temui ibu.] pesan balasan dari Mila yang baru saja dikirim.Mila ingin masalah segera selesai tapi saat ini ia merasa masih bingung, takut salah mengambil keputusan. Masalahnya kondisi sekarang sedang hamil, Mila tidak mau untuk kedua kalinya ia melihat anaknya lahir dan kehilangan kasih sayang ayahnya.Mungkin untuk memaafkan memang sulit tapi setidaknya Mila masih mencoba untuk menerima karena orang tidak luput dari dosa. Kalau memang Zayn sudah tidak ada hubungan dengan Livia, maka tidak ada alasan Mila lagi untuk menghindar apalagi pergi.[Jangan kemana-mana, tetap tinggal di rumahmu. Saya yang akan ke sana.]Nyonya Diva tidak mau terjadi sesuatu pada
Dengan amarah yang masih membuncah Zayn kembali. Ia tidak akan tenang jika meninggalkan istrinya terlalu lama. Apalagi dalam keadaan mereka sedang bersitegang begini.Zayn ingin menjelaskan semuanya pada Mila. Siap mengakui kesalahannya yang diam-diam menikahi Mila saat statusnya masih menjadi suami orang.Satu hal yang paling Zayn khawatirkan adalah kondisi Mila yang saat ini sedang mengandung. Jangan sampai terjadi hal buruk, apalagi ingat pesan dokter jika Mila tidak boleh sampai kelelahan apalagi stres dan masalah yang ada sudah pasti akan membuat Mila kepikiran. Bohong kalau tidak."Papa dari mana, kenapa malam baru pulang?" tanya Davin."Papa ada pekerjaan di luar. Ibu kalian sudah tidur?"Devan mengangguk, "Baru saja ibu tidur, Pa.""Lalu kenapa kalian belum tidur?""Menunggu Papa pulang. Tante Nita juga sudah kembali ke rumahnya satu jam lalu," jelas Davin."Maafkan papa. Pergilah kalian istirahat, besok harus sekolah bukan."Zayn masih berdiri di ruang tengah sampai anak-anak
Perkataan Livia terngiang di telinga Mila. Perasaannya campur aduk, ia tidak akan mungkin bisa menyangkal fakta apalagi setelah tadi Livia memperlihatkan foto pernikahannya dengan Zayn karena Mila sempat tidak percaya namun Mila sendiri tidak mengatakan kalau dirinya juga istrinya Zayn, ia hanya diam tanpa kata.Satu hari Mila masih diam, mencerna semuanya. Ia tidak bisa langsung bicara karena ingin mendinginkan kepalanya tapi kenyataannya itu tidak berdampak apa-apa karena tetap saja hatinya sakit.Siapa yang tidak akan sakit dan terluka jika dibohongi seperti ini. Apalagi Mila yang awalnya menolak rasanya pada Zayn, kini sudah mengakui malah diterpa badai sebesar ini dalam pernikahan mereka yang baru saja seumur jagung.“Sayang, kenapa menyuruhku cepat pulang? Apa ada yang sakit, atau mau sesuatu?” tanya Zayn yang baru saja datang.Hati Mila langsung perih, sebisa mungkin ia menahan air mata yang akan tumpah. Baru saja beberapa hari merasakan kebahagiaan sekarang ia malah terluka se
Kebahagiaan membuncah dalam dada Zayn saat tahu istrinya hamil. Pernikahan mereka baru seumur jagung dan sekarang Mila sudah diberi kepercayaan untuk mengandung buah cinta mereka. Hati siapa yang tidak akan senang dengan kabar seperti ini.Nyonya Diva bahkan merasa beruntung belum sempat bicara macam-macam pada Mila tadi. Mendengar istri dari anaknya mengandung jelas ia ikut bahagia. Mungkin jika belum tahu soal kebusukan Livia yang ada Mila yang akan disudutkan nantinya.“Mami dengar, aku akan punya anak lagi.” Mata Zayn berbinar, terlihat ia begitu bahagia.“Apa iya itu anakmu?”Senyum di wajah Zayn luntur seketika, “Lebih baik Mami pulang, tidak usah di sini,” usirnya.Mood Zayn langsung hancur karena perkataan sang ibu. Jelas Zayn marah karena ia tahu betul istrinya seperti apa. Tidak akan mungkin tidur dengan lelaki lain, selama ini bahkan Mila selalu ada di bawah pantauan sang suami.Tanpa memperdulikan keberadaan ibunya, Zayn masuk ke dalam ruangan. Terlihat Mila sudah sadar, w
Hari ini Zayn sudah kembali bekerja. Rencananya kemarin gagal, ingin berduaan malah menjagai istrinya di warung agar tidak ada yang menggoda.Sekarang banyak orang yang tahu jika janda kembang itu sudah dinikahi pemilik pabrik. Meski tidak jarang gosip miring beredar yang mengatakan jika Mila menggoda Zayn sampai bisa dinikahi. Ada saja yang tidak suka, wajar karena memang manusia seperti itu.Kita tidak akan bisa membuat semua orang menyukai kita.“Tidak usah diantar, Pa. Kami itu sudah besar, bukan anak sd lagi.” Davin protes saat Zayn akan mengantarnya.“Aku bilang juga apa. Biarkan mereka berangkat jalan kaki bersama dengan teman-temannya,” ucap Mila. Dari awal pun ia sudah mengatakan itu tapi memang dasar Zayn keras kepala.Zayn tidak akan membiarkan pewarisnya berjalan kelelahan dan kepanasan tapi cara ia dan Mila mendidik sudah jelas sangat jauh berbeda. Zayn hanya bisa mengikuti cara Mila karena itu sudah jelas berdampak baik karena memang kedua anak itu tumbuh menjadi sosok y
Tidak ingin ketahuan, nyonya Diva buru-buru pergi. Ia sudah memberikan pesan pada satpam untuk tutup mulut.Sengaja tidak langsung melabrak karena pasti nantinya kedua orang itu pasti akan mengelak. Dada wanita paruh baya itu bergemuruh, tidak percaya jika Livia sampai merencanakan hal selicik ini.“Aku tidak akan tinggal diam.”Nyonya Diva langsung menyuruh orang kepercayaannya menyelidiki Livia dan ibunya. Setelah bukti ada di tangan baru nyonya Diva akan menendang Livia jauh-jauh. Zayn akan diberitahu setelah semuanya jelas.Ibu mana yang tidak akan marah jika tahu anaknya dipermainkan begini.Selain meminta orangnya menyelidiki Livia, nyonya Diva juga ingin tahu soal Mila dan juga anak-anaknya yang Zayn bilang adalah anak kandungnya.Tidak sulit bagi orang kaya sepertinya untuk mengetahui informasi. Hanya tinggal menunggu, informasi akan langsung ada di tangan.“Baru sekarang aku bertemu menantu licik seperti Livia.”Menantu-menantu nyonya Diva sebelumnya tidak pernah ada yang ber