Erland tidak menyesali keputusannya untuk menolak Aruna, wanita yang ia nikahi selama enam bulan lebih itu. Yang ia sesali kenapa harus menikahi wanita Yang tak punya perasaan seperti Aruna, yang sudah menginjak-injak harga dirinya sebagai seorang lelaki. Erland mempunyai kekuasaan dan harta, bahkan tidak ada wanita yang menolaknya, mereka berebut untuk mendapatkannya. Namun, ia memang yang membatasi hubungannya dengan wanita-wanita seperti itu. Ia tidak mau dikhianati lagi Setelah Erina mengkhianatinya dulu. Namun, apa? Aruna yang ia sangka perempuan baik malah mengkhianatinya dan menorehkan luka yang teramat sakit di hatinya. Pikiran Erland sudah diliputi dengan bagaimana cara membalas dendam dan memberi pelajaran wanita sombong dan tak berperasaan itu.
Aruna dan Erland sudah tiga hari pisah ranjang sejak kata talak terucap dari bibir Erland. Ironisnya Aruna terlihat biasa-biasa saja, tidak merasa bersalah atas perbuatannya. Mereka melakukan aktivitasnya seperti biasanya. Mereka akan bertemu pagi hari saat sarapan dan malam hari untuk makan malam, selebihnya mereka jarang bertemu. Itu pun mereka tidak pernah terlibat pembicaraan. Mereka akan bicara bila ada hal yang perlu dibicarakan.
Minggu ini Arumi dan Bagas berkunjung ke rumah Erland. Mereka berencana untuk memberi kejutan pada Erland dan Aruna.
Setelah sarapan Aruna bersantai di ruang keluarga sambil memainkan ponselnya, rencananya ia akan pergi jalan-jalan bersama Rafa nanti siang.
Erland hanya bisa geleng kepala melihat kelakuan Aruna. Namun, ia bisa apa? Menegurnya? Hal itu tidak akan ia lakukan, hanya akan menambah masalah bila berurusan dengan Aruna.
Bel rumah terdengar, Bik Ina tergesa membukakannya.
"Assalamualaikum, Bik," sapa keduanya dengan senyum mengembang di wajah keduanya.
"W*’alaikumussalam, Nyonya, Tuan ... Masyaallah apa kabar? lama Bibik tidak bertemu," ucap Bik Ina pada keduanya.
"Alhamdulillah ... kami sehat, Bik. Bibi sendiri apa kabar? Kerasan 'kan ikut Erland dan Aruna?"
"Hehehe, Alhamdulillah juga sehat, Nya. Kerasan atu, kan sudah terbiasa merawat dan menjaga Aden," ucapnya nyengir.
Mendengar kegaduhan di depan Erland dan Aruna mendekat.
"Mama, Papa, ke sini kok enggak bilang dulu?” Erland terkejut begitu juga Aruna.
Aruna menyambut mereka dengan tersenyum tipis di wajah cantiknya dan menjabat tangan keduanya.
"Emang kami sengaja bikin surprise buat kalian," ucap Arumi sambil nyengir. Erland melihat tas besar yang dibawa sang mama.
"Mama bawa tas besar, apa mereka berencana menginap disini? Mati aku gimana ini, kalau mama dan papa sampai tahu ada yang berbeda dengan hubunganku dan Aruna," batin Erland.
"Kok bawa tas besar, apa jangan-jangan mertuaku ini berniat menginap di sini, jadwalku hari ini bersama Rafa bisa gagal nih," batin Aruna.
"Mama kok bawa tas besar, emangnya mau nginap di sini?" tanya Erland.
"Iya, Sayang. Kami akan menginap di sini selama tiga hari, boleh 'kan? Masak kita nginep di rumah anak sendiri enggak boleh," ujar Arumi.
Jedaaar ... Erland dan Aruna semakin terkejut mendengarkan penuturan sang mama.
Susah payah Erland menelan salivanya. "Boleh dong, Ma. Rumah Erland 'kan juga rumah Mama," ucapnya.
"Mama mau kamar tamu yang biasanya Mama tempati ya, Er. Bilang Bik Ina suruh beresin," ucap Arumi.
Deg ... Erland makin bingung kamar tamu yang biasa sang mama tempati kini ditempati Aruna. Sebenarnya di atas ada tiga ruang yang tidak ditempati, tapi belum ada ranjangnya .
Erland melirik Aruna sekilas, wajah wanita itu juga terlihat panik.
"Ma, aku kok kasihan sama Bik Ina harus bersih-bersih kamar yang terlalu kotor. Pintu kamar tamu yang itu juga sedang bermasalah, aku enggak mau Mama terkunci dari dalam, pintu kamar mandi juga agak sulit dibuka. Kondisinya juga sangat berantakan. Kasihan Bik Ina kalau beresin lama. Mending kamar sebelahnya saja, kondisinya terawat kok, Ma, soalnya kemarin baru ada teman yang menginap di sini," bujuknya, dan tentunya Erland berbohong. Meskipun tidak pernah ditempati semua ruang yang ada di rumahnya dibersihkan setiap hari oleh Bik Ina.
"Gitu ya! Benernya sih pingin yang kamar itu karena dekat dengan taman samping, tapi ya sudah kalau gitu," ucap Arumi sedikit kecewa. Bagas tersenyum sambil geleng kepala melihat tingkah sang istri.
Lega rasa hati Erland. Namun, setelah ini ia tahu harus lebih bisa bersandiwara lagi di depan Orang tuanya. Setelah tahu kedua orang tua Erland menginap di sini Aruna membatalkan jadwal kencannya bersama Rafa. Awalnya sang kekasih marah. Namun, Rafa memakluminya setelah Aruna membujuknya dan menenangkannya.
Erland harus berpura-pura seolah tidak terjadi apa-apa dengan pernikahannya di hadapan kedua orang tuanya, untuk saat ini dirinya belum bisa berterus terang pada kedua orang tuanya. Ia sudah mendaftarkan berkas perceraiannya ke pengadilan agama. Ia harus menunggu sampai ada ketuk palu dari hakim, baru ia akan mengatakan semuanya pada kedua orang tuanya. Dirinya tahu kedua orang tuanya akan kecewa padanya. Namun untuk apa dipertahankan kalau hanya membawa luka. Bukankah pernikahan itu akan membawa keberkahan bila didasari dengan kasih sayang, dan hanya mengharap Ridho dari Allah, berbeda pernikahannya yang hanya disadari oleh kebohongan dan pengkhianatan.
Sandiwara yang cukup apik, bahkan Erland tidak menyangka kalau Aruna pandai sekali berakting, bak artis hollywood. Di depan kedua orang tua Erland, Aruna menunjukkan sikap baik dan terlihat sangat menyayanginya. Membuatnya semakin muak melihat Aruna. Ia menahan emosinya untuk tidak marah. Aruna juga pura-pura tidur di kamar Erland. Setelah kedua mertuanya masuk kamar ia akan keluar dari kamar Erland.
Sikap Aruna semakin membuat hati Erland tersiksa dan semakin membencinya. Sore ini Arumi sedang berada di dapur bersama bik Ina. Mereka memasak untuk makan malam. Sudah lama Erland tidak pulang ke rumah orang tuanya, hari ini Arumi akan memasak makanan kesukaan sang putra.
"Bik, Aruna mana? Kok, enggak ke sini! Kalau Bibi masak sering dibantu 'kan sama Aruna?"
Bil Ina bingung harus menjawab apa pada sang nyonya. Ia tidak terbiasa membohongi nyonyanya itu. Bik Ina adalah sosok asisten rumah tangga yang jujur dan sabar, sehingga keluarga Erland sangat menyayanginya juga seperti anggota keluarganya sendiri.
"Non Aruna kan wanita karir jadi enggak sempat bantu Bibik, Nya. Berangkat pagi pulang malam, mungkin sudah capek," jawabnya jujur, tapi ia berusaha menutupi masalah rumah tangga Erland. Bik Ina sudah tahu semua masalah yang di hadapi sang tuan muda. Ia juga kasihan melihat Erland diperlakukan seperti itu oleh Aruna. Namun, ia bisa apa? Dirinya harus tahu batasannya dan tidak mau terlalu ikut campur urusan majikannya.
"Kasihan juga, mungkin sudah capek," ujar Arumi.
Setelah semua siap Arumi memanggil anggota keluarganya untuk segera makan malam
"Nak Aruna sudah isi belum?" tanya Arumi setelah selesai makan.
Aruna tersenyum tipis sambil melirik Erland yang terlihat cuek. " belum, Ma. Mungkin Allah belum mempercayakannya pada kami, kami sudah berusaha, tapi gimana lagi," jawabnya berbohong. Erland semakin sakit mendengar jawaban Aruna. Bagaimana bisa hamil, melakukannya saja hanya sekali dengan Erland dan itu sudah sangat lama sekali. Kalau pun Aruna hamil dirinya pastikan itu bukan darah dagingnya.
"Ma, Pa. Aku mau ke kamar dulu, aku harus menyelesaikan pekerjaanku malam ini juga karena besok pagi harus presentasi," ucapnya meninggalkan meja makan. Rasanya kayak berlama-lama di sana. Ia sangat membenci Aruna.
Setelah cukup berbasa-basi dengan kedua orang tua Erland. Aruna pamit ke kamar. Di kamar ia melihat Erland sudah tidur. Padahal Erland hanya pura-pura tidur saat mendengar pintu kamarnya dibuka tadi.
"Huh ... rasanya aku enggak tahan harus pura-pura kayak gini, ngapain sih tuh kedua orang tua Erland pakai acara nginep segala. Bikin ribet aja," gerutunya, dan Erland mendengarkannya.
Aruna duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Menunggu sang mertua masuk ke kamar baru dirinya keluar dari kamar itu. Ponselnya berdering tanda panggilan masuk, terpampang jelas wajah sang adik. Ia segera mengangkatnya. Dengan suaran manjanya pada sang kakak ia mengabarkan akan datang ke Jakarta untuk mengikuti seminar selama seminggu. Gadis itu meminta izin untuk tinggal bersama Aruna.
"Masalah kedua orang tua Erland saja sudah buat pikiranku stres, sekarang malah Aida mau kesini. Aku juga kangen sama dia lagi," gumamnya.
"Aku jadi penasaran dengan Aida, sejak menikah aku belum bertemu dengannya. Mendengar nada bicaranya sedikit nyerocos. Aruna yang pendiam saja ternyata menyimpan rahasia besar bahkan sudah tidak virgin, apalagi Adiknya yang nada bicaranya terdengar urakan seperti tadi."
Erland salah besar menilai Aida. Meskipun nada bicara Aida seperti itu, tapi ia gadis yang baik hati, penuh semangat dan pintar. Ia beda jauh dengan Aruna, bahkan ilmu agama Aida lebih baik dibanding Aruna. Dirinya juga memutuskan berhijab sejak duduk dibangku SMP.
Sebelum orang tua Erland bangun, pagi ini Aruna mengetuk pintu kamar Erland, Erland yang kebetulan sudah bangun membukanya.
"Ada apa?" tanya Erland datar dan sinis.
"Hari ini Adikku mau ke sini dan minta menginap di sini selama mengikuti seminar, apa kamu mengizinkannya?"
"Ya, enggak apa. Suruh Bik Ina membereskan kamar tamu yang satu lagi!" ucapnya dingin.
"Terima kasih." Setelah mengucapkan itu Aruna menghubungi Aida dan mengirim alamat rumah Erland pada sang adik.
Pukul sepuluh pagi Aida sampai di rumah itu, rumah mewah itu terlihat sepi. Kebetulan Arumi keluar berbelanja dengan baik Ina. Aida sudah menekan bel rumah itu berulang kali tapi tidak ada yang membukakan pintunya. Ia mencoba menghubungi Aruna, tapi ponsel sang kakak tidak aktif.
Lima belas menit berlalu ia masih menunggu di depan gerbang duduk di depan mobilnya. Hingga ada mobil sport merah berhenti di depannya. Dari dalam mobil keluar sosok laki-laki tampan dengan memakai kaca mata hitam.
Aida sedikit canggung melihat laki-laki itu berjalan ke arahnya.
"Mau bertemu siapa?" tanya Erland dingin. Namun, tidak menghilangkan pesona ketampanannya. Aida terlihat semakin canggung.
"Maaf, mau bertemu siapa?" tanya Erland sekali lagi pada gadis cantik berhijab itu.
"Saya mau bertemu Kakak saya, Kak Aruna," jawabnya.
Deg ... Erland tidak menyangka gadis cantik berhijab di depannya adalah adik Aruna. Sangat bertolak belakang dengan kakaknya dalam segi penampilannya.
Erland masih memindai penampilan Aida dari atas ke bawah membuat gadis cantik itu risih dan canggung. Laki-laki di depannya ini memang tampan, tapi di perlakukan seperti itu membuatnya tidak nyaman."Ma-maaf Anda siapa?" tanya Aida."Perkenalkan saya Erland," ucapnya sambil mengulurkan tangannya. Aida langsung menangkupkan kedua tangannya di dada sebagai wujud penghormatan."Kok, lain banget, nih cewek, aku yakin dia juga sama seperti kakaknya. Sok polos ...," batinnya."Berarti Kakak suaminya Kak Aruna?" tanyanya tersenyum lembut."Senyuman itu, kenapa hatiku berdesir melihat senyuman itu. Tidak ... Tidak, aku tidak boleh jatuh ke lubang yang sama. Ya, aku Kakak iparmu lebih tepatnya mantan Kakak iparmu, memang secara hukum aku belum bercerai dengan kakakmu, tapi secara agama sudah," batin Erland."Ya aku suaminya. Aruna tadi sudah bilang padaku kalau kamu mau ke sini," ucapnya sambil tersenyum menyeringai. Bahkan Aida sendiri tidak tahu ar
***Menuruti emosi dan hawa nafsu hanya akan merugikan dan penyesalan adalah konsekuensi yang pasti akan diterima.(Erland- Dicintai Kakak ipar)***Azan subuh berkumandang. Aida terbangun dari tidur. Kepalanya masih pusing. Bahkan tubuhnya terasa ngilu semua. Ia belum menyadari saat ini berada di kamar Erland. Ia mengucek mata dan memijat kepala. Betapa ia terkejut saat tahu saat ini berada di kamar Erland dengan posisi Erland memeluknya. Ia tidak tahu kenapa ia ada di kamar ini. Bahkan ia tidak mengingat telah melakukan hal serendah ini. Seketika air matanya turun membasahi pipi.Aida menyadari ada yang berbeda dengan tubuhnya. Dengan perlahan ia melepas pelukan Erland, supaya tidak membangunkan laki-laki tampan itu. Mengambil baju dan hijab instan. Dengan langkah terseok meninggalkan kamar Erland. Ia masuk ke kamarnya menangis terisak.Aida menuju kamar mandi dengan kasar menggosok tubuh sambil terus menangis."Aku sudah kotor, aku
Kehilangan membuat kita belajar untuk menerima dan mensyukuri dengan apa yang masih kita miliki saat ini.***Saat ini Erland sudah berada di pengadilan agama untuk mengikuti sidang terakhir perceraiannya dengan Aruna. Hari ini hakim akan membacakan keputusan perceraiannya dan ikrar talak yang akan dibaca Erland nantinya. Ia ditemani Romi pengacara sekaligus sahabatnya. Saat berada di ruang tunggu ia melihat Aruna datang ditemani pengacaranya juga sang kekasih, Rafa. Erland hanya meliriknya tanpa mau menyapa.Pukul sembilan pagi sidang di mulai. Sidang berjalan dengan lancar, hingga hakim membacakan keputusan untuk keduanya dengan putusan akhir yaitu perceraian dengan ditandai ketuk palu. Setelahnya dengan lantang Erland membacakan ikrar talak. Erland lega dan puas dengan hasil akhir persidangan. Begitu juga Aruna, Rafa langsung mencium keningnya di depan banyak orang tanpa ada rasa malu.Erland geram melihat hal itu. Ia tidak ingin berlama di ruangan itu
Roda kehidupan akan terus berputar. Tidak selamanya kamu mendapatkan apa yang diinginkan. Karena hidup tak akan pernah selalu bahagia. Ada kalanya kamu senang, ada saatnya kamu dihadapkan dengan ujian dan musibah juga rintangan. Kamu perlu menyiapkan hati yang ikhlas, dan siap menerima apa pun kenyataan itu.***Pagi ini Aida merasakan pusing yang teramat. Ia juga sudah berulang kali keluar masuk kamar mandi untuk muntah, mual di perutnya membuatnya ingin muntah. Apa lagi saat mencium bau yang sedikit menyengat. Namun, Aida belum menyadari apa yang terjadi padanya.Meskipun sakit Aida ingin melakukan aktivitasnya. Ia akan berangkat ke rumah sakit tempatnya bekerja. Menjadi dokter penyakit dalam memang yang ia inginkan selama ini, selama dua tahun bergabung di rumah sakit itu, banyak yang suka dengan kinerjanya. Ia pun mendapatkan banyak teman di sana, karena sikapnya yang luwes dan gampang bergaul juga baik hati."Non Aida saki?" tanya Bi Wawa khawatir. W
Seseorang yang mampu bangkit setelah jatuh adalah orang yang lebih kuat daripada seseorang yang tidak pernah jatuh sama sekali.***Saat ini Aida dan Bik Wawa berada di bandara Radin Inten dua Lampung selatan. Aida berharap bisa menata hidupnya di tempat baru ini. Hampir satu jam berada di pesawat, membuat Bik Wawa pusing, maklum ini yang pertama buat Bik Wawa. Ia akan memulai hidupnya di sini bersama Bik Wawa membesarkan bayi yang tak berdosa di rahimnya. Ia sudah mencoba berdamai dengan hatinya, ia ikhlas dengan apa yang sudah terjadi padanya. Setelah kematian sang papa hubungannya dengan Aruna pun sedikit renggang. Rasa bersalah Aruna pada sang papa membuatnya menghindari sang adik. Aida juga sangat kecewa dengan sang kakak. Ia tahu sang kakak berbuat seperti itu karena rasa cintanya pada sang kekasih, Aida bisa apa kalau itu masalah hati, tapi cara yang ditempuh Aruna itu benar-benar salah meskipun melakukannya atas dasar cinta. Ia sudah melakukan perbuatan yang ja
Terkadang, kita harus kehilangan seseorang sebelum akhirnya menyadari betapa berartinya dia dalam hidup kita. (Erland - Dicintai Kakak ipar)Erland melajukan mobil meninggalkan kompleks perumahan itu.Ia bingung harus mencari Aida di mana sedangkan ia butuh bertemu Aida untuk menanyakan tentang apa yang dilihatnya ditekankan CCTV. Ia juga tidak memiliki nomor Aida.Erland teringat Aruna. Apa ia harus meminta nomor Aida padanya. Bukannya gengsi menanyakan pada Aruna. Toh, ia sudah tidak ada hubungannya dengan wanita itu, ia bisa saja bersikap biasa dan datar padanya, meskipun rasa benci masih ada di hatinya untuk wanita itu. Memang ia sudah memaafkan Aruna, tapi untuk melupakan semua pengkhianatannya ia belum mampu, hanya rasa benci dan marah bila mengingat wanita yang hanya enam bulan menjadi istrinya itu.Hari ini dirinya memutuskan pulang ke rumah orang tuanya. Sejak resmi bercerai dengan Aruna Bik Ina sudah kembali lagi beke
Tetaplah memilih jalanmu sendiri karena itulah yang akan mengatarkanmu ke dalam pintu keluar yang kau harapkan. Labirin hanyalah jalan lurus yang berkelok-kelok, yang akan membawaku pada tujuan hidupmu yang sebenarnya.***Hari ini Aida dipanggil direktur rumah sakit tempat dirinya bekerja. Ia diminta untuk menghadiri pelatihan di rumah sakit pusat yang ada di Jakarta sebagai perwakilan dokter spesialis penyakit dalam. Namun, dengan berat hati Aida menolaknya dengan alasan perutnya sudah membesar dan perkiraan bulan depan ia akan melahirkan. Dokter Burhan selaku direktur bisa memahami itu. Ia tidak memaksa karena melihat kondisi Aida."Baiklah, Dok. Saya tidak akan memaksa, lain kali kalau dokter sudah melahirkan dan ada pelatihan seperti ini, saya harap dokter Aida mau mewakili rumah sakit kita ini," ujarnya."Insyaallah ... saya usahakan, Dok.""Baiklah, terima kasih. Dokter bisa kembali lagi bekerja.""Terima kasih, Dok. Permisi!"
Yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan adalah dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaannya, tapi tak dapat memaksakan kehendak hatinya untuk mencintaimu. Karena urusan hati itu tidak bisa dipaksakan walaupun kamu memaksa yang kau dapatkan hanya terluka dan kekecewaan.***Satu minggu sudah Byan bergabung dengan rumah sakit cabang yang berada di Lampung. Sebenarnya ia bergabung di sini hanya satu bulan saja, karena memang kebetulan ia ditugaskan untuk sementara sembari menunggu dokter spesialis jantung yang akan bertugas lama. Namun, setelah ia mengenal Aida untuk pertama kali ia tidak bisa melupakan wanita itu. Ia tidak tahu perasaan apa yang ia rasakan pada Aida, yang ia tahu dirinya merasa ingin selalu dekat dengan Aida. Apalagi dirinya tahu dari penyelidikannya satu minggu ini dari rekannya bahwa Aida ditinggal pergi suaminya sejak hamil. Hal itu membuatnya semakin gencar mendekati Aida. Ia akan mengajukan untuk diperpanjang lagi masa bergabun
Satu minggu sudah Aida melahirkan anak keduanya. Hari ini juga Aida diizinkan untuk pulang. Sempat terjadi pendarahan sehingga tidak boleh langsung pulang dan harus dirawat.Kondisi Aida dan putrinya sudah semakin membaik. Seminggu ini Erland yang mengkhawatirkan keadaan Aida, terpaksa harus bekerja di rumah sakit. Setiap ada dokumen penting yang membutuhkan tanda tangannya, Anton pasti akan membawanya ke rumah sakit.Setelah membereskan barang-barang, Erland meminta perawat membantu mendorong kursi roda yang dinaiki Aida dan bayi mereka. Sedangkan Erland membawa barang-barangnya.Erland bergegas meletakkan barang-barang ke dalam bagasi mobil, lalu membukakan pintu mobil untuk Aida.Di kediaman Erland dan Aida. Arumi sudah menyiapkan syukuran kecil dengan mengundang beberapa tetangga dan tokoh agama di kompleks perumahan yang dihuni Aida dan Erland itu.Aluna dan Rafa pun ikut hadir. Mereka yang beberapa hari ini ikut menjaga Rendra, saat ini menemani bocah tampan itu bermain.Byan da
Hari ini mereka semua bersiap untuk pulang ke Jakarta. Aisyah sudah siap dengan dua koper yang berisi barang-barangnya dan Byan. Byan menyeret koper-koper itu ke bawah. Di sana sudah ada Erland dan yang lainnya menunggu.Setelah perjalanan yang memakan waktu sekitar dua jam lebih, mereka sampai. Di bandara sopir keluarga sudah menjemput mereka sesuai perintah Bagas dan Arumi. Byan dan Aisyah, Erland dan Aida tidak langsung pulang ke kediaman mereka. Mereka akan berkumpul di rumah kedua orang tua mereka terlebih dahulu.Mereka akan membuka oleh-oleh untuk diberikan pada Bagas dan Arumi juga para asisten rumah tangga yang sudah mereka siapkan.***Dua bulan kemudian .... Malam ini Aida gelisah, sudah pukul dua belas malam dirinya masih terjaga, perutnya terasa keram berulang kali. Ingin membangunkan Erland. Namun, dirinya merasa kasihan. Pukul tujuh malam sang suami baru datang karena ada meeting penting bersama klien yang berasal dari luar negeri. Sudah berulang kali dirinya bangun un
Keesokan harinya. Setelah sarapan, mereka melakukan aktivitasnya masing-masing. Aida yang perutnya sudah semakin besar hanya ingin ditemani Erland jalan-jalan ke pantai. Sedangkan Dinda dan Anton mereka mempunyai rencana sendiri, begitu pun Byan dan AisyahByan mengajak Aisyah masuk ke dalam butik setelah meletakkan semua belanjaannya di mobil. Ya, mereka kembali berburu oleh-oleh. Aisyah lupa belum membelikan teman-teman sesama guru oleh-oleh.Malam ini Byan akan mengajak Aisyah ke pesta peresmian dan pembukaan rumah sakit cabang Bali. Ia ingin Aisyah tampil berbeda. Aisyah sudah cantik, tinggal sediki polesan. Pasti akan membuatnya semakin cantik.Di butik, Aisyah diminta mencoba beberapa gaun untuk pesta nanti malam. Sedangkan Byan sibuk dengan ponselnya dan membaca email. Aisyah keluar dengan menggunakan gaun yang tadi ditunjuk Byan yang terakhir kali. Ia memperlihatkannya pada Byan dan meminta pendapat sang suami.“Sayang, wow ... Aku suka yang ini. Kita pilih gaun ini aja bagus
Pagi menjelang. Byan dan Aisyah sudah keluar resort setelah mengerjakan salat Subuh. Byan ingin mengajak Aisyah menikmati sunrise.Setelah itu, Byan mengajak Aisyah berjalan mengunjungi pura, puas mengabadikan momen dengan berswafoto di sana, Byan mengajak Aisyah ke kawasan persawahan. Melihat keindahan terasering di sana. Di kawasan sawah itu terdapat jalan setapak yang tersusun rapi yang digunakan sebagai jalan untuk menuju ke tengah sawah. Mereka berswafoto lagi mencari spot foto yang instagramable untuk diunduh di story mereka. Mereka menghabiskan waktu mereka dengan penuh kemesraan. Canda tawa dan suka cita. Aisyah sangat bahagia, Byan sudah mewujudkan mimpinya.Byan menyewa sepeda untuk mereka berdua. Byan membonceng Aisyah, dengan sedikit kikuk dirasakan Aisyah ketika Byan menyuruhnya duduk di depannya. Awalnya Byan kesusahan mengayuh sepeda itu karena sudah lama tidak mengayuh sepeda, tetapi lama-kelamaan Byan sudah terbiasa mengayuhnya.Mereka bersepeda mengitari area pers
Hari ini Byan dan Aisyah berkemas untuk bulan madu, mereka membawa peralatan yang mereka butuhkan, semua perlengkapan yang menunjang mereka di sana sudah dimasukkan ke dalam koper.“Sudah beres semua kah, Yang?” tanya Byan sambil memeluk Aisyah dari belakang yang sibuk meletakkan barang-barang mereka ke dalam koper.“Tinggal sedikit, habis itu sudah beres, tinggal kita berangkat,” ucapnya.Sepulang dari hotel yang ada di Bogor, Byan langsung membawa Aisyah pindah ke rumah yang memang disiapkan Byan untuk Aisyah. Rumah itu pun sudah ditempati pengajian menjelang akad nikah dengan mengundang ibu-ibu pengajian komunitas Arumi dan juga anak yatim di bawah asuhan Arumi dan Aida.“Sayang hari ini aku masih ada jadwal operasi. Aku bisa melakukannya cepat karena ini hanya operasi kecil. Waktu kita untuk pergi ke bandara masih lama,” ucap Byan bersiap.“Hm ... Kakak segera bersiap. Selesaikan tugasmu gabus itu cepat pulang supaya kita tidak telat.” Aisyah tersenyum turut membantu mengancingi k
***Pagi pun menyapa. Sejuknya udara pegunungan sangat terasa. Apalagi saat ini musim penghujan. Udara pagi semakin dingin, sedangkan mentari masih bersembunyi di balik peraduannya. Aisyah mengajak Byan berjalan pagi mengitari hotel setelah salat subuh. Jaket tebal milik Byan bertengger di tubuh wanita cantik itu. Sebelum sarapan, mereka ingin berkeliling mencari kuliner khas Jawa Barat yang dijual di pagi hari.Dengan memakai gamis soft pink dan hijab senada, Aisyah semakin terlihat cantik memesona. Sedangkan Byan menggunakan celana pendek selutut berwarna abu dan sweater tebal berwarna putih tampil nyantai tetap tak mengurangi ketampanannya. Mereka terlihat sangat serasi, membuat beberapa pasang mata melihat kagum ke arah pasangan itu. Byan menggandeng erat tangan Aisyah yang sedikit kedinginan padahal sudah memakai jaket milik Byan. "Sayang, pagi-pagi gini enak minum yang hangat-hangat, ya," ucap Kenzo saat sudah keluar jauh dari hotel. "Iya ... Eh lihat itu ada penjual ronde. P
Pagi pun tiba, Byan dan Aisyah diminta Arumi turun ke restoran mewah yang ada di hotel ini untuk sarapan bersama. Di sana sudah ada Bagas, Erland, Aida, Rendra, dan Anton juga calon istri Anton.Erland yang jahil berusaha menggoda pengantin baru itu. Pria tampan yang sudah akan menjadi ayah lagi itu sengaja memprovokasi sang kakak."Wangi banget, Bro, udah keramas berapa kali, nih?" ucap Erland menggoda sambil menaik turunkan alisnya memandang Byan. Aida yang merasa sungkan mencubit paha sang suami supaya tidak ngomong aneh-aneh."Apaan, sih, Er. May tau saja atau mau tau baget?" balas Byan melirik Aisyah yang langsung merona menahan malu."Widiih, udah nggak sabar aja, langsung belah duren, cus langsung sikat," goda Erland lagi sedikit vulgar. Erland memang berbeda dengan Byan yang masih sering canggung. Erland lebih terbuka dan ceplas-ceplos. "Bisa diem enggak?" cibir Byan malu bercampur kesal pada sepupu rasa saudara dan rasa sahabat itu.Aisyah sejak tadi hanya menunduk malu, mu
Ketika kamu mencintai seseorang, kamu tidak akan menyerah dalam hal apapun untuk memperjuangkannya. Karena cinta butuh perjuangan dan pengorbanan.(Byan- Aisyah ~ Dicintai Kakak Ipar season 2)***Tiga bulan berlalu. Saat ini Aisyah berada di Lembang. Di sana ia tinggal bersama sang nenek.Aisyah mengisi hari-harinya dengan mengajar santri Tahfiz di pesantren tempatnya dulu belajar menghafal Alquran dari kecil.Kini Aisyah lebih tenang dalam menjalani hidupnya. Setiap hari ia juga tidak berhenti menghubungi sang ibu.Meskipun kadang kala saat sendirian ia kembali memikirkan Byan. Ia ingin sekali tahu bagaimana keadaan laki-laki yang namanya masih bertahta di hatinya. Ya, Aisyah tidak bisa melupakan Byan meskipun ia berusaha. Berbeda dengan Lucky yang tidak sulit melupakan laki-laki itu, tapi tidak dengan Byan.***Byan bahagia setelah dua bulan ikut terapi. Ia sudah bisa berjalan. Setelah ia bisa berjalan dengan sedikit pincang, satu bulan berikutnya ia menjalani operasi untuk menorm
Kepercayaan bukanlah sesuatu hal yang dapat kita janjikan, tapi sesuatu hal yang harus kita buktikan agar mereka mendapatkannya.(Byan❤️ Aisyah – Dicintai Kakak Ipar 2)***Aisyah berusaha tenang. Ia ingin menjadi kekuatan untuk Byan, supaya laki-laki yang ada di depannya ini tidak semakin terpuruk.“Aku di sini. Insyaallah akan menemani Mas Byan sampai sembuh. A-aku tidak akan meninggalkanmu, Mas,” ucapnya mantap. Arumi dan Bagas melihat ketulusan dari gadis itu.“Kamu tidak akan pergi ‘kan, Sya? Ka-kamu tidak akan membatalkan pernikahan kita ‘kan?” tanya Byan penuh harap.Aisyah diam tidak menjawab. Ia masih dilema untuk membahas pernikahan saat ini, ia memang memutuskan untuk menemani Byan, karena ia merasa ikut andil dalam kecelakaan ini. Kalau saja Byan tidak mencarinya ke Bandung, Byan tidak akan kecelakaan.“Sya, kamu masih ada di sini ‘kan?” tanya Byan lagi.“Ya, aku ada di sini. Jangan pikirkan apa-apa lagi, pikirkan kesembuhanmu saja,” ujar Aisyah.Arumi dan Bagas memahami s