Claude tidak menjawab, melainkan membuka penutup kopi, lalu merobek aluminium yang menutupi celah di atas sebelum menyesapnya.“Rasanya biasa saja. Aku masih lebih suka kopi yang kamu buat sendiri,” kata Claude sambil menggoyang botol kopi di tangannya dengan nada yang terdengar agak mencela.“Itu memang cuma kopi biasa kok. Ternyata kamu memang pemilih,” jawab Lillia dengan agak kesal.Setelah mengobrol sejenak, Louis pun berjalan keluar. Mata dan bibirnya terlihat agak merah. Seharusnya, Moonela menciumnya dengan cukup bergairah.Lillia bertanya dengan agak canggung, “Sudah selesai bicaranya?”“Emm. Untuk sementara, aku akan tinggal di sini dan membiarkannya kembali ke Kota Pinang untuk memulihkan suasana hatinya,” jawab Louis dengan nada hangat.Lillia hanya mengangguk tanpa menjawab.“Kamu mau pulang bersamaku?” tanya Louis pada Claude.Claude menjawab dengan ekspresi acuh tak acuh, “Nggak deh, aku masih ada urusan lain. Tapi, aku mau mengingatkanmu lagi. Moonela begitu marah karen
Begitu mendengar omelan Claude, Jeff pun merasa kesal. Dia membantah, “Biarpun kamu merokok, aku juga nggak bilang apa-apa! Tapi, kamu malah mau melarangku main mahyong! Memangnya aku akan menderita kelak karena hidup senang sekarang?”Setelah mendengar ucapan Jeff, Claude pun menghela napas berat.Saat ini, Nelson mengetuk pintu, lalu berjalan masuk sambil melirik Claude dan hendak keluar lagi. Jeff pun tahu bahwa ada masalah penting yang ingin dibicarakan mereka. Oleh karena itu, dia melambaikan tangannya dan mengisyaratkan Claude untuk keluar. Setelah itu, dia berbaring dengan nyaman di atas tempat tidur. Setelah bermain mahyong selama ini, dia memang lelah. Anggap saja dia akan beristirahat selama 2 hari.Setelah tiba di sebuah tempat yang sepi, Claude baru bertanya, “Apa Moonela sama sekali nggak melakukan apa-apa?”“Emm. Setiap hari, dia hanya jalan-jalan, menonton di bioskop, dan mencoba berbagai makanan enak di mana-mana. Dia sama sekali nggak berinteraksi dengan siapa pun,” ja
Lillia juga merasa sangat terkejut karena aplikasi ini bisa mencapai tingkat sedetail itu.[ Untuk membuat avatar serealistik ini, selain mengunggah foto, butuh data yang spesifik seperti lingkar kepala dan sebagainya. Apa avatar ini bisa disimpan? Aku sudah membuatnya dengan susah payah. ][ Ada opsi ekspor, kok. Dicoba saja dulu. Kalau sudah mengekspornya, kamu sudah bisa menggunakannya. ][ Akan lebih bagus kalau kulitnya bisa terlihat lebih realistik lagi. Saat ini, kulitnya masih terlihat lumayan artifisial. Aku takut itu akan memengaruhi penampilan akhir pakaian. ][ Coba kudiskusikan dulu dengan departemen teknis. ]Seusai mengobrol dengan William, Lillia menatap avatar yang dibuatnya lagi dengan puas. Nanti, dia dapat membuat avatar pribadinya, lalu menggunakannya untuk berinteraksi dengan warganet.Setelah mencetuskan ide ini, William segera merespons. Hanya saja, peluncuran aplikasi ini harus ditunda dan mereka juga harus membuat sebuah aplikasi terpisah terlebih dahulu. Lil
Claude diam sejenak, lalu menjawab, “Aku merasa dia sangat aneh akhir-akhir ini. Aku khawatir dia melakukan sesuatu di belakang kita dan jatuh dalam bahaya. Makanya, aku menyuruh Nelson untuk mengawasinya.”Lillia merasa agak terkejut setelah mendengar jawaban Claude. Untuk sesaat, dia tidak tahu harus bagaimana menjawabnya. Setelah beberapa saat, dia baru berkata, “Terima kasih. Aku akan menelepon untuk menanyakannya. Semalam, kami juga teleponan. Seharusnya nggak ada masalah, ‘kan?”“Nggak ada salahnya kita mewaspadainya. Aku juga akan menyuruh Nelson bertanya kenapa tetangganya itu melapor polisi,” jawab Claude.Saat Lillia hendak menutup telepon, Claude tiba-tiba berkata lagi, “Jangan langsung meneleponnya. Nanti, kamu cari saja alasan yang cocok untuk meneleponnya. Kamu juga harus bersikap natural.”“Claude, apa dia dalam bahaya, makanya kamu baru begitu berhati-hati?” tanya Lillia.“Kalau dia memang lagi dalam bahaya, kita justru harus berlagak bodoh. Kalau bukan begitu, berlagak
Lillia menekan pikirannya yang kacau dan berencana untuk membicarakannya lagi sepulang dari rumah sakit. Setelah tiba di rumah sakit, Lillia terlebih dahulu menyuruh dokter untuk memeriksa kedua mata Hans. Seusai memeriksanya, dia bertanya pada dokter, “Bagaimana dengan matanya?”“Pemulihannya cukup baik, nggak ada masalah kok. Kenapa?” tanya dokter dengan sangat gugup. Berhubung tiba-tiba diminta untuk memeriksa ulang keadaan Hans, dia pun mengira apa mungkin pasien merasa ada yang tidak beres, tetapi tidak berani mengatakannya kepada dokter?“Nggak apa-apa. Terima kasih, Dok!” jawab Lillia dengan sopan. Setelah dokter itu pergi, dia baru menatap Hans dengan ekspresi cemberut.Hans hanya bertanya sambil tersenyum sok polos, “Kenapa kamu menatapku seperti itu?”Lillia sangat ingin langsung meninju Hans setelah melihat ekspresinya itu.“Kalau kamu masih tersenyum sok polos, aku benar-benar nggak akan peduli padamu lagi!” tegur Lillia dengan ekspresi serius.Hans pun perlahan-lahan menj
Melihat Moonela yang membagikan foto avatar virtual yang dibuatnya kepadanya setiap hari, Lillia merasa Moonela juga lumayan suka bermain permainan ini. Namun, begitu teringat cedera kaki Moonela, dia mau tak mau mulai merasa khawatir lagi. Dia sedang mempertimbangkan apakah dirinya harus menelepon Moonela untuk menanyakan keadaannya atau tidak.Tepat pada saat ini, Moonela malah meneleponnya terlebih dahulu. Lillia pun segera menjawabnya.“Lillia, aku lagi di ibu kota, nih! Apa kamu lagi senggang? Aku kangen sama kamu,” tanya Moonela dengan gembira.Lillia melihat jadwalnya, lalu menjawab, “Kamu datang ke perusahaan saja, ya? Akhir-akhir ini, aku sibuk banget dan hanya bisa menemuimu di kantor.”Lillia dan Moonela pada dasarnya selalu bersikap jujur pada satu sama lain. Saat ini, ada setumpuk pesanan yang harus ditangani dan rapat tiada akhir yang harus dihadiri Lillia setiap hari. Jadi, dia tidak bisa meluangkan waktu untuk menemui Moonela di luar.“Ya sudah deh. Kamu harus lebih per
Di hari ketiga Moonela hilang, Claude masih belum menemukan informasi apa-apa. Saat ini, dia sedang duduk di kantor dan memikirkan bagaimana cara bawahan Kelly memindahkan Moonela. Dia sudah menyelidiki semua CCTV, tetapi tidak menemukan ada yang aneh. Dia hampir tidak pernah bertemu kesulitan seperti ini. Setelah berpikir lama, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan segera menelepon Nelson.“Coba cari kesempatan untuk pergi ke rumah Moonela lagi, lalu periksalah seluruh rumahnya dengan teliti. Aku curiga dia masih berada di dalam rumah,” perintah Claude dengan nada dingin.“Aku rasa Louis yang paling cocok untuk melakukan hal ini,” jawab Nelson. Untuk mengurangi risiko, hanya Louis seorang yang paling cocok untuk melakukan hal ini. Claude pun terdiam sejenak, lalu memutuskan sambungan telepon. Dia sudah secara tidak langsung menyetujui usul Nelson.Tidak lama kemudian, Lillia menerima telepon dari Claude. Baru saja dia menekan tombol menerima panggilan, terdengar Claude yang bertanya, “A
Selama adiknya hilang, Louis selalu berharap dia bisa segera pulang ke rumah. Sekarang, adiknya memang sudah kembali. Selain itu, dia juga merasa dirinya bersikap sangat baik terhadap Kelly dan selalu menuruti permintaannya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, Louis merasa Kelly menjadi makin menyebalkan. Dia bukan hanya suka melakukan trik kotor secara diam-diam, juga sering memicu perselisihan di hadapan orang tuanya. Dia juga berkata dirinya menyukai Lillia, tetapi malah selalu berlagak seperti korban dan mengatakan Lillia sering menindasnya.Kelly tidak menyangka Louis akan menggunakan nada bicara seperti ini untuk berbicara dengannya. Dia pun terisak, lalu bertanya dengan suara gemetar, “Kak, apa kamu sudah bosan denganku? Setelah memiliki orang yang disukai, Kakak jadi membenciku?”Louis menjawab dengan dingin, “Aku juga punya urusanku sendiri. Kamu nggak perlu menggunakan alasan Moonela memukulmu untuk mengikatku. Lagian, aku juga sudah bosan harus menemanimu jalan-jalan s