Pada hari Senin, Kediaman Jaspal sangatlah hening, seolah-olah tidak ada orang di rumah saja.Moonela sedang duduk di ruang tamu Kediaman Jaspal sembari mengutak-atik ponselnya.Kelly mengintip gerak-gerik Moonela dari lantai atas. Sepertinya Moonela sedang melakukan kesalahan saja. Dia terus mengintip ke depan pintu. Raut wajahnya juga kelihatan tidak alami.Kelly melihat sejenak, lalu kembali ke kamarnya.Sejak Claude mengalah, Moonela juga tidak pernah berulah lagi. Tak peduli bagaimana Edward membencinya, Moonela yang ikut pulang bersama Louis juga hanya bersikap hormat kepada Edward.Sebaliknya, Imelda memperlakukan Moonela dengan cukup baik. Sebab, dia adalah wanita yang disukai putra semata wayangnya sekaligus calon menantunya!Namun, yang dipertanyakan Kelly sekarang adalah apa yang sebenarnya sedang dilakukan Moonela?Kelly terus mengamati gerak-gerik Moonela. Sekarang dia merasa kondisi aneh ini bukan baru terjadi hari ini saja.Berkali-kali Kelly mencoba untuk mengintip pons
Louis langsung bertanya, “Apa kamu memang nggak pernah kepikiran untuk bersamaku?”Moonela terdiam beberapa saat, tetiba dia bertanya pada Louis, “Apa kamu pernah kepikiran bagaimana perasaanku ketika difitnah? Apa kamu pernah kepikiran bagaimana perasaanku ketika terpaksa mengundurkan diri dari LMOON?”Pertanyaan Moonela membuat Louis tidak bisa berkata-kata. Ternyata Moonela tidak pernah memaafkan Kelly.“Kamu bisa bilang sama aku kalau video itu bukan hasil unggahanmu. Aku juga lagi menyelidiki masalah ini. Kenapa kamu nggak bisa menunggu?” tanya Louis kembali.Moonela mendengus dingin. “Apa kamu merasa aku itu orang yang bisa memendam emosiku? Louis, demi kamu, aku pun sudah memilih untuk nggak balas dendam secara terang-terangan.”“Aku cari kamu. Kita bicarakan masalah ini dengan baik.” Seusai berbicara, Louis langsung memutuskan panggilan.Ketika Lillia bergegas ke perusahaan, tampak beberapa bekas goresan di wajah Moonela. Dia segera menyuruh asistennya untuk membelikan obat.“A
Louis menatap Moonela dan akhirnya paham. Konflik di antara Kelly dengan Moonela hari ini adalah hasil dari akumulasi selama ini. Moonela adalah salah satu pendiri Perusahaan LMOON. Namun, Kelly malah membuatnya terpaksa mengundurkan diri dari perusahaan. Jadi, mana mungkin Moonela bisa menerima Kelly dengan tulus? Dengan berada di antara Kelly dan Moonela, Louis juga tidak mungkin bisa bersikap adil ataupun meminta Moonela menerima Kelly.“Aku tahu mengenai masalah ini dan nggak menyalahkanmu. Aku juga nggak akan memintamu untuk menerima Kelly,” kata Louis setelah terdiam sejenak.Setelah itu, dia menatap Moonela dan melanjutkan, “Tapi, aku juga nggak bisa menelantarkan adikku demi kamu. Kamu sendiri tahu keadaannya sangat istimewa. Kami baru menemukannya kembali setelah sekian lama. Berhubung dendam di antara kalian begitu besar, aku rasa aku butuh waktu yang sangat lama untuk mencairkan permusuhan di antara kalian.”“Kamu nggak usah melakukan hal seperti itu. Aku nggak akan menerim
Claude tidak menjawab, melainkan membuka penutup kopi, lalu merobek aluminium yang menutupi celah di atas sebelum menyesapnya.“Rasanya biasa saja. Aku masih lebih suka kopi yang kamu buat sendiri,” kata Claude sambil menggoyang botol kopi di tangannya dengan nada yang terdengar agak mencela.“Itu memang cuma kopi biasa kok. Ternyata kamu memang pemilih,” jawab Lillia dengan agak kesal.Setelah mengobrol sejenak, Louis pun berjalan keluar. Mata dan bibirnya terlihat agak merah. Seharusnya, Moonela menciumnya dengan cukup bergairah.Lillia bertanya dengan agak canggung, “Sudah selesai bicaranya?”“Emm. Untuk sementara, aku akan tinggal di sini dan membiarkannya kembali ke Kota Pinang untuk memulihkan suasana hatinya,” jawab Louis dengan nada hangat.Lillia hanya mengangguk tanpa menjawab.“Kamu mau pulang bersamaku?” tanya Louis pada Claude.Claude menjawab dengan ekspresi acuh tak acuh, “Nggak deh, aku masih ada urusan lain. Tapi, aku mau mengingatkanmu lagi. Moonela begitu marah karen
Begitu mendengar omelan Claude, Jeff pun merasa kesal. Dia membantah, “Biarpun kamu merokok, aku juga nggak bilang apa-apa! Tapi, kamu malah mau melarangku main mahyong! Memangnya aku akan menderita kelak karena hidup senang sekarang?”Setelah mendengar ucapan Jeff, Claude pun menghela napas berat.Saat ini, Nelson mengetuk pintu, lalu berjalan masuk sambil melirik Claude dan hendak keluar lagi. Jeff pun tahu bahwa ada masalah penting yang ingin dibicarakan mereka. Oleh karena itu, dia melambaikan tangannya dan mengisyaratkan Claude untuk keluar. Setelah itu, dia berbaring dengan nyaman di atas tempat tidur. Setelah bermain mahyong selama ini, dia memang lelah. Anggap saja dia akan beristirahat selama 2 hari.Setelah tiba di sebuah tempat yang sepi, Claude baru bertanya, “Apa Moonela sama sekali nggak melakukan apa-apa?”“Emm. Setiap hari, dia hanya jalan-jalan, menonton di bioskop, dan mencoba berbagai makanan enak di mana-mana. Dia sama sekali nggak berinteraksi dengan siapa pun,” ja
Lillia juga merasa sangat terkejut karena aplikasi ini bisa mencapai tingkat sedetail itu.[ Untuk membuat avatar serealistik ini, selain mengunggah foto, butuh data yang spesifik seperti lingkar kepala dan sebagainya. Apa avatar ini bisa disimpan? Aku sudah membuatnya dengan susah payah. ][ Ada opsi ekspor, kok. Dicoba saja dulu. Kalau sudah mengekspornya, kamu sudah bisa menggunakannya. ][ Akan lebih bagus kalau kulitnya bisa terlihat lebih realistik lagi. Saat ini, kulitnya masih terlihat lumayan artifisial. Aku takut itu akan memengaruhi penampilan akhir pakaian. ][ Coba kudiskusikan dulu dengan departemen teknis. ]Seusai mengobrol dengan William, Lillia menatap avatar yang dibuatnya lagi dengan puas. Nanti, dia dapat membuat avatar pribadinya, lalu menggunakannya untuk berinteraksi dengan warganet.Setelah mencetuskan ide ini, William segera merespons. Hanya saja, peluncuran aplikasi ini harus ditunda dan mereka juga harus membuat sebuah aplikasi terpisah terlebih dahulu. Lil
Claude diam sejenak, lalu menjawab, “Aku merasa dia sangat aneh akhir-akhir ini. Aku khawatir dia melakukan sesuatu di belakang kita dan jatuh dalam bahaya. Makanya, aku menyuruh Nelson untuk mengawasinya.”Lillia merasa agak terkejut setelah mendengar jawaban Claude. Untuk sesaat, dia tidak tahu harus bagaimana menjawabnya. Setelah beberapa saat, dia baru berkata, “Terima kasih. Aku akan menelepon untuk menanyakannya. Semalam, kami juga teleponan. Seharusnya nggak ada masalah, ‘kan?”“Nggak ada salahnya kita mewaspadainya. Aku juga akan menyuruh Nelson bertanya kenapa tetangganya itu melapor polisi,” jawab Claude.Saat Lillia hendak menutup telepon, Claude tiba-tiba berkata lagi, “Jangan langsung meneleponnya. Nanti, kamu cari saja alasan yang cocok untuk meneleponnya. Kamu juga harus bersikap natural.”“Claude, apa dia dalam bahaya, makanya kamu baru begitu berhati-hati?” tanya Lillia.“Kalau dia memang lagi dalam bahaya, kita justru harus berlagak bodoh. Kalau bukan begitu, berlagak
Lillia menekan pikirannya yang kacau dan berencana untuk membicarakannya lagi sepulang dari rumah sakit. Setelah tiba di rumah sakit, Lillia terlebih dahulu menyuruh dokter untuk memeriksa kedua mata Hans. Seusai memeriksanya, dia bertanya pada dokter, “Bagaimana dengan matanya?”“Pemulihannya cukup baik, nggak ada masalah kok. Kenapa?” tanya dokter dengan sangat gugup. Berhubung tiba-tiba diminta untuk memeriksa ulang keadaan Hans, dia pun mengira apa mungkin pasien merasa ada yang tidak beres, tetapi tidak berani mengatakannya kepada dokter?“Nggak apa-apa. Terima kasih, Dok!” jawab Lillia dengan sopan. Setelah dokter itu pergi, dia baru menatap Hans dengan ekspresi cemberut.Hans hanya bertanya sambil tersenyum sok polos, “Kenapa kamu menatapku seperti itu?”Lillia sangat ingin langsung meninju Hans setelah melihat ekspresinya itu.“Kalau kamu masih tersenyum sok polos, aku benar-benar nggak akan peduli padamu lagi!” tegur Lillia dengan ekspresi serius.Hans pun perlahan-lahan menj