Aku tidak menangis karena kamu memang tak layak untuk ditangisi. Aku menangis karena khayalanku tentang siapa dirimu hancur oleh kebenaran tentang siapa dirimu. Pengkhianatanmu ini mungkin adalah salah satu jalan agar aku bisa melihat wajahmu yang sesungguhnya.
(Erland ~ Dicintai kakak ipar)
Pagi ini mereka bersiap meninggalkan hotel tempat mereka melangsungkan resepsi pernikahan.
Erland langsung membawa Aruna ke rumahnya sendiri, tidak tinggal bersama kedua orang tuanya. Papa Aruna juga sudah kembali ke Bandung pagi tadi. Keduanya sudah sampai di rumah Bik Ina menyambut mereka dengan antusias dan terlihat sangat senang.
Sengaja Erland meminta Bik Ina ikut dengannya, menjadi asisten rumahnya. Sedangkan yang membantu di rumah kedua orang tuanya adalah anaknya Bik Ina dan menantunya. Bik Ina sudah ikut lama keluarganya sejak dirinya masih bayi, bahkan wanita tua itu lah yang merawatnya. Keluarga juga sangat cocok dengan pekerjaan Bik Ina.
Erland menyapa Bik Ina dengan lembut. Ia sangat menghormati sang pembantu.
"Bik, ini kenalkan Aruna, istriku."
"Selamat pagi, Nona Aruna," sapa Bik Ina sopan.
Aruna tersenyum tipis. " Saya Aruna, Bik," ucapnya sedikit datar.
"Saya sudah menyiapkan kamar Den Erland dan Non Aruna."
"Terima kasih, Bik." Bik Ina mengangguk dan mohon izin untuk melanjutkan pekerjaannya.
Erland mengajak Aruna masuk dan menunjukkan kamarnya. Ia menarik kopernya juga koper Aruna.
"Ini kamar kita. Kalau kamu tidak keberatan, bisa menata pakaianmu di walk in closed tanpa harus menunggu Bik Ina," ujarnya yang hanya diangguki Aruna.
Setelah melakukan aktivitas panas kemarin malam bersama sang istri. Erland merasa ada yang berbeda dengan Aruna. Perempuan itu terlihat sinis dan dingin, bahkan sering mengacukannya. Erland ingin menanyakan hal itu tapi ia urungkan, takut menyinggung Aruna.
Sepertinya dirinya harus punya stok kesabaran menghadapi sang istri. Apalagi mereka juga belum lama mengenal. Erland mau mengenal lebih dekat dengan Aruna. Ia berharap cinta akan tumbuh di hatinya untuk Aruna. Ia menerima apa pun kondisi Aruna. Tidak menuntut apa-apa yang Erland harapkan hanya kesetiaan. Namun, apakah harapan Erland akan terwujud? Bahkan ia tidak tahu alasan Aruna menikahinya.
"Aku dapat hadiah tiket bulan madu dari Papa, kamu mau pergi kemana? Aku usahakan meluangkan waktu untuk bulan madu kita? Aku ingin kita dapat mengenal lebih dekat lagi," ujarnya pada sang istri.
"Mohon maaf sebelumnya, lebih baik kamu simpan dulu saja tiketnya. Karena besok saya sudah harus bekerja. Sebelum menikah aku sudah banyak mengajukan cuti. Bahkan aku harus pulang ke Bandung untuk merawat Papaku. Jadi aku enggak mau cuti lagi," ucapnya. Memang apa yang dikatakan tidak sepenuhnya bohong.
"Baiklah, kalau kamu tidak mau bulan madu sekarang, kita bisa bulan madu lain waktu. Mungkin saat akhir tahun atau awal tahun," ujarnya. Erland mencoba menghormati keputusan Aruna.
"Terima kasih atas pengertiannya," ucapnya datar sambil meninggalkan Erland dan menuju kamar mandi.
Erland memutuskan untuk keluar kamar. Ia menghampiri Bik Ina yang sedang memasak untuk makan siang.
"Non Aruna cantik ya, Den?" ucapnya pada Erland. Erland tersenyum menanggapinya.
Makan siang sudah siap, Bik Ina segera memanggil Aruna untuk makan siang bersama Erland.
Di meja makan mereka menghabiskan makan siangnya tanpa membuka suara, hanya ada suara sendok, garpu dan piring yang beradu, hening ... Aruna yang masih acuh dan Erland yang juga diam tak mau mengawali obrolan.
Jujur Erland tidak suka dengan situasi seperti ini. Karena keluarganya sangat hangat. Keluarganya sangat mementingkan kebersamaan dan apa ini? Sekarang ia didiamkan tanpa sebab oleh sang istri. Sungguh hati Erland rasanya ingin menjerit. Menikah baru satu hari sudah seperti ini. Bagaimana ia harus mempertahankan pernikahannya kalau seperti ini setiap harinya.
Berulang kali ia menelan salivanya, menghembuskan napasnya dengan kasar. Aruna meninggalkan meja makan dan meninggalkannya setelah ia selesai makan.
Erland kira Aruna seperti sang mama, setelah makan akan membereskan meja makan dan membantu Bik Ina mencuci piring. Erland tak habis pikir Aruna tidak melakukan hal itu. Ternyata ia menikahi perempuan yang berhati batu. Ia keras kepala tapi tidak sekeras Aruna.
Pagi ini Aruna sudah bersiap untuk bekerja. Ia menyiapkan keperluannya, tapi tidak keperluan Erland. Erland mengambil kemeja dan jas sendiri seperti biasa sebelum ia bekerja. Apa yang ia harapkan dari Aruna? Apa seperti sang mama yang selalu menyiapkan keperluan sang papa sebelum berangkat bekerja? Bahkan Aruna menyentuh pakaian milik Erland saja tidak. Erland berusaha bersikap sabar. Entah sampai kapan kesabarannya akan diuji sang istri.
***
Dua bulan lebih pernikahan mereka. Erland menjalaninya dengan penuh kesabaran. Sikap Aruna tetap sama seperti awal pernikahan, bahkan berangkat pagi dan pulang malam. Erland ingin sekali mengajak Aruna mengunjungi kedua orang tuanya, tapi pasti ada saja alasannya. Aruna tidak pernah menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri, menyiapkan keperluan Erland sedikit pun tidak pernah. Apalagi masuk ke dalam dapur. Dapur bagi Aruna layaknya tempat yang menyeramkan yang harus ia hindari. Bik Ina terkadang sedih, ia benar-benar sedih melihat sang aden yang setiap hari diacuhkan oleh istrinya. Padahal Bik Ina tahu Erland adalah laki-laki yang baik dan sabar.
Erland sengaja tidak pernah bercerita pada kedua orang tuanya tentang rumah tangganya. Biarkan semua ini ia tutupi sendiri. Ia yang harus menjalaninya dan dirinya harus menutupi aib rumah tangganya tidak akan mengumbarnya meskipun pada kedua orang tuanya sekalipun, biar kan sang waktu yang akan berbicara. Biarkan kalau orang tuanya tahu sendiri, yang penting untuk saat ini dirinya harus menjaganya.
Bahkan keduanya sudah tidak pernah berhubungan badan lagi. Setelah malam pertama mereka dulu. Erland laki-laki normal, ia harus bersabar dengan semua ini. Kalau dirinya tidak malu pasti dirinya sudah memintanya langsung pada sang istri. Namun, karena fungsinya dirinya malu untuk memintanya. Apalagi sikap Aruna begitu acuh padanya.
***
Hari ini kebetulan tanggal merah di hari Jumat. Itu artinya Aruna libur tiga hari. Erland mengajak sang istri mengunjungi kedua orang tuanya. Pernikahan mereka saat ini sudah memasuki bulan keenam. Mau tak mau Aruna mengiyakan permintaan sang suami. Rencananya Erland mengajaknya menginap dua hari di sana.
Saat ini keduanya sudah berada di rumah mewah keluarga Erland, tak kalah besar dengan rumah yang mereka tinggali. Arumi dan Bagas menyambut mereka dengan senang.
"Mama senang, akhirnya setelah menikah selama enam bulan kamu mau mengunjungi kami, Nak Aruna," ucap Arumi.
"Mohon maaf, Ma, Pa. Karena kesibukan Aruna jadi tidak pernah mengunjungi kalian," ucapnya berbasa-basi.
"Tidak apa, Sayang. Kami bisa mengerti, menantu mama kan wanita karir jadi harus mengatur waktu dulu," ucap Arumi yang diangguki Bagas.
"Terima kasih atas pengertiannya."
Erland diam saja menyaksikan semua ini.
"Aruna pintar sekali mengambil hati Mama dan Papa," batin Erland.
***
Siang ini Erland bersama Anton, sekretarisnya. Meeting di sebuah restoran hotel. Ia meminta izin untuk ke toilet sebentar pada kliennya. Setelah keluar dari toilet dari jauh ia melihat Aruna dan bosnya masuk ke dalam lobi hotel. Erland melihat Aruna bergelayut manja pada laki-laki itu. Mereka berdua terlihat bak sepasang kekasih yang di mabuk asmara. Tidak memedulikan sekitar dan tetap bermesraan di tempat umum.
Erland masih mengikuti mereka dari belakang. Bahkan ia berada di satu lift bersama mereka. Rasanya Erland sudah tak tahan melihat semua ini. Namun, ia berusaha meredam amarahnya. Ia mendengar Aruna memanggil mesra laki-laki itu dengan sebutan sayang begitu juga sebaliknya. Tangannya sudah mengepal. Namun, ia harus tetap menahannya. Ia tidak mau malu dan viral bila menyelesaikan semua ini dengan amarah. Reputasinya juga keluarganya akan hancur. Siapa yang tidak mengenal keluarganya. Ia tidak ingin hal itu terjadi hanya karena sifat murahan Aruna.
Ia memilih tetap mengikuti mereka hingga Aruna dan bosnya masuk ke dalam kamar hotel. Erland menelan salivanya. Tangannya masih mengepal, sekali lagi ia dikhianati dan melihat dengan mata kepalanya sendiri. Sakit sungguh sakit. Setelah Erina, sang mantan mengkhianatinya dulu, ia dengan susah payah mempercayai sebuah hubungan. Sang mama lah yang selalu menasihatinya dan memberinya kekuatan. Namun, sekarang hal itu terjadi kembali. Apalagi saat ini ia sudah berstatus suami. Ia bingung harusnya mengatakan apa pada kedua orang tuanya. Bahkan menikah pun baru enam bulan.
"Selama ini aku diam, karena aku masih menghormatimu, menghormati kedua orang tuaku juga orang tuamu. Aku enggak menyangka kamu begitu busuk Aruna. Kamu begitu pandai menyembunyikan semua ini. Kamu terlihat kalem, pendiam dan citramu sebagai anak yang penurut membawa nilai plus, nyatanya sifatnya minus dari itu semua, hatimu begitu busuk. Aku membencimu Aruna. Sangat membencimu. Kamu bermain api dan aku pastikan kamu akan terbakar. Aku akan membalasnya. Membalas rasa sakit hatiku. Aku kira kamu mengacuhkanku, mendiamkanku karena kamu capek, ternyata aku salah besar," batin Erland.
"Baiklah, kalau itu yang kamu mau. Aku akan mengikuti permainanmu. Aku pastikan kamu juga akan merasakan sakit seperti yang aku rasakan saat ini," batinnya lagi.
Satu jam Erland menunggu di lobi. Ia sudah menghubungi sekretarisnya untuk menyelesaikan meeting yang ia tinggalkan tadi. Toh, sudah ada kesepakatan antara pihaknya dan pihak kliennya.
Satu jam lebih ia menunggu. Hingga ia melihat Aruna dan bosnya terlihat berjalan ke resepsionis dan check out dari hotel. Ia menutupi wajahnya dengan pura-pura membaca koran yang disediakan.
Erland dengan mengandalkan kekuasaan dan uangnya mencoba bernego dengan pihak hotel. Ia meminta rekaman CCTV hotel itu sebagai bukti. Mungkin suatu saat ia akan membutuhkannya.
Setelah menyelesaikan semua itu ia memutuskan untuk pulang. Ia tidak menyangka kalau Aruna sudah berada di rumah sore ini. Biasanya Aruna selalu pulang malam.
"Tumben sudah pulang?" sapanya.
"I-iya, Mas. Aku akan keluar kota untuk beberapa hari. Jadi aku pulang cepat untuk mempersiapkan semuanya," ujarnya.
"Gitu, ya." Erland pura-pura mengangguk mengerti.
Aku tidak pernah menyesal karena menjadi orang baik, tapi aku juga enggak bisa mengatakan dan menjamin kalau diriku bisa berbuat jahat sama sepertimu. Pengkhianatanmu yang sudah melukai hatiku, menguras rasa sabarku, karena tidak ada yang bisa menjamin seseorang tidak akan berubah suatu saat nanti. Akan ada kondisi dimana seseorang memutuskan untuk berubah menjadi lebih baik, atau bisa juga menjadi lebih buruk.(ERLAND ~ DICINTAI KAKAK IPAR)***Erland masih belum bisa melupakan hari di mana ia mengikuti sang istri dan melihat dengan mata kepalanya sendiri apa yang dilakukan sang istri di luar sana.Ia sengaja menyuruh orang suruhannya untuk mencari informasi tentang Aruna yang saat ini berada di luar kota dengan alasan pekerjaan bersama bosnya.Erland akan membuktikan pada kedua orang tuanya, bahwa Aruna bukanlah wanita yang baik menurut mereka. Aruna pintar sekali bermain sandiwara. Andai saja ini adalah dunia perfilman tentu Aruna akan menyandan
Erland tidak menyesali keputusannya untuk menolak Aruna, wanita yang ia nikahi selama enam bulan lebih itu. Yang ia sesali kenapa harus menikahi wanita Yang tak punya perasaan seperti Aruna, yang sudah menginjak-injak harga dirinya sebagai seorang lelaki. Erland mempunyai kekuasaan dan harta, bahkan tidak ada wanita yang menolaknya, mereka berebut untuk mendapatkannya. Namun, ia memang yang membatasi hubungannya dengan wanita-wanita seperti itu. Ia tidak mau dikhianati lagi Setelah Erina mengkhianatinya dulu. Namun, apa? Aruna yang ia sangka perempuan baik malah mengkhianatinya dan menorehkan luka yang teramat sakit di hatinya. Pikiran Erland sudah diliputi dengan bagaimana cara membalas dendam dan memberi pelajaran wanita sombong dan tak berperasaan itu.Aruna dan Erland sudah tiga hari pisah ranjang sejak kata talak terucap dari bibir Erland. Ironisnya Aruna terlihat biasa-biasa saja, tidak merasa bersalah atas perbuatannya. Mereka melakukan aktivitasnya seperti biasanya. M
Erland masih memindai penampilan Aida dari atas ke bawah membuat gadis cantik itu risih dan canggung. Laki-laki di depannya ini memang tampan, tapi di perlakukan seperti itu membuatnya tidak nyaman."Ma-maaf Anda siapa?" tanya Aida."Perkenalkan saya Erland," ucapnya sambil mengulurkan tangannya. Aida langsung menangkupkan kedua tangannya di dada sebagai wujud penghormatan."Kok, lain banget, nih cewek, aku yakin dia juga sama seperti kakaknya. Sok polos ...," batinnya."Berarti Kakak suaminya Kak Aruna?" tanyanya tersenyum lembut."Senyuman itu, kenapa hatiku berdesir melihat senyuman itu. Tidak ... Tidak, aku tidak boleh jatuh ke lubang yang sama. Ya, aku Kakak iparmu lebih tepatnya mantan Kakak iparmu, memang secara hukum aku belum bercerai dengan kakakmu, tapi secara agama sudah," batin Erland."Ya aku suaminya. Aruna tadi sudah bilang padaku kalau kamu mau ke sini," ucapnya sambil tersenyum menyeringai. Bahkan Aida sendiri tidak tahu ar
***Menuruti emosi dan hawa nafsu hanya akan merugikan dan penyesalan adalah konsekuensi yang pasti akan diterima.(Erland- Dicintai Kakak ipar)***Azan subuh berkumandang. Aida terbangun dari tidur. Kepalanya masih pusing. Bahkan tubuhnya terasa ngilu semua. Ia belum menyadari saat ini berada di kamar Erland. Ia mengucek mata dan memijat kepala. Betapa ia terkejut saat tahu saat ini berada di kamar Erland dengan posisi Erland memeluknya. Ia tidak tahu kenapa ia ada di kamar ini. Bahkan ia tidak mengingat telah melakukan hal serendah ini. Seketika air matanya turun membasahi pipi.Aida menyadari ada yang berbeda dengan tubuhnya. Dengan perlahan ia melepas pelukan Erland, supaya tidak membangunkan laki-laki tampan itu. Mengambil baju dan hijab instan. Dengan langkah terseok meninggalkan kamar Erland. Ia masuk ke kamarnya menangis terisak.Aida menuju kamar mandi dengan kasar menggosok tubuh sambil terus menangis."Aku sudah kotor, aku
Kehilangan membuat kita belajar untuk menerima dan mensyukuri dengan apa yang masih kita miliki saat ini.***Saat ini Erland sudah berada di pengadilan agama untuk mengikuti sidang terakhir perceraiannya dengan Aruna. Hari ini hakim akan membacakan keputusan perceraiannya dan ikrar talak yang akan dibaca Erland nantinya. Ia ditemani Romi pengacara sekaligus sahabatnya. Saat berada di ruang tunggu ia melihat Aruna datang ditemani pengacaranya juga sang kekasih, Rafa. Erland hanya meliriknya tanpa mau menyapa.Pukul sembilan pagi sidang di mulai. Sidang berjalan dengan lancar, hingga hakim membacakan keputusan untuk keduanya dengan putusan akhir yaitu perceraian dengan ditandai ketuk palu. Setelahnya dengan lantang Erland membacakan ikrar talak. Erland lega dan puas dengan hasil akhir persidangan. Begitu juga Aruna, Rafa langsung mencium keningnya di depan banyak orang tanpa ada rasa malu.Erland geram melihat hal itu. Ia tidak ingin berlama di ruangan itu
Roda kehidupan akan terus berputar. Tidak selamanya kamu mendapatkan apa yang diinginkan. Karena hidup tak akan pernah selalu bahagia. Ada kalanya kamu senang, ada saatnya kamu dihadapkan dengan ujian dan musibah juga rintangan. Kamu perlu menyiapkan hati yang ikhlas, dan siap menerima apa pun kenyataan itu.***Pagi ini Aida merasakan pusing yang teramat. Ia juga sudah berulang kali keluar masuk kamar mandi untuk muntah, mual di perutnya membuatnya ingin muntah. Apa lagi saat mencium bau yang sedikit menyengat. Namun, Aida belum menyadari apa yang terjadi padanya.Meskipun sakit Aida ingin melakukan aktivitasnya. Ia akan berangkat ke rumah sakit tempatnya bekerja. Menjadi dokter penyakit dalam memang yang ia inginkan selama ini, selama dua tahun bergabung di rumah sakit itu, banyak yang suka dengan kinerjanya. Ia pun mendapatkan banyak teman di sana, karena sikapnya yang luwes dan gampang bergaul juga baik hati."Non Aida saki?" tanya Bi Wawa khawatir. W
Seseorang yang mampu bangkit setelah jatuh adalah orang yang lebih kuat daripada seseorang yang tidak pernah jatuh sama sekali.***Saat ini Aida dan Bik Wawa berada di bandara Radin Inten dua Lampung selatan. Aida berharap bisa menata hidupnya di tempat baru ini. Hampir satu jam berada di pesawat, membuat Bik Wawa pusing, maklum ini yang pertama buat Bik Wawa. Ia akan memulai hidupnya di sini bersama Bik Wawa membesarkan bayi yang tak berdosa di rahimnya. Ia sudah mencoba berdamai dengan hatinya, ia ikhlas dengan apa yang sudah terjadi padanya. Setelah kematian sang papa hubungannya dengan Aruna pun sedikit renggang. Rasa bersalah Aruna pada sang papa membuatnya menghindari sang adik. Aida juga sangat kecewa dengan sang kakak. Ia tahu sang kakak berbuat seperti itu karena rasa cintanya pada sang kekasih, Aida bisa apa kalau itu masalah hati, tapi cara yang ditempuh Aruna itu benar-benar salah meskipun melakukannya atas dasar cinta. Ia sudah melakukan perbuatan yang ja
Terkadang, kita harus kehilangan seseorang sebelum akhirnya menyadari betapa berartinya dia dalam hidup kita. (Erland - Dicintai Kakak ipar)Erland melajukan mobil meninggalkan kompleks perumahan itu.Ia bingung harus mencari Aida di mana sedangkan ia butuh bertemu Aida untuk menanyakan tentang apa yang dilihatnya ditekankan CCTV. Ia juga tidak memiliki nomor Aida.Erland teringat Aruna. Apa ia harus meminta nomor Aida padanya. Bukannya gengsi menanyakan pada Aruna. Toh, ia sudah tidak ada hubungannya dengan wanita itu, ia bisa saja bersikap biasa dan datar padanya, meskipun rasa benci masih ada di hatinya untuk wanita itu. Memang ia sudah memaafkan Aruna, tapi untuk melupakan semua pengkhianatannya ia belum mampu, hanya rasa benci dan marah bila mengingat wanita yang hanya enam bulan menjadi istrinya itu.Hari ini dirinya memutuskan pulang ke rumah orang tuanya. Sejak resmi bercerai dengan Aruna Bik Ina sudah kembali lagi beke
Satu minggu sudah Aida melahirkan anak keduanya. Hari ini juga Aida diizinkan untuk pulang. Sempat terjadi pendarahan sehingga tidak boleh langsung pulang dan harus dirawat.Kondisi Aida dan putrinya sudah semakin membaik. Seminggu ini Erland yang mengkhawatirkan keadaan Aida, terpaksa harus bekerja di rumah sakit. Setiap ada dokumen penting yang membutuhkan tanda tangannya, Anton pasti akan membawanya ke rumah sakit.Setelah membereskan barang-barang, Erland meminta perawat membantu mendorong kursi roda yang dinaiki Aida dan bayi mereka. Sedangkan Erland membawa barang-barangnya.Erland bergegas meletakkan barang-barang ke dalam bagasi mobil, lalu membukakan pintu mobil untuk Aida.Di kediaman Erland dan Aida. Arumi sudah menyiapkan syukuran kecil dengan mengundang beberapa tetangga dan tokoh agama di kompleks perumahan yang dihuni Aida dan Erland itu.Aluna dan Rafa pun ikut hadir. Mereka yang beberapa hari ini ikut menjaga Rendra, saat ini menemani bocah tampan itu bermain.Byan da
Hari ini mereka semua bersiap untuk pulang ke Jakarta. Aisyah sudah siap dengan dua koper yang berisi barang-barangnya dan Byan. Byan menyeret koper-koper itu ke bawah. Di sana sudah ada Erland dan yang lainnya menunggu.Setelah perjalanan yang memakan waktu sekitar dua jam lebih, mereka sampai. Di bandara sopir keluarga sudah menjemput mereka sesuai perintah Bagas dan Arumi. Byan dan Aisyah, Erland dan Aida tidak langsung pulang ke kediaman mereka. Mereka akan berkumpul di rumah kedua orang tua mereka terlebih dahulu.Mereka akan membuka oleh-oleh untuk diberikan pada Bagas dan Arumi juga para asisten rumah tangga yang sudah mereka siapkan.***Dua bulan kemudian .... Malam ini Aida gelisah, sudah pukul dua belas malam dirinya masih terjaga, perutnya terasa keram berulang kali. Ingin membangunkan Erland. Namun, dirinya merasa kasihan. Pukul tujuh malam sang suami baru datang karena ada meeting penting bersama klien yang berasal dari luar negeri. Sudah berulang kali dirinya bangun un
Keesokan harinya. Setelah sarapan, mereka melakukan aktivitasnya masing-masing. Aida yang perutnya sudah semakin besar hanya ingin ditemani Erland jalan-jalan ke pantai. Sedangkan Dinda dan Anton mereka mempunyai rencana sendiri, begitu pun Byan dan AisyahByan mengajak Aisyah masuk ke dalam butik setelah meletakkan semua belanjaannya di mobil. Ya, mereka kembali berburu oleh-oleh. Aisyah lupa belum membelikan teman-teman sesama guru oleh-oleh.Malam ini Byan akan mengajak Aisyah ke pesta peresmian dan pembukaan rumah sakit cabang Bali. Ia ingin Aisyah tampil berbeda. Aisyah sudah cantik, tinggal sediki polesan. Pasti akan membuatnya semakin cantik.Di butik, Aisyah diminta mencoba beberapa gaun untuk pesta nanti malam. Sedangkan Byan sibuk dengan ponselnya dan membaca email. Aisyah keluar dengan menggunakan gaun yang tadi ditunjuk Byan yang terakhir kali. Ia memperlihatkannya pada Byan dan meminta pendapat sang suami.“Sayang, wow ... Aku suka yang ini. Kita pilih gaun ini aja bagus
Pagi menjelang. Byan dan Aisyah sudah keluar resort setelah mengerjakan salat Subuh. Byan ingin mengajak Aisyah menikmati sunrise.Setelah itu, Byan mengajak Aisyah berjalan mengunjungi pura, puas mengabadikan momen dengan berswafoto di sana, Byan mengajak Aisyah ke kawasan persawahan. Melihat keindahan terasering di sana. Di kawasan sawah itu terdapat jalan setapak yang tersusun rapi yang digunakan sebagai jalan untuk menuju ke tengah sawah. Mereka berswafoto lagi mencari spot foto yang instagramable untuk diunduh di story mereka. Mereka menghabiskan waktu mereka dengan penuh kemesraan. Canda tawa dan suka cita. Aisyah sangat bahagia, Byan sudah mewujudkan mimpinya.Byan menyewa sepeda untuk mereka berdua. Byan membonceng Aisyah, dengan sedikit kikuk dirasakan Aisyah ketika Byan menyuruhnya duduk di depannya. Awalnya Byan kesusahan mengayuh sepeda itu karena sudah lama tidak mengayuh sepeda, tetapi lama-kelamaan Byan sudah terbiasa mengayuhnya.Mereka bersepeda mengitari area pers
Hari ini Byan dan Aisyah berkemas untuk bulan madu, mereka membawa peralatan yang mereka butuhkan, semua perlengkapan yang menunjang mereka di sana sudah dimasukkan ke dalam koper.“Sudah beres semua kah, Yang?” tanya Byan sambil memeluk Aisyah dari belakang yang sibuk meletakkan barang-barang mereka ke dalam koper.“Tinggal sedikit, habis itu sudah beres, tinggal kita berangkat,” ucapnya.Sepulang dari hotel yang ada di Bogor, Byan langsung membawa Aisyah pindah ke rumah yang memang disiapkan Byan untuk Aisyah. Rumah itu pun sudah ditempati pengajian menjelang akad nikah dengan mengundang ibu-ibu pengajian komunitas Arumi dan juga anak yatim di bawah asuhan Arumi dan Aida.“Sayang hari ini aku masih ada jadwal operasi. Aku bisa melakukannya cepat karena ini hanya operasi kecil. Waktu kita untuk pergi ke bandara masih lama,” ucap Byan bersiap.“Hm ... Kakak segera bersiap. Selesaikan tugasmu gabus itu cepat pulang supaya kita tidak telat.” Aisyah tersenyum turut membantu mengancingi k
***Pagi pun menyapa. Sejuknya udara pegunungan sangat terasa. Apalagi saat ini musim penghujan. Udara pagi semakin dingin, sedangkan mentari masih bersembunyi di balik peraduannya. Aisyah mengajak Byan berjalan pagi mengitari hotel setelah salat subuh. Jaket tebal milik Byan bertengger di tubuh wanita cantik itu. Sebelum sarapan, mereka ingin berkeliling mencari kuliner khas Jawa Barat yang dijual di pagi hari.Dengan memakai gamis soft pink dan hijab senada, Aisyah semakin terlihat cantik memesona. Sedangkan Byan menggunakan celana pendek selutut berwarna abu dan sweater tebal berwarna putih tampil nyantai tetap tak mengurangi ketampanannya. Mereka terlihat sangat serasi, membuat beberapa pasang mata melihat kagum ke arah pasangan itu. Byan menggandeng erat tangan Aisyah yang sedikit kedinginan padahal sudah memakai jaket milik Byan. "Sayang, pagi-pagi gini enak minum yang hangat-hangat, ya," ucap Kenzo saat sudah keluar jauh dari hotel. "Iya ... Eh lihat itu ada penjual ronde. P
Pagi pun tiba, Byan dan Aisyah diminta Arumi turun ke restoran mewah yang ada di hotel ini untuk sarapan bersama. Di sana sudah ada Bagas, Erland, Aida, Rendra, dan Anton juga calon istri Anton.Erland yang jahil berusaha menggoda pengantin baru itu. Pria tampan yang sudah akan menjadi ayah lagi itu sengaja memprovokasi sang kakak."Wangi banget, Bro, udah keramas berapa kali, nih?" ucap Erland menggoda sambil menaik turunkan alisnya memandang Byan. Aida yang merasa sungkan mencubit paha sang suami supaya tidak ngomong aneh-aneh."Apaan, sih, Er. May tau saja atau mau tau baget?" balas Byan melirik Aisyah yang langsung merona menahan malu."Widiih, udah nggak sabar aja, langsung belah duren, cus langsung sikat," goda Erland lagi sedikit vulgar. Erland memang berbeda dengan Byan yang masih sering canggung. Erland lebih terbuka dan ceplas-ceplos. "Bisa diem enggak?" cibir Byan malu bercampur kesal pada sepupu rasa saudara dan rasa sahabat itu.Aisyah sejak tadi hanya menunduk malu, mu
Ketika kamu mencintai seseorang, kamu tidak akan menyerah dalam hal apapun untuk memperjuangkannya. Karena cinta butuh perjuangan dan pengorbanan.(Byan- Aisyah ~ Dicintai Kakak Ipar season 2)***Tiga bulan berlalu. Saat ini Aisyah berada di Lembang. Di sana ia tinggal bersama sang nenek.Aisyah mengisi hari-harinya dengan mengajar santri Tahfiz di pesantren tempatnya dulu belajar menghafal Alquran dari kecil.Kini Aisyah lebih tenang dalam menjalani hidupnya. Setiap hari ia juga tidak berhenti menghubungi sang ibu.Meskipun kadang kala saat sendirian ia kembali memikirkan Byan. Ia ingin sekali tahu bagaimana keadaan laki-laki yang namanya masih bertahta di hatinya. Ya, Aisyah tidak bisa melupakan Byan meskipun ia berusaha. Berbeda dengan Lucky yang tidak sulit melupakan laki-laki itu, tapi tidak dengan Byan.***Byan bahagia setelah dua bulan ikut terapi. Ia sudah bisa berjalan. Setelah ia bisa berjalan dengan sedikit pincang, satu bulan berikutnya ia menjalani operasi untuk menorm
Kepercayaan bukanlah sesuatu hal yang dapat kita janjikan, tapi sesuatu hal yang harus kita buktikan agar mereka mendapatkannya.(Byan❤️ Aisyah – Dicintai Kakak Ipar 2)***Aisyah berusaha tenang. Ia ingin menjadi kekuatan untuk Byan, supaya laki-laki yang ada di depannya ini tidak semakin terpuruk.“Aku di sini. Insyaallah akan menemani Mas Byan sampai sembuh. A-aku tidak akan meninggalkanmu, Mas,” ucapnya mantap. Arumi dan Bagas melihat ketulusan dari gadis itu.“Kamu tidak akan pergi ‘kan, Sya? Ka-kamu tidak akan membatalkan pernikahan kita ‘kan?” tanya Byan penuh harap.Aisyah diam tidak menjawab. Ia masih dilema untuk membahas pernikahan saat ini, ia memang memutuskan untuk menemani Byan, karena ia merasa ikut andil dalam kecelakaan ini. Kalau saja Byan tidak mencarinya ke Bandung, Byan tidak akan kecelakaan.“Sya, kamu masih ada di sini ‘kan?” tanya Byan lagi.“Ya, aku ada di sini. Jangan pikirkan apa-apa lagi, pikirkan kesembuhanmu saja,” ujar Aisyah.Arumi dan Bagas memahami s